
KONSEP DISCHARGE PLANNING
Oleh : Zulkarnain, S.Kep.NS.
Cht, CWCCA
Pendahuluan
Discharge
Planning adalah suatu proses dimana
mulainya pasien mendapatkan pelayanan kesehatan yang diikuti dengan
kesinambungan perawatan baik dalam proses penyembuhan maupun dalam
mempertahankan derajat kesehatannya sampai pasien merasa siap untuk kembali ke
lingkungannya. Discharge Planning menunjukkan beberapa proses formal yang
melibatkan team atau memiliki tanggung jawab untuk mengatur perpindahan
sekelompok orang ke kelompok lainnya (RCP,2001). Perawat adalah salah satu anggota team Discharge Planner, dan sebagai
discharge planner perawat mengkaji setiap pasien dengan mengumpulkan dan
menggunakan data yang berhubungan untuk mengidentifikasi masalah actual dan
potensial, menentukan tujuan dengan atau bersama pasien dan keluarga,
memberikan tindakan khusus untuk mengajarkan dan mengkaji secara individu dalam
mempertahankan atau memulihkan kembali kondisi pasien secara optimal dan
mengevaluasi kesinambungan Asuhan Keperawatan. Merupakan usaha keras perawat
demi kepentingan pasien untuk mencegah dan meningkatkan kondisi kesehatan pasien,
dan sebagai anggota tim kesehatan, perawat berkolaborasi dengan tim lain untuk
merencanakan, melakukan tindakan, berkoordinasi dan memfasilitasi total care
dan juga membantu pasien memperoleh tujuan utamanya dalam meningkatkan derajat
kesehatannya.
Tujuan Discharge Planning
Adalah
meningkatkan kontinuitas perawatan, meningkatkan kualitas perawatan dan
memaksimalkan manfaat sumber pelayanan kesehatan. Discharge Planning dapat mengurangi hari rawatan pasien,
mencegah kekambuhan, meningkatkan perkembangan kondisi kesehatan pasien dan
menurunkan beban perawatan pada keluarga dapat dilakukan melalui Discharge
Planning ( Naylor, 1990 ). Dan menurut Mamon et al (1992), pemberian discharge
planning dapat meningkatkan kemajuan pasien, membantu pasien untuk mencapai
kualitas hidup optimum disebelum dipulangkan, beberapa penelitian bahkan
menyatakan bahwa discharge planning memberikan efek yang penting dalam
menurunkan komplikasi penyakit, pencegahan kekambuhan dan menurunkan angka
mortalitas dan morbiditas (Leimnetzer et al,1993: Hester, 1996)
Seorang Discharge Planners bertugas membuat
rencana, mengkoordinasikan dan memonitor dan memberikan tindakan dan proses
kelanjutan perawatan (Powell,1996). Discharge planning ini menempatkan
perawat pada posisi yang penting dalam proses pengobatan pasien dan dalam team
discharge planner rumah sakit, pengetahuan dan kemampuan perawat dalam proses
keperawatan dapat memberikan kontinuitas perawatan melalui proses discharge
planning ( Naylor,1990 ) . Perawat dianggap sebagai seseorang yang memiliki
kompetensi lebih dan punya keahlian
dalam melakukan pengkajian secara akurat, mengelola dan memiliki komunikasi
yang baik dan menyadari setiap kondisi dalam masyarakat. (Harper, 1998 ).
Keuntungan
Discharge Planning
Bagi Pasien :
- Dapat memenuhi kebutuhan pasien
-
Merasakan bahwa
dirinya adalah bagian dari proses perawatan sebagai bagian yang aktif dan bukan
objek yang tidak berdaya.
-
Menyadari
haknya untuk dipenuhi segala kebutuhannya
-
Merasa nyaman
untuk kelanjutan perawatannya dan memperoleh support sebelum timbulnya masalah.
- Dapat memilih
prosedur perawatannya
- Mengerti apa
yang terjadi pada dirinya dan mengetahui siapa yang dapat dihubunginya.
Bagi Perawat :
-
Merasakan bahwa keahliannya di terima dan dapat di
gunakan
-
Menerima informasi kunci setiap waktu
-
Memahami perannya dalam system
-
Dapat mengembangkan ketrampilan dalam prosedur baru
-
Memiliki kesempatan untuk bekerja dalam setting yang
berbeda dan cara yang berbeda.
-
Bekerja dalam suatu system dengan efektif.
Justifikasi Metode Discharge Planning
Di Indonesia semua pelayanan
keperawatan di Rumah Sakit , telah merancang berbagai bentuk format Discharge
Planning, namun discharge planning kebanyakan dipakai hanya dalam bentuk
pendokumentasian resume pasien pulang, berupa informasi yang harus di sampaikan
pada pasien yang akan pulang seperti intervensi medis dan non medis yang sudah
diberikan, jadwal kontrol, gizi yang harus dipenuhi setelah dirumah. Cara ini
merupakan pemberian informasi yang sasarannya ke pasien dan keluarga hanya
untuk sekedar tahu dan mengingatkan, namun tidak ada yang bisa menjamin apakah
pasien dan keluarga mengetahui faktor resiko apa yang dapat membuat penyakitnya
kambuh, penanganan apa yang dilakukan bisa terjadi kegawatdaruratan terhadap
kondisi penyakitnya, untuk itu
pelaksanaan discharge planning di rumah sakit apalagi dengan penyakit kronis
seperti stroke, diabetes mellitus, penyakit jantung dan lain-lain yang memiliki
resiko tinggi untuk kambuh dan berulangnya kondisi kegawatan sangat penting
dimana akan memberikan proses deep-learning pada pasien hingga terjadinya
perubahan perilaku pasien dan keluarganya dalam memaknai kondisi kesehatannya.
Contoh Discharge
Planning yang diberikan pada pasien TB Paru :
Yang prinsip
pelaksanaannya tetap melalui proses pengkajian, sehingga perawat dapat memulai
discharge planning tergantung hasil pengkajian.
Prinsip Discharge Planning
1. Kordinasi
(saling berhubungan)
2. Interdisiplin
(saling menjaga, disiplin ilmu,keterampilan sesuai standar keperawatan)
3. Pengenalan
secara dini mungkin (penjelasan
tentang apa yang kita informasi)
4. Perencanaan
secara hati-hati
5. Melibatkan
klien dan keluarga dalam memberikan perawatan
Karakteristik indikasi kebutuhan discharge planning
1. Kurang
pengetahuan tentang pengobatan
2. Isolasi
sosial
3. Diagnosa
baru penyakit kronik
4. Operasi
besar
5. Perpanjangan
operasi besar
6. Orang
labil
7. Penatalaksanaan
dirumah secara kompleks
8. Kesulitan
finansial
9. Ketidakmampuan
menggunakan sumber rujukan /fasilitas pelayanan kesehatan
10. Penyakit terminal
Prioritas klien yang mendapatkan discharge planning
1. Umur diatas 70 tahun
2. Maltipe diagnosis
3. Resiko kematian yang
tinggi
4. Terbatas mobilitas fisik
5. Keterbatasan merawat
diri sendiri
6. Penurunan status
kognisi/kognitif
7. Resiko terjadi cedera
8. Tunawisma
9. Fakir miskin
10. Penyakit kronis
11. Pasien diagnosis baru
12. Penyalahgunaan zat
13. Sering keluar masuk emergency
Komponen Discharge
Planning
1.
Jadwal
kontrol dan menjelaskan pentingnya melakukan kontrol.
2.
Perawatan di
rumah
1.
Meliputi
pemberian pengajaran atau pendidikan kesehatan (health education)
mengenai : diet, mobilisasi, waktu kontrol dan tempat kontrol. Pemberian pembelajaran disesuaikan
dengan tingkat pemahaman pasien
dan keluarga. mengenai perawatan selama pasien di rumah nanti.
2.
Obat-obatan
yang masih diminum dan jumlahnya
3.
Pada pasien
yang akan pulang dijelaskan obat-obatan yang masih diminum, dosis, cara
pemberian, dan waktu yang tepat minum obat.
4.
Obat-obatan
yang dihentikan
5.
Meskipun ada
obat-obatan yang tidak diminum lagi oleh pasien, obat- obatan tersebut tetap dibawakan ke pasien.
6.
Hasil
pemeriksaan
Hasil
pemeriksaan luar sebelum MRS dan hasil pemeriksaan selama MRS dibawakan ke
pasien waktu pulang
7.
Surat-surat
seperti : surat keterangan sakit, surat kontrol dan lain-lain.
Tahap-tahap Discharge
Planning
a. Pengkajian
Pengkajian mencakup
pengumpulan dan pengorganisasian data tentang klien. Ketika melakukan
pengkajian kepada klien, keluarga merupakan bagian dari unit perawatan. Klien
dan keluarga harus aktif dilibatkan dalam proses discharge agar transisi dari
rumah sakit ke rumah dapat efektif. Elemen penting dari pengkajian discharge
planning adalah :
1. Data kesehatan
2. Data pribadi
3. Pemberi perawatan
4. Lingkungan
5. Keuangan dan pelayanan yang dapat mendukung
b.
Diagnosa
Diagnosa keperawatan didasarkan pada pengkajian discharge planning, dikembangkan untuk
mengetahui kebutuhan klien dan keluarga. Keluarga sebagai unit perawatan
memberi dampak terhadap anggota keluarga yang membutuhkan perawatan. Keluarga
penting untuk menentukan apakah masalah tersebut aktual atau potensial.
c.
Perencanaaan : Hasil yang
diharapkan
Menurut Luverne & Barbara (1988), perencanaan
pemulangan pasien membutuhkan identifikasi kebutuhan spesifik klien. Kelompok
perawat berfokus pada kebutuhan rencana pengajaran yang baik untuk persiapan
pulang klien, yang disingkat dengan METHOD, yaitu:
1. Medication (obat)
Pasien sebaiknya mengetahui obat yang harus
dilanjutkan setelah pulang.
2.
Environment (Lingkungan)
Lingkungan tempat klien akan pulang dari rumah
sakit sebaiknya aman. Pasien juga sebaiknya memiliki fasilitas pelayanan yang
dibutuhkan untuk kontinuitas perawatannya.
3.
Treatrment (pengobatan)
Perawat harus memastikan bahwa pengobatan dapat
berlanjut setelah klien pulang, yang dilakukan oleh klien atau anggota
keluarga. Jika hal ini tidak memungkinkan, perencanaan harus dibuat sehingga
seseorang dapat berkunjung ke rumah untuk memberikan keterampilan perawatan.
4.
Health Teaching (Pengajaran
Kesehatan)
Klien yang akan pulang sebaiknya diberitahu
bagaimana mempertahankan kesehatan. Termasuk tanda dan gejala yang
mengindikasikan kebutuhan pearwatan kesehatan tambahan.
5.
Outpatient referral
Klien sebaiknya mengenal pelayanan dari rumah sakit
atau agen komunitas lain yang dapat meningkatan perawatan yang kontinu.
6.
Diet
Klien sebaiknya diberitahu tentang pembatasan pada
dietnya. Ia sebaiknya mampu memilih diet yang sesuai untuk dirinya.
d.
Implementasi
Implementasi adalah pelaksanaan rencana pengajaran
dan referral. Seluruh pengajaran yang diberikan harus didokumentasikan pada
catatan perawat dan ringkasan pulang (Discharge
summary). Instruksi tertulis diberikan kepada klien. Demonstrasi ulang
menjadi harus memuaskan. Klien dan pemberi perawatan harus memiliki keterbukaan
dan melakukannya dengan alat yang akan digunakan di rumah.
Penyerahan homecare
dibuat sebelum klien pulang. Informasi tentang klien dan perawatannya diberikan
kepada agen tersebut. Seperti informasi tentang jenis pembedahan, pengobatan
(termasuk kebutuhan terapi cairan IV di rumah), status fisik dan mental klien,
faktor sosial yang penting (misalnya kurangnya pemberi perawatan, atau tidak
ada pemberi perawatan) dan kebutuhan yang diharapkan oleh klien. Transportasi
harus tersedia pada saat ini
e.
Evaluasi
Evaluasi terhadap discharge planning adalah penting
dalam membuat kerja proses discharge
planning. Perencanaan dan penyerahan harus diteliti dengan cermat untuk
menjamin kualitas dan pelayanan yang sesuai. Evaluasi berjalan terus-menerus
dan membutuhkan revisi dan juga perubahan.
Evaluasi lanjut dari proses pemulangan biasanya
dilakukan seminggu setelah klien berada di rumah. Ini dapat dilakukan melalui
telepon, kuisioner atau kunjungan rumah (homevisit).
Keberhasilan program rencana pemulangan tergantung pada enam variabel :
1. Derajat penyakit
2. Hasil yang diharapkan dari perawatan
3. Durasi perawatan yang dibutuhkan
4. Jenis-jenis pelayanan yang diperlukan
5. Komplikasi tambahan
6. Ketersediaan sumber-sumber
Alur atau Mekanisme Discharge
Planning
Keluar Rumah Sakit
|
Monitor (sebagai program service savety) oleh : keluarga dan petugas.
|
Perencanaan
pulang
|
Lain-lain
|
Program HE:
1. Kontrol
dan obat/perawatan
2. Diet
3. Aktivitas dan istirahat
4.
Perawatan diri
|
Penyelesaian administrasi
|
Monitor (sebagai program
servicesafety)
Oleh:
Keluarga dan petugas
Keterangan:
1.
Tugas perawat primer
a. Membuat
perencanaan pulang (discharge planning)
b. Membuat leaflet
c. Memberikan
konseling
d. Memberikan
pendidikan kesehatan
e. Menyediakan
format discharge planning
f. Mendokumentasikan
discharge planning
2.
Tugas perawat associate
a. Melaksanakan
agenda discharge planning (pada saat
perawatan dan diakhiri perawatan).
Tindakan Keperawatan pada Waktu Perencanaan Pulang
Tindakan perawatan yang diberikan pada waktu
perencanaan pulang yaitu meliputi
:
a. Pendidikan (edukasi, redukasi,
reorientasi) pendidikan kesehatan diharapkan bisa mengurangi angka kambuh dan
meningkatkan pengetauan pasien.
b. Program pulang bertahap
Bertujuan untuk melatih pasien kembali kelingkungan keluarga dan masyarakat antara lain apa yang harus dilakukan pasien
di rumah sakit, apa yang harus dilakukan
keluarga.
c. Rujukan
Integritas pelayanan kesehatan harus
mempunyai hubungan langsung antara
perawatan community dengan rumah sakit sehingga dapat mengetahui
perkembangan pasien dirumah.
Jenis pemulangan Pasien
1.
Conditinal discharge
(pulang sementara atau cuti),
keadaan pulang ini dilakukan
apabila kondisi pasien
bagus tidak terdapat
kompilikasi. Pasien untuk
sementara dirawat di rumah namun harus ada pengawasan dari pihak rumah sakit atau Puskesmas terdekat.
2.
Absolute discharge (pulang mutlak atau selmanya) cara ini merupakan
akhir dari hubungan pasien dengan rumah
sakit. Namun apabila pasien perlu dirawat kembali maka prosedur perawatan dapat
dilakukan kembali.
3.
Judical discharge (pulang paksa) kondisi ini pasien diperbolehkan
pulang walaupun kondisi kesehatan
tidak memungkinkan untuk pulang, tetapi pasien harus
dipantau dengan melakukan
kerjsama dengan perawat puskesmas terdekat.
Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Discharge
Planning
Meskipun
pasien telah dipulangkan, penting bagi pasien dan keluarga mengetahui apa yang
telah dilaksanakan dan bagaimana mereka dapat meneruskan untuk meningkatkan
status kesehatan pasien. Selain itu, ringkasan pulang tersebut dapat
disampaikan oleh perawat praktisi/perawat home care dan mungkin dikirim ke
dokter primer/dokter yang terlibat untuk dimasukkan dalam catatan institusi
untuk meningkatkan kesinambungan perawatan dengan kerja yang kontinu ke arah
tujuan dan pemantauan kebutuhan yang berubah (Doenges & Moorhouse, 2000).
Discharge Planning harus disesuaikan dengan
:
1. Kebutuhan klien,
tersedianya tim kesehatan
2. Dimulai sejak awal masuk rumah sakit
3. Disusun oleh tim
Kesimpulan
Discharge planning adalah komponen sistem perawatan berkelanjutan
sebagai perencanaan kepulangan pasien dan memberikan informasi kepada pasien
dan keluarganya yang dituliskan untuk meninggalkan satu unit pelayanan
kepada unit yang lain didalam atau diluar suatu agen pelayanan kesehatan
umum, sehingga pasien dan
keluarganya mengetahui tentang
hal-hal yang perlu dihindari dan dilakukan sehubunagan dengan kondisi
penyakitnya.
Tujuan utama discharge planning adalah membantu klien dan keluarga untuk mencapai
tingkat kesehatan yang optimal. Sedangkan, manfaat discarge planning bagi pasien diantaranya
dapat menurunkan jumlah kekambuhan, penurunan kembali ke rumah sakit, dan
kunjungan ke ruangan kedaruratan yang tidak perlu kecuali untuk beberapa
diagnosa serta dapat kembantu klien untuk memahami kebutuhan setelah perawatan
dan biaya pengobatan.
Tahap-tahap
discharge planning pada dasarnya sama
dengan tahap-tahap dalam asuhan keperawatan yaitu pengkajian, diagnosa,
perencanaan, implementasi, dan evaluasi.
CONTOH
DISCHARGE PLANNING PADA KLIEN TB PARU
Tahap I
Pengetahuan
|
Tahap II
Tindakan
|
Tahap III
Pencegahan
berulang
|
Tahap IV
Pertemuan
keluarga
|
Tahap V
Rencana Tindak
Lanjut
|
|||||
Objektif
|
Evaluasi
|
Objektif
|
Evaluasi
|
Objektif
|
Evaluasi
|
Objektif
|
Evaluasi
|
Objektif
|
Evaluasi
|
¨ Pengertian
TB
¨ Penyebab TB
¨ Tanda &
Gejala
TB
¨ Penatalak
sanaan
¨ Komplikasi
¨ Cara Penularan
¨ Pencega
han
¨ Diagnosis TB
- Darah
- Rontgen
- Sputum
- Mantoux Test
|
Bagaimana anda mengetahui bahwa penyakit yang anda
rasakan berulang ?
Apa yang anda lakukan bila mengalami batuk lama lebih
dari 3 mg atau disertai batuk darah
Berapa lama anda akan minum obat jika mengalami sakit
seperti ini ?
Apa yang akan terjadi bila anda tidak menuntaskan minum
obat
Bagaimana anda bisa terkena penyakit ini ?
Apa yang anda lakukan agar penyakit ini tidak menular
kepada yang lain ?
Apa yang anda lakukan untuk memastikan bahwa anda
terkena penyakit paru ?
|
¨ Napas dalam
¨ Batuk efektif
¨ Relaksasi
¨ Posisi
|
Apa yang anda lakukan bila anda merasakan dahak kental
dan sulit keluar, dan sesak nafas ?
|
¨ Nutrisi
¨ Obat
¨ Lingkungan
|
Makanan apa yang bisa meningkatkan daya tahan tubuh
Apa yang anda lakukan bila lupa minum obat ?
Bagaimana upaya anda untuk menciptakan lingkungan yang
sehat untuk penderita TB Paru ?
|
¨ Pengawasan
Obat
¨ Support
system
|
Siapa yang akan menjadi PMO pasien?
Apa yang akan PMO lakukan bila pasien malas minum obat
Apa yang keluarga lakukan agar mendapatkan dukungan untuk pengobatan sampai
tuntas ?
|
1.
Menentukan
sarana pelayanan kesehatan yang mudah dijangkau
2.
Menentukan
jadwal minum obat
|
Puskesmas atau rumah sakit ?
|
Contoh Lampiran
Proposal
PERENCANAAN PULANG (DISCHARGE PLANING)
PENDAHULIUAN
Perencanan pulang (discharge
planing)akan menghasilkan sebuah hubungan yang terintegras,yaitu antara
perawatan yang diterima pada waktu dirumah sakit dengan perawatan yang
diberikan setelah pasien pulang.Perawatan dirumah sakit akan bermakna jika
dilanjutkan dengan perawatan dirumah.namun sampai saat ini,perencanaan pulang
pada pasien yang yang dirawat pasien dirumah sakit belum optimal
dilaksanakan,dimana peran perawat terbatas pada kegiatan rutinitas saja,yaitu
hanya berupa informasi kontrol ulang. Pasien yang memerlukan perawatan
kesehatan dirumah,konseling kesehatan atau penyuluhan dan pelayanan komunitas
tetapi tidak dibantu dalam upaya
memperoleh pelayanan sebelum pemulangan
sering kembali keruang kedaruratan dengan masalah minor,dan seringkali
diiterima kembali dalam waktu 24 jam sampai 48 jam dan kemudian pulang kembali.
Discharge
planing keperawatan merupakan komponen yang terkait dengan rentang
keperawatan. Rentang keperawatan sering pula disebut dengan perawatan berkelanjutan
yang artinya perawatan yang dibutuhkan oleh pasien dimanapun pasien berada.
Kegagalan untuk memberikan dan mendokumentasikan perencanaan pulang akan berisiko terhadap
beratnya penyakit,ancaman hidup, dan disfungsi fisik. Dalam perencanaan pulang
diperlukan komunikasi yang baik terarah sehingga apa yang disampaikan dapat
dimengerti dan berguna untuk proses perawan di rumah.
TUJUAN
Tujuan umum
Setelah dilaksanakan praktik manajemen manajemen keperawatan
diharapkan Ruang Paru mampu menerapkan discharge
planing.
Tujuan khusus
1.
Mengkaji kebutuhan rencana pemulangan.
2.
Mengidentifikasi masalah klien.
3.
Memprioritaskan masalah pasien yang utama.
4.
Mmembuat perencanaan pasien pulang yaitumengajarkan
pada pasien yang harus dilakukan dan dihindari selama di rumah.
5.
Melakukan evaluasi pada pasien salama diberikan
penyuluhan.
6.
Mendokumentasikan.
MANFAAT
1.
Bagi pasien
1)
Meningkatkan kemandirian pasien dalam melakukan
perawatan dirumah.
2)
Meningkatkan perawatan yang berkelanjutan pada pasien.
3)
Membantu pasien memiliki pengetahuan,keterampilan dan
sikap dalam memperbaiki serta mempertahankan status kesehatan pasien.
2.
Bagi mahasiswa
1)
Terjadi pertukaran informasi antara mahasiswadengan
pasiensebagai penerimaan pelayanan.
2)
Mengevaluasi ppengaruh intrervensi yang terencana pada
penyembuhan pasien.
3) Membantu
kemandirian pasian dalam kesiapan melakukan perawatan dirumah.
PENGORGANISASIAN
Kepala ruangan :
PP1 :
PP2 :
PA :
Dokter :
Pasien :
Keluarga :
MEKANISME KEGIATAN
-
Topik : Discharge planing pada Tn. Juhri dengan
diagnosis medis TBC
-
Sasaran : Tn. x
-
Hari/tanggal :
-
Waktu : 08.00 WIB
-
Materi :
1.
Asuhan keperawatan pada klien dengan diagnosa medis TBC
2.
Masalah keperawatan yang muncul pada klien dengan TBC
3.
Perencanaan pulang pada klien dengan TBC
METODE
1.
Diskusi.
2.
Tanya jawab.
MEDIA
1.
Status klien.
2.
Sarana dan Prasarana perawatan.
3.
Leaflet.
Pelaksanaan kegiatan
Tahap
|
Kegiatan
|
Waktu
|
Tempat
|
Pelaksana
|
Persiapan
|
1.
PP 1 sudah siap dengan status klien dan format discharge planning.
2.
Menyebutkan masalah klien.
3. Menyebutkan
hal-hal yang perlu diajarkan pada klien dan keluarga.
4. Kepala
ruangan memeriksa kelengkapan administrasi.
|
10 menit
|
Ners station
|
PP 1
|
Pelaksanaan
|
1. PP
1 menyampaikan pendidikan kesehatan, melakukan demostrasi dan redemostrasi :
Ø Diet
Ø Aktivitas
dan istirahat
Ø Minum
obat teratur
Ø Perawatan
diri
2. PP
1 menanyakan kembali pada pasien tentang materi yang telah disampaikan.
3. PP
1 mengucapkan terima kasih.
4. Pendokumentasian.
|
30 menit
|
Bed pasien
|
PP 1
|
EVALUASI
1)
Struktur
a.
Persiapan dilakukan pada saat pasien masuk Ruang Paru.
b.
Koordinasi dengan pembimbing klinik dan akademik.
c.
Penyusunan proposal.
d.
Menetapkan kasus.
2)
Proses
a.
Kelancaran kegiatan.
b.
Peran serta perawat yang bertugas.
3)
Hasil
Informasi
yang disampaikan dapat diterima oleh klien dan keluarga.
Contoh Lampiran
: FORMAT DISCHARGE PLANNING
DISCHARGE
PLANNING
|
No.
Reg. :
.....................................
Nama :
.....................................
Jenis
Kelamin :
.....................................
|
Tanggal
MRS :
.....................................
Bagian : .....................................
|
Tanggal
MRS :
.....................................
Bagian :
.....................................
|
Dipulangkan dari RSY dengan keadaan :
Sembuh Pulang
paksa
Meneruskan dengan obat jalan Lari
Pindah ke RS lain Meninggal
|
|
A.
Kontrol
a.
Waktu :
b.
Tempat :
|
|
B.
Lanjutan perawatan di rumah (luka operasi, pemasangan gift,
pengobatan, dan lain-lain)
|
|
C.
Aturan diet / nutrisi
|
|
D.
Obat-obat yang masih diminum dan jumlahnya :
|
|
E.
Aktivitas dan istirahat :
|
|
Yang dibawa
pulang (Hasil Lab, Foto, ECG, obat, dan lain-lain) :
|
|
Lain-lain :
|
|
Surabaya,
.............................
Pasien/Keluarga Perawat
( ) ( )
|
|
ROLE PLAY “DISCHARGE PLANNING” PADA PASIEN TN. X DENGAN DIAGNOSA MEDIS
TBC
PENGORGANISASIAN
Kepala ruangan :
PP1 :
PP2 :
PA :
Dokter :
Pasien :
Keluarga :
Pada suatu hari di rumah sakit X, di ruang melati terdapat pasien yangh
bernama Tn. Juhri, dengan diagnosa medis TBC. Disaat pagi hari seorang perawat
di ruangan sedang mempersiapkan berkas-berkas, lalu datang seorang dokter.
Dokter : selamat pagi...
Perawat P1 : iya selamat pagi dokter...
Dokter : bagaimana keadaan pasiennya?
Perawat P1 :
begini dokter, pasien dan keluarganya sejak tadi malem minta untuk di
pulangkan.
Dokter : owh.. trus K.U
nya bagaimana?
Perawat P1 : setelah tadi
dilakukan observasi, K.U nya cukup baik dokter...
Dokter : ya sudah
sekarang saya lihat dulu keadaannya.
Perawat dan dokter
menuju ruangan pasien/tempat tidur pasien.
Perawat P1 : (tok.tok.tok)
permisi.. selamat pagi.....
Keluarga px : owh... maaf,
selamat pagi juga..
Dokter : bagiamana
keadaannya bapak? Apakah masih sesak?
Pasien : sudah tidak sesak lagi dokter, Cuma kadang-kadang
saja..
Keluarga px : tadi malam
tidurnya juga saya lihat nyenyak dok.
Dokter : owh, ya sudah
kalau begitu, saya periksa dulu keadaannya ya pak...
Pasien : baik dokter
silahkan..!!
Setelah dilakukan pemeriksaan
oleh dokter, istri pasien menanyakan tentang kondisi pasien, dan apakah bisa
dipulangkan?.
Keluarga px :
bagaimana kondisi suami saya dokter? Owh yaa.. apakah sudah bisa dibawa pulang?
Dokter : keadaan suami
ibu sudah cukup baik, dan sudah bisa dibawa pulang.
Keluarga px : owh.. begitu
dokter..
Dokter : iya buk, tapi
untuk obat-obatnya masih harus tetap diminum di rumah.
keluarga px : baik dokter..
Dokter : ya sudah kalau
begitu saya permisi dulu..
Keluarga px : iya dokter,
terimakasih...
Dokter dan perawat
meninggalkan ruangan pasien, dan munuju ketempat perawat untuk menilis resep
buat pasien.
Dokter : (setelah
selesai menulis resep obat) Baak... ini resep obatnya.
Perawat P1 : iya dokter..
Dokter :
owh yaa, untuk berkas-berkas buat pasien kontrol nanti dijelasin sama pasien
dan keluarganya yaa..
Perawat P1 :
baik dokter...
Dokter :
ya sudah, kalau begitu saya permisi dulu, assalamualaikum...
Perawat P1 :
waalaikum salaam.. terimakasih dokter..
Dokter meninggalkan ruangan tersebut, dan perawat
mempersiapkan berkas-berkas dan mengantarkan resep obat ke apotik.
Perawat P1 : Mas..!!
Perawat A : iya mbak..
Perawat P1 : minta tolong ke
apotik ya.. ambilin obatnya bapak juhri..
Perawat A : owh.. baik mbak..
(setelah beberapa menit)
Perawat A : ini mbak obatnya..
Perawat P1 : owh ya..
terimakasih ya mas...
Komunikasi antara perawat dengan kepala ruangan, untuk
menunjukkan berkas-berkas yang akan dibawa oleh pasien.
PerawatP1 : permisi pak
selamat pagi...
Karu : iya..
Perawat P1 :
begini bapak, barusan dr. Yogi sudah visite, dan pasien yang bernama bapak
juhri sudah bisa dipulangkan hari ini..
Karu : owh. Yang di
ruangan meliti itu ya?
Perawat P1 : iya pak..
Karu :
berkas-berkasnya sudah disiapkan semua?
Perawat P1 : sudah pak..
Karu : untuk hasil
lab dan foto rongentnya?
Perawat P1 : iya pak, sudah
saya masukkan juga di dalamnya pak..
Kar : (sambil memeriksa berkas-berkas)
“obat-obatnya sudah di siapkan sumua ya bak..
Perawat P1 : iya pak sudah
semua..
Karu :
(sambil mengembalikan berkas-berkas keperawat) “ya sudah, ini kembalikan ke
pasiennya ya, terus jangan lupa kasih HE ya bak”...
Perawat P1 :
baik pak, terimakasih..
Karu :
iya...
Kemudian perawat P1, menjelaskan pada perawat P2...
Perawat P1 :
Mas...
Perawat P2 :
iya....
Perawat P1 :
saya minta tolong ya... kasihkah obat ini kebapak Juhri.. eemm trus jangan lupa
kasih HE sama jelasin tentang surat-surat yang harus dibawa saat kontrol...
Perawat P2 :
baik mbak...
Perawat P1 :
(sambil menyerahkan berkas-berkas pasien) “terus yang ini serahkan juga ke
pasiennya yaa”...
Perawat P2 :
baik mbak..
(Lalu
perawat P2 menuju ruangan pasien)
Perawat P2 :
permisi....
Keluargapx :
iya..
Perawat P2 :
ibu.., ini obat yang harus diminum bapak di rumah, dan ini surat yang harus
dibawa saat kontrol,kontrolnya nanti pada tanggal 16 bu, trus ini hasil LAB dan foto rongentnya. Oh iya ibu mohon maaf, bapak
inikan terkena penyakit TBC, jadi ibunya juga harus berhati-hati, supaya tidak
tertular, terus kalau bapaknya mau meludah jangan sembarangan ya pak, apabila
mau batuk, mulutnya ditutup pak ya, agar tidak sampai menular pada
keluarganya....
Pasien :
iya pak...
Perawat P2 :
baiklah apakah masih ada yang mau ditanyakan? Bapak atau ibu?
Keluargapx :
iya Pak.. untuk obatnya berapa kali sehari? Terus untuk makanannya bagaimana
Pak?
Perawat P2 :
owh iya begini ibu, untuk obat TBC ini cukup diminum satu hari sekali, namun
jangan sampai putus atau berhenti, trus jangan lupa kontrol setiap bulan, dan
untuk makanannya,bapak cukup makan 4sehat 5sempurna saja itu sudah cukup, namun
apabila makanan yang sekiranya merangsang batuk lebih baik dihindari, bagaimana
bapak ibu apakah sudah mengarti?
Pasien: iya Pak..
Perawat P2 :
Apabila belum ada yang mengerti ibu atau bapak, silahkan tanyakan kembali
kepada saya atau kepada perawat yang lain, atau silahkan ibu membaca brosur
ini.
Keluarga px :
iya pak terima kasih
Perawat P2 :
baiklah kalau begitu, saya permisi dulu, nanti kalau sudah mau pulang, tolong
lapor keperawatnya dulu ya Buk...
Keluarga px : iya Bu..
Perawat P2 :
ya sudah, saya permisi dulu ya.. “assalamualaikum”
Keluarga & pasien: “waalaikumsalam” (menjawab
bersamaan).
DAFTAR
PUSTAKA
Harper E.A. 1998. Discharge planning: An interdisciplinary method. Chicago, IL : Silverberg Press
New Brunswick Department of Health and Wellness. 2002. Job definition of a discharge planning
coordinator. Author: Fredericton, NB
Nursalam. 2011. Manajemen
Keperawatan : Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional. Edisi 2.
Jakarta : Salemba Medika
Depkes RI ( 2012 ), Pedoman
nasional penanggulangan Tuberkulosis, cetakan ke 8. Jakarta. Depkes RI.
..., Plan for Follow-up Care, http://whttp://www.mass.gov/dph/cdc/tb/cmsprotocols.pdf tanggal 16 Agustus 2015).
Harper E.A. (1998). Discharge planning: An
interdisciplinary method. Silverberg Press:
Chicago, IL.
New Brunswick
Department of Health and Wellness (2002). Job definition of a discharge
planning coordinator. Author: Fredericton, NB.
Nursalam. (2009). Manajemen
Keperawatan: Aplikasi dalam praktek keperawatan profesional. Edisi 2.
Salemba Medika. jakarta
Nursalam. (2012). Manajemen
Keperawatan: Aplikasi dalam praktek keperawatan profesional. Edisi 3.
Salemba Medika. Jakarta
http://id.wikipedia.org/wiki/dischargeplanning.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar