BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pada
era globalisasi dan perkembangan ilmu dan teknologi sekarang ini, dengan
tuntutan perkerjaan sangat tinggi. Setiap profesi di harapkan memberikan suatu
hasil kerja yang berkualitas dan berdedikasi untuk masyarakat, hal itu tidak
lepas dari pelayanan kesehatan khususnya tenaga keperawatan. Salah satu peran perawat adalah memberikan pelayanan kesehatan
yang optimal dalam memberikan asuhan keperawatan yang bermutu. Asuhan
keperawatan yang bermutu merupakan asuhan manusiawi yang diberikan kepada
pasien, memenuhi standar dan kriteria profesi keperawatan sesuai dengan standar
biaya dan kualitas yang diharapkan rumah sakit serta mampu mencapai tingkat
kepuasan dan memenuhi harapan pasien.
Pengetahuan
tentang proses pengembangan empiris teori atau model konseptual merupakan dasar
dalam memahami disiplin ilmu keperawatan, sehingga perawat menyadari kebutuhan
akan teori-teori keperawatan dalam
membimbing penelitian dan praktek professional keperawatan. Salah satu
teori keperawatan yang memberikan pengaruh di dalam pelayanan keperawatan
adalah Nursing Process Theory yang diperkenalkan oleh Ida Jean Orlando.
Konsep merupakan suatu ide dimana terdapat suatu kesan yang abstrak
yang dapat di organisir menjadi simbol – simbol yang nyata, sedangkan konsep
keperawatan merupakan suatu ide untuk menyusun suatu kerangka konseptual
atau model keperawatan. Teori itu
sendiri merupakan kelompok konsep yang membentuk sebuah pola yang nyata atau
suatu pernyataan yang menjelaskan suatu proses, peristiwa atau kejadian yang di
dasari oleh fata-fakta yang telah di observasi tetapi kurang absolut atau
bukti secara langsung.
Keperawatan sebagai bagian integral
pelayanan kesehatan merupakan suatu
bentuk pelayanan professional yang
didasarkan pada ilmu keperawatan. Pada perkembangannya ilmu keperawatan selalu mengikuti
perkembangan ilmu lain, mengingat ilmu keperawatan merupakan ilmu terapan yang selalu berubah
mengikuti perkembangan zaman.
Demikian juga dengan pelayanan keperawatan di Indonesia, kedepan
diharapkan harus mampu memberikan pelayanan kepada masyarakat secara
profesional sesuai dengan tuntutan kebutuhan masyarakat serta teknologi
bidang kesehatan yang senantiasa
berkembang. Pelaksanaan asuhan keperawatan di sebagian besar rumah sakit Indonesia umumnya telah
menerapkan pendekatan ilmiah melalui proses keperawatan.
Tanggung jawab dari
seorang perawat meliputi “bagaimana menolong seorang pasien dengan memenuhi
kebutuhannya (misal; kenyamanan fisik dan mental yang harus diupayakan sedapat
mungkin selama proses keperawatan berlangsung). Hal ini merupakan tanggungjawab
seorang perawat dalam memenuhi kebutuhan pasien baik melalui usahanya sendiri
maupun menggunakan bantuan tenaga lain. Kebutuhan merupakan “keadaan dimana
seorang pasien membutuhkan nutrisi, menyembuhkan atau mengurangi rasa sakit,
dan menumbuhkan perasaan yang adekuat untuk sembuh. Tingkah laku yang timbul
ini berupa tingkah laku verbal maupun nonverbal yang dapat dilihat oleh seorang
perawat. Reaksi langsung atau reaksi spontan termasuk didalamnya persepsi dari
keduanya yaitu perawat dan pasien, pemikiran dan perasaan dari keduanya.
Disiplin Proses Keperawatan termasuk di dalamnya komunikasi antara perawat dan
pasien.
Kualitas asuhan keperawatan sangat
ditentukan oleh berbagai faktor antara lain: kondisi pasien, pelayanan
keperawatan termasuk tenaga keperawatan di dalamnya, sistem manajerial dan
kemampuan rumah sakit dalam melengkapi sarana prasarana, serta harapan
masyarakat terhadap pelayanan kesehatan atau keperawatan yang diberikan di
rumah sakit tersebut.
Keperawatan dikatakan sebuah profesi
karena semua karakteristik profesi semuanya ada dalam diri perawat, yaitu yang
pertama body of knowledge atau
disebut dengan tubuh pengetahuan, selain
itu penggunaan riset sebagai dasar pengembangan keperawatan, dan yang ketiga
adalah adanya pendidikan tinggi. Untuk memantapkan diri menjadi profesi yang
kuat maka perlu mengukuhkan keilmuan atau sains.
Dalam bahasa Arab, kata science diterjemahkan sebagai “ilmu.”
Kata ilmu berasal dari bahasa Arab: ‘alima,
ya’lamu,’ ilman dengan wazan fai’ila,
yaf’alu, fa’lan, yang berarti
mengerti, memahami benar-benar. Jadi definisi
sains ialah suatu cara untuk mempelajari berbagai aspek-aspek tertentu dari
alam secara terorganisir, sistematik & melalui berbagai metode saintifik
yang terbakukan. Ruang lingkup sains terbatas pada berbagai hal yang dapat
dipahami oleh indera (penglihatan, sentuhan, pendengaran, rabaan &
pengecapan) atau dapat dibilang sains itu pengetahuan yang diperoleh melalui
pembelajaran dan pembuktian.
Salah satu cara untuk menunjukkan profesi keperawatan berkualitas dan
berdedikasi untuk masyarakat yaitu dengan
mengembangkan salah satu model pelayanan keperawatan yang sesuai dengan kondisi
masyarakat Indonesia. Salah satunya adalah yang dikemukakan oleh Ida Jean Orlando yang dikenal
dengan teori proses keperawatan atau disiplin proses keperawatan.
Orlando mengemukakan
tentang beberapa konsep utama, diantaranya adalah konsep disiplin proses
keperawatan ( Nursing Process Discipline)
yang juga dikenal dengan sebutan proses disiplin atau proses keperawatan.
Disiplin proses keperawatan meliputi komunikasi perawat kepada pasiennya yang
sifatnya segera, mengidentifikasi permasalahan klien yang
disampaikan kepada perawat, menanyakan untuk validasi atau
perbaikan. (Tomey, 2006: 434).
Selain
itu Orlando juga menggambarkan mengenai disiplin nursing proses
sebagai interaksi total (Totally
Interactive) yang dilakukan tahap demi tahap, apa yang terjadi antara
perawat dan pasien dalam hubungan tertentu, perilaku pasien, reaksi perawat
terhadap perilaku tersebut dan tindakan yang harus dilakukan, mengidentifikasi
kebutuhan pasien untuk membantunya serta untuk melakukan tindakan
yang tepat (George, 1995 ;162).
Oleh karena itu, kelompok memandang perlu untuk mengetahui dan
mengkaji lebih jauh tentang penerapan model keperawatan yang sesuai dengan
teori Ida jean Orlando di lapangan atau rumah sakit, sehingga dapat diketahui
apakah teori Ida jean Orlando dapat diaplikasikan dengan baik dalam pelayanan
keperawatan atau asuhan keperawatan dalam keperawatan anak dan manajemen.
B. Tujuan
1.
Tujuan Umum
Mampu memahami konsep model teori proses
keperawatan menurut Ida Jean Orlando dalam aplikasi asuhan keperawatan.
2.
Tujuan Khusus
a.
Memahami konsep model
teori Ida Jean Orlando
b.
Mengetahui konsep
paradigma keperawatan
c.
Mengetahui kerangka
konseptual teori Ida Jean Orlando
d.
Mengetahui kekuatan
dan kelemahan dari teori Ida Jean Orlando
e.
Mampu menghubungkan
model konsep Ida Jean Orlando dengan aplikasi keperawatan anak dan manajemen
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Data Biografi Ida Jean
Orlando

Ida jean Orlando Pelletier lahir pada tanggal 12 Agustus 1926 di
New Jersey. Ia telah aktif berkarir sebagai pelaksana, pendidik, peneliti dan
konsultan dalam bidang keperawatan. Pada awal karirnya ia bekerja sebagai staf
keperawatan di berbagai bidang seperti obstetri, perawatan penyakit dalam dan
bedah, serta diruang emergency. Ia juga telah menjabat sebagai supervisor dan
menjabat sebagai asisten dua Direktur Keperawatan. Riwayat pendidikan Orlando dimulai
dari di terimanya di pendidikan Diploma Keperawatan di Medical College New York
pada tahun 1947, dan mendapat gelar Bachelor Of Nursing pada tahun 1951 dari
Universitas St. John:s di Brooklyn New
York. Pada tahun 1954 menerima M.A. di Mental Health Consultation dari
Universitas Colombia, New York.
Setelah lulus dari pendidikan terakhirnya orlando bekerja
disekolah New Haven Conneticut selama delapan tahun. Pada tahun 1958 ia menjadi
asosiasi peneliti dan investigator untuk proyek negara mengenai konsep
kesehatan mental pada kurikulum dasar. Proyek ini memfokuskan pada
mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi integritas prinsip kesehatan mental
untuk kurikulum dasar keperawatan. Setelah tiga tahun ia mencatatkan hasil
penelitian dan ia menghabiskan empat tahun untukmenganalisa data yang
diperolehnya pada penelitian tersebut, kemudian ia melaporkan penemuanya
tersebut ke buku pertamanya pada tahun 1958 yang berjudul The Dynamic
Nurse-Patient Relationship: Function, Process and Principles Of Professional
Nursing Practice, namun buku tersebut baru dipublikasikan pada tahun 1961. Buku
inilah yang memformulasikan teori dasar keperawatan orlando. Buku tersebut
dicetak dalam lima bahasa yaitu bahasa jepang, hebrew, prancis, portugis dan
belanda.
Buku pertamanya yang dipublikasikan pada tahun 1961 dan diprint
ulang pada tahun 1990 yaitu yang berjudul Hubungan Dinamis Perawat-Pasien:
Fungsi, Prinsip dan Proses. Ia juga menjabat sebagai pimpinan Graduate Program dalam kesehatan mental
dan psikiatri nursing di Yale. Orlando juga aktif dalam organisasi seperti pada
Massachusetts Nurses” Association’s dan
di Harvard Comunity Health Plan. Ia juga sebagai dosen dan konsultan pada
berbagai institusi keperawatan.
Pada tahun 1962 sampai tahun 1972 orlando bekerja sebagai
konsultan bidang keperawatan klinik di RS Mc Lean Belmont. Orlando memberikan
hasil kerjanya selama 10 tahun diRS tersebut melalui buku kedua yang berjudul The Discipline and Teaching of Nursing
Procces: An Evaluative Study.
Orlando memberikan beberapa kontribusi penting dalam teori dan
praktek keperawatan. Konsep mengenai proses keperawatan meliputi beberapa
kriteria, antara lain:
1. Memberikan konsep hubungan yang digambarkan secara sistematik
mengenai fenomena bidang keperawatan
2. Memspesifikasikan hubungan antar konsep keperawatan
3. Menjelaskan apa yang terjadi selama proses keperawatan dan mengapa
hal itu bisa terjadi
4. Mendeskripsikan bagaimana fenomena keperawatan dapat terkontrol
5. Menjelaskan bagaimana mengontrol guna memprediksikan hasil dari
proses keperawatan
B.
Teori Ida Jean Orlando
Menurut Orlando,
keperawatan bersifat unik dan independent karena berhubungan langsung dengan
kebutuhan pasien yang harus dibantu, nyata atau potensial serta pada situasi
langsung. Teori Orlando berfokus pada pasien sebagai individu, artinya masing –
masing orang berada pada situasi yang berbeda. Orlando mendefinisikan kebutuhan
sebagai permintaan atau kebutuhan pasien dimana bila disuplai, dikurangi, atau
menurunkan distress secara langsung atau bahkan meningkatkan perasaan tercukupi
atau wellbeing.
Teori keperawatan
Orlando menekankan ada hubungan timbal balik antara pasien dan perawat, apa
yang mereka katakan dan kerjakan akan saling mempengaruhi. Perawat sebagai
orang pertama yang mengidentifikasi dan
menekankan elemen-elemen pada proses keperawatan serta hal-hal kritis penting
dari partisipasi pasien dalam proses
keperawatan. Proses aktual interaksi perawat-pasien sama halnya dengan
interaksi antara dua orang . Ketika perawat menggunakan proses ini untuk
mengkomunikasikan reaksinya dalam merawat pasien, orlando menyebutnya sebagai
”nursing procces discipline”. Hal ini merupakan alat yang dapat perawat gunakan
untuk melaksanakan fungsinya dalam merawat pasien.
Orlando (1972)
menyampaikan 3 kriteria untuk memastikan keberhasilan perawat dalam mengeksplor
dan bereaksi dengan pasien, yaitu :
1.
Perawat harus
menemuainya dan konsisten terhadap apa yang dikatakanya dan mengatakan perilaku
nonverbalnya kepada pasien.
2.
Perawat harus dapat
mengkomunikasikanya dengan jelas terhadap apa yang akan diekspresikanya.
3.
Perawat harus
menanyakan kembali kepada pasien langsung utnuk perbaikam atau klarifikasi.
Orlando menggambarkan
model teorinya dengan lima konsep utama yaitu fungsi perawat profesional,
mengenal perilaku pasien, respon internal atau kesegeraan, disiplin proses
keperawatan serta kemajuan.
1.
Tanggung jawab perawat
Tanggung jawab
perawat yaitu membantu apapun yang pasien butuhkan untuk memenuhi kebutuhan
tersebut (misalnya kenyamanan fisik dan rasa aman ketika dalam mendapatkan
pengobatan atau dalam pemantauan. Perawat harus mengetahui kebutuhan pasien untuk membantu memenuhinya.
Perawat harus mengetahui peran profesionalnya, aktivitas perawat profesional yaitu tindakan yang dilakukan
perawat secara bebas dan bertanggung jawab guna mencapai tujuan dalam membantu pasien.
Ada beberapa
aktivitas spontan dan rutin yang bukan aktivitas profesional perawat yang dapat
dilakukan oleh perawat, sebaiknya hal ini dikurangi agar perawat lebih terfokus
pada aktivitas-aktivitas yang benar-benar
menjadi kewenangannya.
2.
Mengenal perilaku
pasien
Mengenal perilaku
pasien yaitu dengan mengobservasi apa yang dikatakan pasien maupun perilaku
nonverbal yang ditunjukan pasien.
3.
Reaksi segera
Reaksi segera
meliputi persepsi, ide dan perasaan perawat dan pasien. Reaksi segera adalah
respon segera atau respon internal dari perawat dan persepsi individu pasien ,
berfikir dan merasakan.
4.
Disiplin proses
keperawatan
Menurut Orlando
(1995 hlm 162) mengartikan disiplin proses keperawatan sebagai interaksi total (totally interactive) yang
dilakukan tahap demi tahap, apa yang terjadi antara perawat dan pasien dalam
hubungan tertentu, perilaku pasien, reaksi perawat terhadap perilaku tersebut
dan tindakan yang harus dilakukan, mengidentifikasi kebutuhan pasien untuk membantunya serta untuk melakukan tidakan yang tepat.
5.
Kemajuan/ peningkatan
Peningkatan berarti
tumbuh lebih, pasien menjadi lebih berguna dan produktif.
Proses keperawatan Orlando didasarkan
pada "proses di mana setiap tindakan individu". Tujuan dari proses
ketika digunakan antara perawat dan pasien adalah memenuhi kebutuhan pasien
untuk membantu. Perbaikan dalam perilaku pasien yang idencates resulotion
kebutuhan adalah hasil tujuannya adalah juga digunakan dengan orang lain yang
bekerja dalam pengaturan ajob.. Ini Tujuannya di sini adalah untuk memahami
bagaimana resposibilities profesional dan pekerjaan masing-masing mempengaruhi
yang lain. ini memungkinkan perawat untuk secara efektif memenuhi setiap
fuction profesionalnya untuk pasien dalam pengaturan origanizational.
1.
Pasien
Proses keperawatan
diatur dalam gerakan oleh perilaku pasien semua perilaku pasien, tidak peduli
betapa tidak berartinya, harus dianggap sebagai ungkapan kebutuhan bantuan
sampai maknanya kepada pasien tertentu dalam situasi yang mendesak dipahami..
Orlando menekankan hal ini pada prinsipnya pertama: "Perilaku menyajikan
pasien, terlepas dari dari dalam yang muncul, mungkin merupakan suatu
permohonan untuk membantu".
Ketika pasien
mengalami suatu kebutuhan bahwa ia tidak bisa menyelesaikan, rasa tidak berdaya
terjadi. Perilaku pasien mencerminkan tekanan ini. Dalam Hubungan
Perawat-Pasien Dinamis, Orlando menjelaskan beberapa kategori distres pasien.
Ini adalah "keterbatasan fisik. . . merugikan reaksi terhadap pengaturan
dan. . . pengalaman yang mencegah pasien dari berkomunikasi kebutuhannya.
Perasaan tidak berdaya karena keterbatasan fisik dapat mengakibatkan dari
pembangunan tidak lengkap, cacat sementara atau permanen, atau pembatasan
lingkungan, nyata atau dibayangkan.
Reaksi yang
merugikan pada pengaturan, di sisi lain, biasanya hasil dari pemahaman yang
salah atau tidak memadai tentang pengalaman di sana. Pasien mungkin menjadi
tertekan dari reaksi negatif untuk setiap aspek pengaturan meskipun niat
membantu atau terapi Sering kebutuhan untuk membantu juga mungkin timbul dari
berkomunikasi ketidakmampuan pasien secara efektif. Hal ini mungkin disebabkan
faktor-faktor seperti ambivalensi ketergantungan tentang yang dibawa oleh
penyakit, malu berhubungan dengan kebutuhan, kurangnya kepercayaan pada
perawat, dan ketidakmampuan untuk menyatakan kebutuhan tepat.
Perilaku pasien
dapat verbal atau nonverbal inkonsistensi antara kedua jenis perilaku ini
mungkin menjadi faktor yang memberitahu perawat bahwa kebutuhan pasien bantuan.
Perilaku verbal meliputi menggunakan semua pasien bahasa.. Mungkin mengambil
dari dari "keluhan ... permintaan ... pertanyaan ... penolakan ... ..
Komentar atau pernyataan. Perilaku nonverbal meliputi manifestasi fisiologis
seperti denyut jantung, keringat, edema, dan buang air kecil: dan aktivitas
motorik seperti tersenyum, berjalan, dan menghindari aye kontak. Perilaku
pasien nonverbal juga mungkin vokal. Ini termasuk tindakan seperti menangis,
tertawa, berteriak, dan mendesak.
Meskipun semua perilaku
pasien mungkin menunjukkan kebutuhan untuk membantu, perilaku tidak mungkin
efektif mengkomunikasikan kebutuhan itu. Ketika perilaku tidak berkomunikasi
kebutuhan, masalah adalah hubungan perawat-pasien dapat timbul perilaku pasien
yang tidak efektif "mencegah perawat dari melaksanakan. Nya kekhawatiran
untuk perawatan pasien atau bentuk mempertahankan hubungan yang memuaskan
kepada pasien. perilaku pasien yang tidak efektif juga dapat menunjukkan
kesulitan dalam pembentukan awal dari hubungan perawat-pasien, identifikasi
akurat dari reaksi pasien untuk tindakan keperawatan otomatis. Resolusi
perilaku pasien yang tidak efektif yang tinggi prioritas sebagai perilaku
biasanya menjadi lebih buruk dari waktu ke waktu jika perlu bantuan itu
mengungkapkan masih belum terselesaikan
2.
Perawat Reaksi
Perilaku pasien
merangsang reaksi perawat, yang menandai awal dari proses keperawatan. Reaksi
ini terdiri dari tiga bagian yang berurutan.
pertama, perawat merasakan perilaku melalui rasa nya, kedua persepsi mengarah ke pikiran menghasilkan perasaan otomatis Sebagai contoh, perawat melihat senyum pasien, mengira dia bahagia, dan merasa baik. reaksi ini membentuk dasar untuk menentukan tindakan keperawatan Namun, perawat harus terlebih dahulu berbagi reaksinya dengan pasien untuk memastikan bahwa ia telah benar mengidentifikasi kebutuhan untuk bantuan dan tindakan keperawatan yang tepat mengatasinya.. Orlando menawarkan prinsip untuk memandu perawat dalam reaksinya terhadap perilaku pasien, "perawat itu tidak berasumsi bahwa setiap aspek reaksinya kepada pasien benar, membantu, atau sesuai sampai ia memeriksa validitas dalam eksplorasi dengan pasien.
pertama, perawat merasakan perilaku melalui rasa nya, kedua persepsi mengarah ke pikiran menghasilkan perasaan otomatis Sebagai contoh, perawat melihat senyum pasien, mengira dia bahagia, dan merasa baik. reaksi ini membentuk dasar untuk menentukan tindakan keperawatan Namun, perawat harus terlebih dahulu berbagi reaksinya dengan pasien untuk memastikan bahwa ia telah benar mengidentifikasi kebutuhan untuk bantuan dan tindakan keperawatan yang tepat mengatasinya.. Orlando menawarkan prinsip untuk memandu perawat dalam reaksinya terhadap perilaku pasien, "perawat itu tidak berasumsi bahwa setiap aspek reaksinya kepada pasien benar, membantu, atau sesuai sampai ia memeriksa validitas dalam eksplorasi dengan pasien.
Persepsi, pikiran,
dan perasaan terjadi secara otomatis dan hampir bersamaan, Oleh karena itu
perawat harus belajar untuk mengidentifikasi setiap bagian dari reaksinya ini
membantu dia untuk menganalisis reaksi untuk menentukan mengapa ia bereaksi
seperti yang dia lakukan.. Tujuannya menjadi logis daripada intuitif, perawat
dapat menggunakan reaksinya untuk tujuan membantu pasien.
Disiplin dalam
proses keperawatan mengatur bagaimana perawat saham reaksinya dengan pasien
Orlando menawarkan prinsip untuk menjelaskan kegunaan dari berbagi ini.
Setiap pengamatan
bersama dan dieksplorasi dengan pasien segera bermanfaat dalam memastikan dan
memenuhi kebutuhannya atau mencari tahu bahwa dia tidak membutuhkan pada waktu
itu.
Dia memberikan tiga kriteria
berikut untuk memastikan bahwa eksplorasi perawat reaksinya dengan pasien
berhasil
a.
What perawat
mengatakan kepada individu dalam kontak harus sesuai (konsisten dengan) salah
satu atau semua atau item yang terkandung dalam reaksi langsung. dan apa yang
tidak nonverbal perawat harus secara verbal diungkapkan dan ekspresi harus
cocok dengan satu atau semua item yang terkandung dalam reaksi langsung.
b.
Aktifitas perawat
jelas harus harus berkomunikasi dengan individu bahwa item yang diungkapkan
milik sendiri
c.
Perawat harus bertanya
individu tentang item yang diungkapkan dalam rangka untuk mendapatkan koreksi
atau verifikasi dari individu yang sama.Aspek yang dibagi dengan cara yang
dijelaskan dalam peraturan menurut itu.
Dari stanpoint praktis, mungkin lebih cepat untuk berbagi persepsi
dari pikiran atau perasaan "Anda meringis" mengandung asumsi kurang
dari. "Anda sakit?", Dengan cara Thia pasien dapat lebih mudah
mengungkapkan kebutuhannya untuk bantuan tanpa harus mengoreksi kesalahpahaman
perawat.
Perasaan dapat dan harus berbagi bahkan ketika mereka negatif.
Tindakan nonverbal perawat usully akan menunjukkan perasaannya jika mereka dinyatakan
non verbal. Jadi, perilaku perawat verbal dan nonverbal akan menjadi tidak
konsisten. Berbagi yang tepat dari perasaan secara efektif dapat membantu
pasien penolakan obat Anda. Bisakah Anda menjelaskan kepada saya mengapa
penolakan Anda Anda menjelaskan kepada saya mengapa Anda memiliki penolakan
obat dengan kemarahan. Jika dia mengatakan, "saya marah dengan penolakan
Anda obat Anda. Bisakah Anda menjelaskan kepada saya mengapa Anda harus
menolak? "Ia mengundang pasien untuk menjelaskan kebutuhan untuk bantuan
yang menyatakan penolakannya. Ekspresinya memenuhi tiga kriteria, dan kebutuhan
pasien untuk membantu dapat diidentifikasi dan diselesaikan.
Contoh ini menunjukkan pentingnya perawat berbagi reaksinya
sebagai fakta tentang dirinya sendiri. Dia menyatakan, "saya marah,"
daripada, "Anda membuat saya marah 'ini identifikasi yang jelas.. Ini
alsoencourages pasien untuk berbagi reaksinya dengan cara asimilar.
Identifikasi yang memadai dari aspek trhee reaksi perawat membantu
untuk menyelesaikan perasaan asing yang dapat mengganggu perawatan pasien.
Perawat mungkin menemukan bahwa perasaannya berasal dari keyakinan pribadinya
tentang bagaimana orang harus bertindak atau dari tekanan dalam pengaturan
organisasi. Jika mereka tidak diselesaikan, perilaku perawat verbal dan
nonverbal lagi akan menjadi tidak konsisten. Proses yang sama harus digunakan
dengan perawat atau profesional lainnya dalam pengaturan pekerjaan untuk
menyelesaikan setiap konflik yang mengganggu dengan perawat yang profesional fulling function dia untuk pasien.
Orlando menggunakan tiga kriteria nya dalam studi yang dijelaskan
dalam disiplin dan pengajaran proses keperawatan dan menemukan bahwa
menggunakan proses disiplin secara positif
berhubungan dengan peningkatan perilaku pasien. Penelitian ini juga
menunjukkan hubungan positif antara penggunaan perawat proses dan penggunaannya
oleh pasien. sehingga penggunaan proses saja dapat membantu pasien
berkomunikasi kebutuhannya dengan lebih efektif.
Orlando menawarkan diagram menggambarkan terbuka reaksi perawat
versus menjaga rahasia reaksi (lihat figs.10-1 dan 10-2). Tindakan perawat itu
dari reaksi menjadi perilaku merangsang reaksi kepada pasien. Hanya keterbukaan
dalam berbagi reaksi menjamin bahwa kebutuhan pasien akan effectively diselesaikan. Berbagi ini, dengan cara yang dilarang,
membedakan praktik keperawatan profesional dari tanggapan pribadi otomatis.
3.
Tindakan perawat
Setelah perawat
telah divalidasi atau dikoreksi reaksinya terhadap perilaku pasien melalui
eksplorasi dengan dia, dia bisa menyelesaikan proses keperawatan dengan
tindakan perawat. Orlando termasuk "hanya apa yang dia (perawat)
mengatakan atau melakukan dengan atau untuk kepentingan pasien" sebagai
tindakan keperawatan profesional. Perawat harus yakin bahwa tindakannya tepat
untuk memenuhi kebutuhan pasien untuk membantu. Prinsip Orlando membimbing
negara keperawatan, "inisial perawat aprocess
eksplorasi untuk memastikan bagaimana pasien adalah dipengaruhi oleh apa yang
dia katakan atau lakukan. Perawat dapat bertindak dengan dua cara: otomatis
atau deliberatif. Hanya dengan cara
kedua memenuhi fungsi profesionalnya. Tindakan otomatis adalah "mereka
diputuskan untuk alasan lain selain kebutuhan pasien yang mendesak," di
mana tindakan sebagai deliberatif
memastikan dan memenuhi kebutuhan ini. Ada perbedaan antara tujuan tindakan
benar-benar melayani dan niatnya untuk membantu pasien.
Sebagai contoh,
perawat mengelola pil tidur karena perintah dokter itu. Perawat melaksanakan
perintah dokter adalah tujuan dari tindakan. Namun, perawat belum menentukan
bahwa pasien mengalami gangguan tidur atau pil adalah cara yang paling tepat
untuk membantu dia tidur. Dengan demikian tindakan ini otomatis, bukan deliberatif, dan pasien perlu bantuan
tidak mungkin dipenuhi.
Berikut ini cara
mengidentifikasi kriteria untuk tindakan deliberatif:
a.
Tindakan
Permusyawaratan hasil dari identifikasi yang benar kebutuhan pasien dengan
validasi reaksi perawat terhadap perilaku pasien.
b.
Perawat mengeksplorasi
makna tindakan kepada pasien dan relevansinya untuk memenuhi kebutuhannya.
c.
Perawat memvalidasi
efektifitas tindakan segera setelah menyelesaikan itu.
Perawat bebas dari rangsangan yang tidak berhubungan dengan
kebutuhan pasien ketika ia bertindak. Otomatis tindakan gagal untuk memenuhi
satu atau lebih kriteria ini. Otomatis tindakan yang paling mungkin dilakukan
oleh perawat terutama yang bersangkutan dengan melaksanakan perintah dokter,
rutinitas perawatan pasien, atau prinsip-prinsip umum untuk melindungi
kesehatan atau oleh perawat yang tidak memvalidasi reaksi mereka terhadap
perilaku pasien.
Profesional Fungsi, Perawat sering bekerja dalam organisasi dengan
profesional lainnya, dan tunduk pada otoritas organisasi yang mempekerjakan
mereka. Hal ini tak terelakkan, karena itu, bahwa pada waktu akan timbul
konflik antara tindakan yang tepat untuk profesi perawat dan yang dibutuhkan
oleh pekerjaan. Tindakan non-profesional dapat mencegah perawat dari
menjalankan fungsi profesionalnya, dan ini dapat menyebabkan perawatan pasien
yang tidak memadai.
Sebuah fungsi didefinisikan
dengan baik profesi dapat membantu untuk mencegah dan menyelesaikan konflik
ini. Perawat tidak seharusnya menerima posisi yang tidak memungkinkan mereka
untuk memenuhi kebutuhan pasien mereka untuk membantu. Jika konflik tidak muncul,
perawat harus menyajikan data yang menunjukkan bahwa menyusui tidak mampu
memenuhi fungsi profesional. Orlando percaya bahwa majikan tidak mungkin untuk
terus memerlukan kegiatan pekerjaan yang mengganggu fungsi yang didefinisikan
dengan baik sebuah profesi. Untuk lembaga untuk melakukannya "akan
benar-benar meninggalkan seluruh titik memiliki meminta jasa profesi yang di
instansi atau lembaga.
Perawat harus selalu sadar bahwa "aktivitas mereka adalah
profesional hanya ketika ia sengaja mencapai tujuan membantu pasien. Beberapa
kegiatan otomatis mungkin diperlukan untuk menjalankan sebuah institusi. Ini
harus, bagaimanapun, dijaga agar tetap minimum dan harus dilakukan, sebanyak
mungkin, oleh personil dukungan. Perawat harus menghadiri untuk membantu pasien
mengatasi konflik antara rutinitas dan kebutuhan mereka untuk membantu.
Dalam institusi perawatan paling akut hari ini, potensi permintaan
keterampilan keperawatan dan penilaian melebihi ketersediaan tersebut.
Akibatnya, sistem pemberian perawatan keperawatan sedang dievaluasi dan
direvisi untuk memungkinkan perawat untuk berlatih dalam situasi atau daerah di
mana dia yang paling dibutuhkan. Beberapa situasi ini telah secara khusus
diidentifikasi oleh komite akreditasi keperawatan profesional dan, melalui
masukan mereka, tercermin dalam standar akreditasi dari komisi bersama tentang
akreditasi untuk organisasi perawatan kesehatan. Ini adalah: (1) ketika pasien
mengaku, penilaian keperawatan profesional diperlukan untuk mengidentifikasi
pasien perlu bantuan, (2) ketika pasien memiliki kebutuhan akan pendidikan
biasa disebut pendidikan pasien dan; (3) saat pasien sedang dipersiapkan untuk
debit.
Di bawah sistem ini, penekanan ditempatkan pada pasien dirawat dan
diberhentikan dalam jumlah yang telah ditetapkan hari. Perawatan dapat
memanfaatkan situasi ini dan menggunakannya untuk kepentingan pasien dan
profesi terbaik. Teori Orlando, sementara sederhana di alam, memberikan arah
dan fokus untuk mengidentifikasi dan memahami pasien perlu
Dengan demikian, proses keperawatan diatur dalam gerakan oleh
perilaku pasien yang mungkin menunjukkan perlunya bantuan. Perawat bereaksi
terhadap perilaku ini dengan persepsi, pikiran, dan perasaan. Dia saham aspek
reaksinya dengan pasien, memastikan bahwa tindakannya verbal dan nonverbal yang
konsisten dengan reaksinya, bahwa dia mengidentifikasi reaksi sebagai dirinya
sendiri, dan bahwa ia mengundang pasien untuk mengomentari validitas reaksinya.
Reaksi benar bersama oleh perawat membantu pasien untuk menggunakan proses yang
sama untuk lebih efektif mengkomunikasikan kebutuhannya. Selanjutnya, tindakan
yang sesuai untuk menyelesaikan kebutuhan adalah saling diputuskan oleh pasien
dan perawat. Setelah perawat bertindak, ia segera bertanya pasien jika tindakan
tersebut telah efektif. Sepanjang interaksi, perawat memastikan bahwa ia bebas
dari setiap rangsangan asing yang mengganggu dengan reaksi ke pasien.
Orlando Teori dan Konsep Empat Mayor. Orlando termasuk bahan
khusus untuk tiga dari empat konsep utama:, kesehatan manusia, dan keperawatan.
Konsep keempat, masyarakat, tidak termasuk dalam teorinya.Dia menggunakan
konsep manusia sebagai ia menekankan individualitas dan sifat dinamis dari
hubungan perawat-pasien.Sementara kesehatan tidak ditentukan. Hal ini tersirat.
Dalam karya awalnya, Orlando terfokus pada penyakit. Kemudian, dia menunjukkan
bahwa penawaran keperawatan dengan individu setiap kali ada kebutuhan untuk
bantuan. Jadi, rasa tidak berdaya menggantikan konsep kesehatan sebagai
inisiator dari kebutuhan untuk menyusui.
Orlando mengabaikan sebagian besar masyarakat. Dia hanya berurusan
dengan interaksi antara perawat dan pasien dalam situasi segera dan berbicara
kepada pentingnya individualitas. Dia membuat beberapa upaya untuk membahas
sistem keperawatan secara keseluruhan dalam pengaturan kelembagaan. Namun, dia
tidak membahas bagaimana pasien dipengaruhi oleh masyarakat di mana dia tinggal
tidak apakah dia menggunakan masyarakat sebagai fokus tindakan keperawatan.
Keperawatan adalah, tentu saja, fokus pekerjaan Orlando. Dia berbicara tentang keperawatan sebagai unik dan independen dalam keprihatinan untuk kebutuhan individu untuk membantu dalam situasi mendesak. Upaya untuk memenuhi kebutuhan individu untuk membantu dilaksanakan dalam situasi interaktif dan dengan cara disiplin yang memerlukan pelatihan yang tepat.
Keperawatan adalah, tentu saja, fokus pekerjaan Orlando. Dia berbicara tentang keperawatan sebagai unik dan independen dalam keprihatinan untuk kebutuhan individu untuk membantu dalam situasi mendesak. Upaya untuk memenuhi kebutuhan individu untuk membantu dilaksanakan dalam situasi interaktif dan dengan cara disiplin yang memerlukan pelatihan yang tepat.
C. Konsep Utama dan
Definisi
Konsep utama dalam teori proses keperawatan. Teori
keperawatan Orlando menekankan ada hubungan timbal balik antara pasien dan
perawat, apa yang mereka katakan dan kerjakan akan saling mempengaruhi. Dan
sebagai orang pertama yang
mengidentifikasi dan menekankan elemen-elemen pada proses keperawatan dan
hal-hal kritis penting dari partisipasi
pasien dalam proses keperawatan. Proses aktual interaksi perawat-pasien
sama halnya dengan interaksi antara dua orang. Ketika perawat menggunakan
proses ini untuk mengkomunikasikan reaksinya dalam merawat pasien, orlando
menyebutnya sebagai ”nursing procces
discipline”. Itu merupakan alat yang dapat perawat gunakan untuk
melaksanakan fungsinya dalam merawat pasien.
Teori Orlando menggambarkan mengenai fungsi dari keperawatan
secara professional sebagai salah satu upaya memenuhi kebutuhan pasien akan
pertolongan. Fungsi ini akan terpenuhi ketika seorang perawat dapat mencari
tahu dan menemukan apa saja kebutuhan yang diperlukan dari seorang pasien.
Teori Orlando difokuskan pada bagaimana menciptakan kemajuan pada tindakan dari
seorang pasien. Kemajuan dari seorang pasien dapat dilihat dari tingkah laku
dan tindakan yang dapat diamati oleh seorang perawat. Persepsi seorang perawat
terhadap tingkah laku dari pasiennya dapat menghasilkan suatu pemikiran yang
dapat mempengaruhi perawat untuk mengembangkan kemampuannya.
Tanggungjawab dari seorang
perawat meliputi “bagaimana menolong seorang pasien dengan memenuhi
kebutuhannya (misal; kenyamanan fisik dan mental yang harus diupayakan sedapat
mungkin selama proses keperawatan berlangsung). Hal ini merupakan tanggungjawab
seorang perawat dalam memenuhi kebutuhan psien baik melalui usahanya sendiri
maupun menggunakan bantuan tenaga lain. Kebutuhan Kebutuhan merupakan “keadaan
dimana seorang pasien membutuhkan, nutrisi, menyembuhkan atau mengurangi rasa
sakit, dan menumbuhkan perasaan yang adekuat untuk sembuh. Tingkah Laku yang
Timbul dari Pasien Tingkah laku yang timbul ini berupa tingkah laku verbal
maupun nonverbal yang dapat dilihat oleh seorang perawat. Reaksi Langsung
Reaksi spontan termasuk didalamnya persepsi dari keduanya yaitu perawat dan
pasien, pemikiran dan perasaan dari keduanya.
Disiplin Proses Keperawatan
Disiplin Proses Keperawatan termasuk di dalamnya komunikasi antara perawat dan
pasien. Disiplin Proses Keperawatan atau disebut juga Delebrasi Proses
Keperawatan inilah yang digambarkan pada buku pertama Orlando. Improvisasi, Improvisasi di sini berarti bagaimana
berkembang lebih baik, untuk memberikan hasil, atau untuk menggunakan beberapa
manfaat dari suatu hal. Manfaat dari seorang perawat adalah untuk memberikan
bantuan apa saja dalam rangka memenuhi kebutuhan pasien untuk sembuh. Tindakan
spontan dari seorang perawat adalah “segala tindakan perawat yang dilakukan
berdasarkan suatu alasan untuk memenuhi kebutuhan segera dari seorang pasien.
Tindakan Deleberatif Perawat adalah segala sesuatu yang diputuskan setelah
mengetahui kebutuhan yang diperlukan dan kemudian berupaya untuk memenuhinya.
Teori Orlando mendeskripsikan model keperawatannya sebagai
pengembangan dari lima faktor konsep yang berhubungan yaitu:
1. Fungsi dari keperawatan yang profesional
2. Tingkah laku yang ditunjukkan oleh pasien selama proses
keperawatan
3. Respon langsung atau respon internal yang diberikan oleh perawat
4. Disipilin dari proses keperawatan
5. Improvisasi dalam melakukan proses keperawatan
Orlando mengidentifikasi
dan mendefinisikan beberapa elemen dari reaksi langsung seorang perawat sebagai
berikut:
1.
Persepsi, simulasi
fisik dari tiap orang berdasarkan hasil dari panca inderanya.
2.
Pemikiran spontan
mengenai persepsi yang berasal dari pemikiran seorang individu.
3.
Stimulasi perasaan
dari hasil pemikiran dimana dapat mengerakkan seseorang dari hasil persepsi,
pemikiran dan perasaanya.
Orlando menggambarkan model
teorinya dengan lima konsep utama yaitu fungsi perawat profesional, mengenal
perilaku pasien, respon internal atau kesegaraan, disiplin proses keperawatan
serta kemajuan
1. Tanggung
jawab perawat
Tanggung
jawab perawat yaitu membantu apapun yang pasien butuhkan untuk memenuhi
kebutuhan tersebut (misalnya kenyamanan fisik dan rasa aman ketika dalam
mendapatkan pengobatan atau dalam pemantauan. Perawat harus mengetahui kebutuhan pasien untuk membantu memenuhinya.
Perawat harus mengetahui benar peran
profesionalnya, aktivitas perawat
profesional yaitu tindakan yang dilakukan perawat secara bebas dan
bertanggung jawab guna mencapai tujuan
dalam membantu pasien. Ada beberapa aktivitas spontan dan rutin yang bukan
aktivitas profesional perawat yang dapat dilakukan oleh perawat, sebaiknya hal
ini dikurangi agar perawat lebih terfokus pada
aktivitas-aktivitas yang benar-benar menjadi kewenangannya.
2. Mengenal
perilaku pasien
Mengenal
perilaku pasien yaitu dengan mengobservasi apa yang dikatakan pasien maupun
perilaku nonverbal yang ditunjukan pasien.
3. Reaksi
segera
Reaksi
segera meliputi persepsi, ide dan perasaan perawat dan pasien. Reaksi segera
adalah respon segera atau respon internal dari perawat dan persepsi individu
pasien , berfikir dan merasakan.
4. Disiplin
proses keperawatan
Menurut
George (1995 hlm 162) mengartikan
disiplin proses keperawatan sebagai
interaksi total (totally
interactive) yang dilakukan tahap demi tahap, apa yang terjadi antara
perawat dan pasien dalam hubungan tertentu, perilaku pasien, reaksi perawat
terhadap perilaku tersebut dan tindakan yang harus dilakukan, mengidentifikasi
kebutuhan pasien untuk membantunya serta
untuk melakukan tindakan yang tepat.
5. Kemajuan/
peningkatan
Peningkatan berari
tumbuh lebih, pasien menjadi lebih berguna dan produktif.
D.
Pokok Utama dari Teori Orlando
Teori Orlando
menggambarkan mengenai fungsi dari keperawatan secara professional sebagai
salah satu upaya memenuhi kebutuhan pasien akan pertolongan. Fungsi ini akan
terpenuhi ketika seorang perawat dapat mencari tahu dan menemukan apa saja
kebutuhan yang diperlukan dari seorang pasien. Teori Orlando difokuskan pada
bagaimana menciptakan kemajuan pada tindakan dari seorang pasien. Kemajuan dari
seorang pasien dapat dilihat dari tingkah laku dan tindakan yang dapat diamati
oleh seorang perawat. Persepsi seorang perawat terhadap tingkah laku dari
pasiennya dapat menghasilkan suatu pemikiran yang dapat mempengaruhi perawat
untuk mengembangkan kemampuannya.
Orlando
mengidentifikasi dan mendefiniskan beberapa elemen dari reaksi langsung seorang
perawat sebagai berikut:
a.
Persepsi,
simulasi fisik dari tiap orang berdasarkan hasil dari panca inderanya.
b.
Pemikiran
spontan mengenai persepsi yang berasal dari pemikiran seorang individu
c.
Stimulasi
perasaan dari hasil pemikiran dimana dapat mengerakkan seseorang dari hasil
persepsi, pemikiran dan perasaanya.
E. Penggunaan Data
Perbandingan Orlando merupakan perawat pertama yang
mengembangkan teorinya berdasarkan keadaan nyata dari hubungan antara perawat
dan pasien. Orlando mencatat bahwa lebih dari 2000 kontak antara perawat dan
pasien dalam mengembangkan teorinya yang didasarkan atas data dari hubungan
tersebut. Orlando menggunakan metode kualitatif untuk menganalisa data yang
diperolehnya atau metodologi riset lapangan dalam pengumpulan data
penelitiannya.
F. Asumsi Teori
Orlando
Hampir keseluruhan dari teori Orlando digambarkan
secara implicit. Schieding (1993) memberikan beberapa asumsi dari tulisan
Orlando mengenai empat bidang dan elebotasi mengenai pandangan Orlando:
a.
Asumsi Mengenai
Keperawatan
a.
Keperawatan merupakan
profesi yang berbeda dengan disiplin ilmu lain.
b.
Keperawatan
professional mempunyai fungsi dan dan menghasilkan produk yang berbeda (hasil).
c.
Terdapat perbedaan
antara sekadar membaringkan dengan tindakan keperawatan yang professional.
b.
Asumsi Mengenai Pasien
a.
Kebutuhan pasien akan
pertolongan merupakan suatu hal yang unik.
b.
Pasien memiliki
kemampuan untuk mengkomunikasikan kebutuhannya akan pertolongan.
c.
Ketika pasien tidak
memperoleh kebutuhannya maka ia akan mengalami kemunduran.
d.
Tingkah laku dari seorang
pasien merupakan suatu hal yang memberikan mana.
e.
Pasien mampu dan
bersedia berkomunikasi secara verbal atau tidak verbal.
c.
Asumsi Mengenai Perawat
a.
Reaksi seorang perawat
terhadap pasienya merupakan suatu hal yang unik.
b.
Perawat seharusnya
tidak menambah tekanan pada seorang pasien.
c.
Pemikiran dari seorang
perawat merupakan alat utama dalam menolong seorang pasien.
d.
Perawat menggunakan
respon yang spontan dalam menjalankan tanggung jawab keperawatanya.
e.
Praktek keperawtan
seorang perawat dikemabnagkan berdasarkan gambaran dari diri mereka
masing-masing.
d.
Asumsi Mengenai
Situasi Yang Terjadi Antara Pasien dan Perawat
a.
Situasi hubungan
antara perawta dan pasien merupakan suatu hal yang dinamis.
b.
Hal-hal yang terjadi
dalam interaksi antar pasien dan perawat merupakan bahan utama dalam
menggembangkan pengetahuan seorang perawat.
G. Teori Konsep Disiplin Proses Keperawatan ( Nursing Process
Discipline)
Teori
keperawatan Orlando menekankan ada hubungan timbal balik antara pasien dan
perawat, apa yang mereka katakan dan kerjakan akan saling mempengaruhi. Orlando
sebagai orang pertama yang mengidentifikasi dan menekankan elemen-elemen
pada proses keperawatan dan hal-hal kritis penting dari partisipasi
pasien dalam proses keperawatan. Proses aktual interaksi perawat-pasien sama
halnya dengan interaksi antara dua orang . Ketika perawat menggunakan proses
ini untuk mengkomunikasikan reaksinya dalam merawat pasien, orlando menyebutnya
sebagai ”nursing procces discipline”.
Itu merupakan alat yang dapat perawat gunakan untuk melaksanakan fungsinya
dalam merawat pasien.
Disiplin
proses keperawatan adalah serangkaian tindakan dengan suatu perilaku pasien
yang membutuhkan bantuan. Perawat harus bereaksi terhadap perilaku pasien
dengan mempersepsikan, berfikir dan merasakan. Perawat membagi aspek reaksinya
dengan pasien, meyakinkan bahwa tindakan verbal dan nonverbalnya adalah
konsisten dengan reaksinya, dan mengidentifikasi reaksi sebagai dirinya
sendiri, dan perawat mengunjungi pasien untuk memvalidasi reaksinya. Membagi
reaksinya oleh perawat membantu pasien untuk menggunakan proses yang sama agar
lebih efektif perlu komunikasinya. Selajutnya tindakan yang sesuai untuk
menyelesaikan kebutuhan adalah saling menguntungkan antar pasien dan perawat.
Setelah perawat bertindak, perawat segera katakan kepada pasien jika
tindakannya berhasil interaksi. Secara keseluruhan interaksi, perawat
meyakinkan bahwa perawat bebas terhadap stimulasi tambahan yang bertentangan
dengan reaksinya terhadap pasien.
Orlando (1972) menyampaikan 3
kriteria untuk memastikan keberhasilan perawat dalam mengeksplor dan bereaksi
dengan pasien, yaitu :
1.
Perawat harus
menemuinya dan konsisten terhadap apa yang dikatakannya dan mengatakan perilaku nonverbalnya kepada pasien
2.
Perawat harus dapat
mengkomunikasikannya dengan jelas
terhadap apa yang akan diekspresikannya
3.
Perawat harus
menanyakan kembali kepada pasien langsung untuk perbaikan atau klarifikasi.
Perawat dapat bertindak
dengan dua cara yaitu : tindakan otomatis dan tindakan terencana. Hanya tindakan
terencana yang memenuhi fungsi
profesional perawat. Sedangkan tindakan otomatis dilakukan bila kebutuhan
pasien yang mendesak, misalnya tindakan pemberian obat atas instruksi medis.
Dibawah ini merupakan kriteria tindakan keperawatan yang direncanakan:
1.
Tindakan merupakan
hasil dari indentifikasi kebutuhan pasien dengan memvalidasi reaksi perawat
terhadap perilaku pasien.
2.
Perawat menjelaskan
maksud tindakan kepada pasien dan sesuai untuk memenuhi kebituhan pasien.
3.
Perawat memvalidasi
efektifitas tindakan, segera setelah dilakukan secara lengkap
4.
Perawat membebaskan stimulasi yang tidak berhubungan
dengan kebutuhan pasien ketika melakukan tindakan.
Tindakan otomatis tidak
akan memenuhi kriteria tersebut. Beberapa contoh tindakan otomatis tindakan rutinitas,
melaksanakan instruksi dokter, tindakan perlindungan kesehatan secara umum.
Semua itu tidak membutuhkan validasi
reaksi perawat
5.
Fungsi profesional
Tindakan yang tidak
profesional dapat menghambat perawat
dalam menyelesaikan fungsi profesionalnya, dan dapat menyebabkan tidak
adekuatnya perawatan pasien. Perawat harus tetap menyadari bahwa aktivitas
termasuk profesional jika aktivitas tersebut direncanakan untuk mencapai tujuan
pemenuhan kebutuhan pasien.
H. Disiplin Proses Keperawatan Dalam Teori Proses Keperawatan
Seperti yang telah diuraikan diatas bahwa disiplin
proses keperawatan dalam nursing procces theory dikenal dengan sebutan proses
disiplin atau proses keperawatan. Disiplin proses keperawatan
meliputi komunikasi perawat kepada pasiennya yang sifatnya segera,
mengidentifikasi permasalahan klien yang disampaikan kepada perawat, menanyakan
untuk validasi atau perbaikan. (Tomey, 2006 hlm 434). Disiplin proses
keperawatan didasarkan pada ” proses bagaimana seseorang bertindak”. Tujuan
dari proses disiplin ketika digunakan antara perawat dan pasien adalah untuk membantu pemenuhan kebutuhan
pasien. Peningkatan perilaku pasien merupakan indikasi dari pemenuhan kebutuhan
sebagai hasil yang diharapkan.
1.
Perilaku Pasien
Disiplin proses keperawatan dilaksanakan sesuai dengan perilaku pasien. seluruh perilaku pasien yang
tidak sesuai dengan permasalahan dapat dianggap sebagai ekpresi yang
membutuhkan pertolongan, ini sangat berarti pada pasien tertentu dalam kondisi
gawat harus dipahami. Orlando menekankan hal ini pada prinsip pertamanya ”
dengan diketahuinya perilaku pasien , atau tidak diketahuinya yang seharusnya
ada hal tersebut menunjukan pasien membutuhkan suatu batuan”.
Perilaku pasien dapat verbal dan non verbal. Inkonsistensi antara dua
perilaku ini dapat dijadikan faktor
kesiapan perawat dalam memenuhi kebutuhan pasien. Perilaku verbal yang
menunjukan perlunya pertolongan seperti keluhan, permintaan, pertanyaan,
kebutuhan dan lain sebagainya. Sedangkan perilaku nonverbal misalnya heart
rate, edema, aktivitas motorik: senyum, berjalan, menghindar kontak mata dan
lain sebagainya. Walaupun seluruh perilaku pasien dapat menjadi indikasi
perlunya bantuan tetapi jika hal itu tidak dikomunikasikan dapat menimbulkan
masalah dalam interaksi perawat-pasien. Tidak efektifnya perilaku pasien
merupakan indikasi dalam memelihara hubungan perawat-pasien, ketidakakuratan
dalam mengidentifikasi kebutuhan pasien yang diperlukan perawat, atau reaksi
negatif pasien terhadap tindakan perawat. Penyelesaian masalah tidak efektifnya
perilaku pasien layak diprioritaskan. Reaksi dan tindakan perawat harus
dirancang untuk menyelesaikan perilaku
seperti halnya memenuhi kebutuhan yang emergenci
2. Reaksi
Perawat
Perilaku pasien menjadi stimulus bagi perawat , reaksi ini tertidiri dari
3 bagian yaitu pertama perawat merasakan
melalui indranya, kedua yaitu perawat berfikir secara otomatis, dan ketiga
adanya hasil pemikiran sebagai suatu yang dirasakan. Contoh perawat melihat
pasien merintih, perawat berfikir bahwa pasien mengalami nyeri kemudian
memberikan perhatian
Persepsi, berfikir, dan merasakan terjadi secara otomatis dan hampir
simultan. Oleh karena itu perawat harus relajar mengidentifikasi setiap bagian
dari reaksinya. Hal ini akan membantu dalam menganalisis reaksi yang menentukan
mengana ia berespon demikian. Perawat harus dapat menggunakan reaksinya untuk
tujuan membantu pasien.
Displin proses keperawatan menentukan bagaimana perawat membagi reaksinya
dengan pasien. Orlando menawarkan prinsip untuk menjelaskan penggunaan dalam
hal berbagi “beberapa observasi dilakukan dan dieksporasi dengan pasien adalah
penting untuk memastikan dan memenuhi kebutuhannya atau mengenal yang tidak
dapat dipenuhi oleh pasien pada waktu itu.
Orlando (1972) menyampaikan 3 kriteria untuk memastikan keberhasilan
perawat dalam mengeksplor dan bereaksi dengan pasien, yaitu ;
a.
Perawat harus menemuinya dan konsisten terhadap apa
yang dikatakannya dan mengatakan
perilaku nonverbalnya epada pasien
b.
Perawat harus dapat mengkomunikasikannya dengan jelas terhadap apa yang akan
diekspresikannya
c.
Perawat harus menanyakan kembali kepada pasien
langsung untuk perbaikan atau klarifikasi.
3. Tindakan
Perawat
Setelah mevalidasi dan memperbaiki reaksi perawat terhadap perilaku
pasien, perawat dapat melengkapi proses disiplin dengan tindakan keperawatan,
Orlando menyatakan bahwa apa yang dikatakan dan dilakukan oleh perawat dengan
atau untuk kebaikan pasien adalah merupakan suatu tidakan profesional
perawatan. Perawat harus menentukan tindakan yang sesuai untuk membantu
memenuhi kebutuhan pasien. Prinsip yang menjadi petunjuk tindakan menurut
Orlando yaitu perawat harus mengawali dengan mengekplorasi untuk memastikan
bagaimana mempengaruhi pasien melalui tindakan atau kata-katanya.
Perawat dapat bertindak dengan dua cara yaitu : tindakan otomatis dan
tindakan terencana. Hanya tindakan terencana
yang memenuhi fungsi profesional perawat. Sedangkan tindakan otomatis
dilakukan bila kebutuhan pasien yang mendesak, misalnya tindakan pemberian obat
atas intruksi medis. Dibawah ini merupakan kriteria tindakan keperawatan yang
direncanakan:
a.
tindakan merupakan hasil dari indetifikasi kebutuhan
pasien dengan memvalidasi reaksi perawat terhadap perilaku pasien.
b.
Perawat menjelaskan maksud tindakan kepada pasien
dan sesuai untuk memenuhi kebituhan pasien.
c.
Perawat memvalidasi efektifitas tindakan, segera
setelah dilakukan secara lengkap
d.
Perawat
membebaskan stimulasi yang tidak berhubungan dengan kebutuhan pasien ketika
melakukan tindakan.
Tindakan otomatis tidak akan memenuhi kriteria tersebut. Beberapa contoh
tindakan otomatis tindakan rutinitas, melaksanakan instruksi dokter, tindakan
perlindungan kesehatan secara umum. Semua itu tidak membutuhkan validasi reaksi perawat
4. Fungsi profesional
Tindakan yang tidak profesional dapat menghambat perawat dalam menyelesaikan fungsi
profesionalnya, dan dapat menyebabkan tidak adekuatnya perawatan pasien.
Perawat harus tetap menyadari bahwa aktivias termasuk profesional jika
aktivitas tersebut direncanakan untuk mencapai tujuan pemenuhan kebutuhan
pasien.
I.
Pengembang Teori Orlando
Disiplin
Ilmu Proses keperawatan membutuhkan bagian yang integral pada murid dari
sekolah keperawatan sehingga dapat diimplementasikan pada beberapa keadaan
kondisi pada saat praktek keperawatan. Banyak dari pengguna Teori Keperawatan
Orlando mengembangkannya dengan beberapa riset diantaranya Beuer dan McBride’s
(2002) yang mengembangkanya pada proses perawatan dalam aspek penyakit bipolar.
Keperawatan
sebagai bagian integral pelayanan kesehatan merupakan suatu bentuk pelayanan
professional yang didasarkan pada ilmu keperawatan. Pada perkembangannya
ilmu keperawatan selalu mengikuti perkembangan ilmu lain,mengingat ilmu keperawatan merupakan ilmu terapan
yang selalu berubah mengikuti perkembangan zaman. Demikian juga dengan
pelayanan keperawatan di Indonesia, kedepan diharapkanharus mampu memberikan pelayanan kepada masyarakat secara profesionalsesuai
dengan tuntutan kebutuhan masyarakat serta teknologi bidang kesehatanyang
senantiasa berkembang. Pelaksanaan asuhan keperawatan di sebagian besar rumah sakit Indonesia umumnya telah menerapkan
pendekatan ilmiah melalui proses keperawatan. Rumah Sakit Hasan
Sadikin Bandung sebagai salah satu rumah sakit pendidikan di Indonesia, dari hasil pengamatan penulis selama
melaksanakan bimbingan praktek klinik keperawatan, telah
melaksanakan asuhan keperawatan yang kembangkan dengan mengacu pada pedoman
standar praktek pelaksanaan asuhan keperawatan yang ditetapkan oleh PPNI.
Dimana standar praktik tersebut mengacu pada
tahapan dalam proses keperawatan yang terdiri dari 5 standar pengkajian,
Diagnosis keperawatan, Perencanaan, Implementasi, dan Evaluasi.(PPNI, 2000 hlm 57).
Pelaksanaan
asuhan keperawatan tersebut merupakan aplikasi unsur dan konsep
dari beberapa teori dan model keperawatan yang diadopsi, digabung, dikembangkan serta
dilaksanakan. Kemungkinan diantaranya teori dan model yang mewarnai asuhan
keperawatan yaitu teori yang dikemukakan oleh Ida Jean Orlando yang dikenal
dengan teori proses keperawatan atau disiplin proses keperawatan. Dalam
teorinya Orlando mengemukakan tentang beberapa konsep utama, diantaranya adalah
konsep disiplin proses keperawatan (nursing process discipline) yang juga
dikenal dengan sebutan proses disiplin atau prosesi keperawatan.
Disiplin
proses meliputi komunikasi perawat kepada pasiennya yang sifatnya segera,
mengidentifikasi permasalahan klien yangdisampaikan
kepada perawat, menanyakan untuk validasi atau perbaikan. (Tomey, 2006:434)
Orlando juga menggambarkan mengenai disiplin nursing. proses sebagaimana
interaksi total (Toytally Interactive)
yang dilakukan tahap demi tahap, apa yang terjadi antara perawat dan pasien
dalam hubungan tertentu, perilaku pasien, reaksi perawat terhadap perilaku
tersebut dan tindakan yang harus dilakukan, mengidentifikasi kebutuhan
pasien untuk membantunya serta untuk melakukantindakan yang tepat (George, 1995
;162) Dari uraian diatas penulis tertarik
untuk mencoba membuat uraian mengenailebih
jauh mengenai aplikasi Teori Keperawatan Ida Jean Orlando“Nursing Procces Theory” Dalam Asuhan dan
Pelayanan Keperawatan Di Rumah Sakit.
J.
Penerapan Teori Orlando Dalam Dunia Keperawatan
Praktek Kesehatan Teori
Orlando telah berhasil digunakan di rumah sakit umum dan rumah sakit jiwa.
Seperti pengakuan yang gambarkan pada Pusat Kesehatan Mental dan bagian klinik
psikiatrik di Rumah Sakit umum di beberapa negara. Teori Orlando juga
diterapkan di praktek keperawatan milik pribadi. Dunia Pendidikan Teori proses
keperawatan Orlando merupakan kerangka konseptual yang dapat dikembangkan dan
dipraktekkan secara langsung. Pelatihan dari penerapan teori Orlando sangat
berguna bagi perawat untuk mengontrol proses keperawatanya dan meningkatkan
perkembangan dari reaksi seorang pasien.
Penelitian Teori Orlando
secara terus menerus menjadi dasar dari beberapa penelitian dibidang
keperawatan dan diaplikasikan pada beberapa pengaturan prtoses penelitian.
Beberapa peneliti yang mengembang teori Orlando diantaranya : Dracup dan Breu
(1978), Pienschke (1973), Thibau dabn Reidy (1977) Schmiedhing (1988), Sheafor
(1991), Ronte Reid (1992) dan banyak lagi peneliti lain.
Aplikasi Teori Ida Jean Orlando
“ Nursing Procces Theory” dalam Model Asuhan Keperawatan Profesional
(MAKP)
TIM
A. Pendahuluan
Salah satu usaha untuk
memberikan pelayanan yang berkualitas dan profesional adalah penataan sistem
pemberian pelayanan keperawatan melalui pengembangan model praktik keperawatan
yang ilmiah yang disebut dengan Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP).
Model ini sangat
menekankan pada kualitas kinerja tenaga keperawatan yang berfokus pada
profesionalisme keperawatan antara lain melalui penetapan dan fungsi setiap
jenjang tenaga keperawatan, sistem pengambilan keputusan, sistem penugasan dan
system penghargaan yang memadai. Model praktik keperawatan ini diyakini dapat
menjadi salah satu daya ungkit pelayanan yang berkualitas, yang memungkinkan
perawat profesional menata struktur (menentukan jumlah, jenis dan standar
kebutuhan tenaga) serta menata proses pemberian asuhan keperawatan melalui
hubungan perawat-pasien yang berkesinambungan sehingga memungkinkan perawat
primer bertanggung jawab dan bertanggung gugat atas asuhan keperawatan yang
diberikan kepada pasien yang menjadi tanggung jawabnya.
Di berbagai negara telah banyak dilakukan
kegiatan untuk meningkatkan mutu asuhan keperawatan melalui pengembangan MPKP,
keuntungan dari penerapan MPKP dapat dilihat dari penurunan angka kejadian
infeksi pada kateter urin, penurunan jumlah pasien yang mengalami dekubitus,
angka perpindahan perawat menurun, adanya kepuasan pasien dan kepuasan perawat
serta adanya hubungan perawat-pasien yang berkesinambungan. Pengembangan MPKP
merupakan hal yang sangat penting dalam mewujudkan kontribusi profesi
keperawatan untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan, melalui pengembangan
MPKP ini masyarakat dapat melihat dan merasakan secara konkrit pemberian
pelayanan keperawatan yang profesional. Metode tim merupakan suatu metode
pemberian asuhan keperawatan dimana seorang perawat profesional memimpin
sekelompok tenaga keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatankelompok klien
melalui upaya kooperatif dan kolaburatif ( Douglas, 1984).
Model tim didasarkan pada
keyakinan bahwa setiap anggota kelompok mempunyai kontribusi dalam merencanakan
dan memberikan asuhan keperawatan sehingga timbul motivasi dan rasa tanggung
jawab perawat yang tinggi sehingga diharapkan mutu asuhan keperawatan
meningkat. Menurut Kron & Gray (1987) pelaksanaan model tim harus
berdasarkan konsep berikut:
a. Ketua
tim sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan tehnik kepemimpinan.
b. Komunikasi
yang efektif penting agar kontinuitas rencana keperawatan terjamin.
c. Anggota
tim menghargai kepemimpinan ketua tim
d. Peran
kepala ruang penting dalam model tim. Model tim akan berhasil baik bila
didukung oleh kepala ruang.
Metode ini di gunakan bila perawat
pelaksana terdiri dari berbagai latar belakang pendidikan dan kemampuannya.
Ketua tim mempunyai tanggung jawab untuk mengkordinasikan seluruh kegiatan
asuhan keperawatan dalam tanggung jawab untuk mengkoordinasikan seluruh
kegiatan asuha keperawatan dalam tanggung jawab kegiatan anggota tim. Tujuan
metode penugasan keperawatan tim untuk memberikan keperawatan yang berpusat
pada pasien.
Ketua tim melakukan pengkajian dan menyusun
rencana keperawatan pada setiap pasien, dan anggotatim bertanggung jawab
melaksanakan asuhan keperawatan berdasarkan rencana asuhan keperawatan yang
telah di buat.Oleh karena kegiatan dilakukan bersama-sama dalam kelompok, maka
ketua tim seringkali melakukan pertemuan bersama dengan anggota timnya
(konferensi tim) guna membahas kejadian-kejadian yang di hadapi dalam pemberian
askep. Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang berbeda- beda
dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien. Perawat ruangan
dibagi menjadi 2 – 3 tim/ group yang terdiri dari tenaga professional, tehnikal
dan pembantu dalam satu grup kecil yang saling membantu.
B.
Peran dan
Tanggungjawab
Peran kepala
ruangan:
1.
Menetapkan standar kinerja yang diharapkan dari staf
2.
Membantu staf menetapkan sasaran dari unit/ruangan
3.
Memberi kesempatan kepada ketua tim untuk pengembangan
kepemimpinan
4.
Mengorientasikan tenaga yang baru tentang fungsi metode
tim keperawatan
5.
Menjadi Narasumber bagi ketua tim
6.
Mendorong staf untuk meningkatkan kemampuan melalui
riset keperawatan
7. Menciptakan
iklim komunikasi yang terbuka
Tugas dan tanggung jawab ketua tim :
1.
Bertanggung jawab terhadap pengelolaan asuhan
keperawatan klien sejak masuk sampai pulang.
2.
Mengorientasikan klien yang baru dan keluarganya
3.
Mengkaji kondisi kesehatan klien dan keluarganya
4.
Membuat diagnose keperawatan dan rencana keperawatan
5.
Mengkomunikasikan rencana keperawatan kepada anggota
tim
6.
Mengarahkan dan membimbing anggota tim dalam melakukan
tindakan keperawatan
7.
Mengevaluasi tindakan dan rencana keperawatan
8.
Melaksanakan tindakan keperawatan terntu
9.
Mengembangkan perencanaan pulang
10. Memonitor
pendokumentasian tindakan keperawatan yang dilakukan oleh anggota tim
11. Melakukan/mengikuti
pertemuan dengan anggota tim/tim kesehatan lainnya untuk membahas perkembangan
kondisi pasien
12. Membagi
tugas yang harus dilaksanakan oleh setiap anggota kelompok dan
13. memberikan
bimbingan melalui konfrensi
14. Mengevaluasi
pemberian Askep dan hasil yang di capai serta pendokumentasiannya
Tugas dan tanggung jawab anggota tim
1.
Melaksanakan tindakan keperawatan yang telah
direncanakan ketua tim
2.
Mendokumentasikan tindakan keperawatan yang dilakukan
3.
Membantu ketua tim melakukan pengkajian, menentukan
diagnose keperawatan danmembuat rencana keperawatan
4.
Membantu ketua tim mengevaluasi hasil tindakan
keperawatan
5.
Membantu/bersama dengan ketua tim mengorientasikan
pasien baru
6. Mengganti
tugas pembantu keperawatan bila perlu
Tugas dan tanggung jawab pembantu
keperawatan
1.
Membersihkan ruangan dan meja pasien
2.
Menyediakan alat-alat yang diperlukan untuk tindakan
keperawatan
3.
Membantu perawat dalam melakukan asuhan keperawatan
4.
Membersihkan alat-alat yang telah digunakan
5.
Mengurus pemberangkatan dan pemulangan pasien konsul
6.
Mengatur urinal dan pispot ked an dari pasien.
Dalam keperawatan tim, perawat
profesional dapat mempraktekan kemampuan kepemimpinannya secara maksimal.
Kepemimpinan perawat ini menjadi kunci keberhasilan praktek keperawatan dan
menjamin asuhan keperawatan bermutu bagi pasien. Struktur model Tim strategi
kerja dari Tim saat pasien baru masuk di ruang rawat, pasien dan keluarga akan
diterima oleh
Ketua Tim dan diperkenalkan kepada
anggota tim yang ada. Kemudian ketua tim akan memberikan orientasi tentang
ruang, peraturan-peraturan ruangan, perawat bertanggung jawab (ketua tim) dan
anggota tim.
Ketua tim (dapat dibantu oleh
anggota tim) melakukan pengkajian, kemudian membuat rencana keperawatan
berdasarkan rencana keperawatan yang sudah ada setelah terlebih dahulu
melakukan analisa dan modifikasi terhadap rencana keperawatan tersebut sesuai
dengan kondisi pasien. Setelah menganalisa dan memodifikasi rencana
keperawatan, ketua tim menjelaskan rencana keperawatan tersebut kepada anggota
tim, selanjutnya anggota tim akan melaksanakan tindakan keperawatan sesuai
dengan rencana keperawatan tersebut dan rencana tindakan medis yang dituliskan
pada format tersendiri. Tindakan yang telah dilakukan oleh anggota tim lalu
didokumentasikan pada format yang tersedia.
Bila anggota tim yang menerima
pasien baru pada sore dan malam hari atau pada saat hari libur, pengkajian awal
dilakukan oleh anggota tim terutama yang terkait dengan masalah kesehatan utama
pasien, anggota tim membuat masalah keperawatan yang utama dan melakukan
tindakan keperawatan dengan terlebih dahulu mendiskusikannya dengan penanggung
jawab sore/malam/hari libur. Saat ketua tim ada, pengkajian dilengkapi oleh 4
hal sebagai berikut:
1. Melakukan
penyuluhan obat baru sebelum diserahkan pada pasien.
2. Obat
khusus
3. Penyuluhan
obat khusus diberikan oleh perawat primer.
4. Pemberian
obat khusus sebaiknya oleh perawat.
C.
Timbang
Terima
Adalah suatu
cara dalam menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan
keadaan klien.
1.
Tujuan
a) Menyampaikan
kondisi atau keadaan secara umum klien.
b) Menyampaikan
hal penting yang perlu ditindaklanjuti oleh dinas berikutnya.
c) Tersusun
rencana kerja untuk dinas berikutnya.
2.
Langkah – langkah
a) Kedua
shif dalam keadaan siap.
b) Shif
yang akan menyerahkan perlu mempersiapkan hal apa yang akan
c) disampaikan.
d) Perawat
primer menaympaikan kepada penanggung jawab shif yang
e) selanjutnya
meliputi ; kondisi, tindak lanjut, rencana kerja.
f) Dilakukan
dengan jelas dan tidak terburu – buru.
g) Secara
langsung melihat keadaan klien.
3.
Prosedur timbang terima
a) Persiapan
b) Kedua
kelompok sudah siap.
c) Kelompok
yang bertugas menyiapkan buku catatan.
4.
Pelaksanaan
a)
Timbang terima diloaksanakan setiap pergantian shif.
b)
Dari nurse station perawat berdiskusi untuk
melaksanakan timbang terima dengan mengkaji secara komperhensif yang berkaitan
tentang masalah keperawatan, rencana tindakan yang sudah dan belum dilakukan
serta hal penting lannya.
c)
Hal yang bersifat khusus dan memerlukan perincian yang
lengkap dicatat secara khusus untuk kemudian diserahkan kepada perawat jaga
berikutnya.
d)
Hal yang perlu diberitahukan dalam timbang terima:
identitas dan diagnosa medis, masalah keperawatan, tindakan yang sudah dan
belum dilakukan, intervensi timbang terima.
Gambar Langkah – langkah ronde
keperawatan
![]() |
5. Pasca
ronde
Mendiskusikan hasil temuan dan tindakan pada klien tersebut
serta menetapkan tindakan yang perlu dilakukan.
7.
Supervisi
8.
Perencanaan pulang
a. Definisi
Perencanaan pulang adalah
masalah multidisiplin atau interaksi. Ini adalah proses dimana profesional
perawatan kesehatan, pasien dan keluarga mereka berkolaborasi untuk memberikan
dan mengatur kontunuitas perawatan yang diperlukan pasien.
Perencanaan harus
berpusat pada masalah pasien, yaitu pencegahan, terapeutik, rehabilitatif dan
perawatan biasanya. Perencanaan pulang juga dapat diartikan sebagai mekanisme
untuk memberikan perawatan kontinu, informasi tentang kebutuhan kesehatan
berkelanjutan setelah pulang, perjanjian evaluasi dan instruksi perawatan diri.
b.
Proses rencana pemulangan
Proses rencana pemulangan meliputi :
a) Mengkaji
dan mendiagnosis kebutuhan rencana pemulangan
b) Mengidentifikasi
masalah utama
c) Menyusun
rencana dan menyusun tujuan untuk pasien
d) Membagi
dan menguji rencana sesuai kebutuhan
e) Mengukur
hasil
f) Mengevaluasi
program dan membuat perubahan sesuai kebutuhan
g) Mendokumentasikan
tindakan
h) Evaluasi
rencana.
c. Manfaat
Membuat Perencanaan Pulang
Rencana pemulangan diperlukan oleh Badan
Regulasi dan Akreditasi seperti Joint
Commission on Acreditation of Healthcare Organization (JCAHO)
a)
Ini di perlukan oleh bimbingan kerja sosial nasional
dan Negara bagian
b)
Rencana antisipasi dan dokumentasikan menurunkan jumlah
berulangnya dan penyangkalan retroaktif dari asuransi, medicare dan Medicaid
masalah terdiri dari format pengkajian, rencana keperawatan, catatan tindakan
keperawatan dan catatan perkembangan pasien. Pada model PKP juga terdapat
format dokumentasi seperti disebutkan diatas. Penetapan standar rencana
keperawatan ini diharapkan dapat membuat efisiensi waktu bagi perawat. Catatan tindakan keperawatan juga dibuat
lebih spesifik untuk memungkinkan pendokumentasian semua tindakan keperawatan.
Catatan perkembangan pasien juga dilakukan setiap hari yang bertujuan menilai
tingkat perkembangan pasien. Rencana keperawatan dan catatan perkembangan
pasien dilakukan oleh PP dan catatan tindakan dilakukan oleh PP dan PA atau
sesuai perannya masing- masing.
Aplikasi Teori Proses Keperawatan Orlando Dalam Asuhan Keperawatan
Di Rumah Sakit
Praktisi
keperawatan dalam melaksanakan fungsinya perlu menerapkan teori atau model yang sesuai dengan situasi
tertentu. Pada kondisi awal, kombinasi dari beberapa teori atau model dapat
dipertimbangkan, tetapi jika dipergunakan secara konsisten dapat dilakukan analisa atau evaluasi
terhadap efektivitasnya. Dengan
menggunakan berbagai teori dan model keperawatan, maka fokus dan konsekwensi
praktek keperawatan dapat berbeda .
Dibawah
ini merupakan gambaran aplikasi disiplin proses keperawatan Orlando pada
penderita Febris Convultion + Faringitis.
A.
Gambaran Kasus
Data Subyektif
1.
Biodata/Identifitas
Nama anak : An “A”
Umur : 15
bulan
Jenis kelamin : Perempuan
Lahir : Normal
(Spontan B)
Tempat/tanggal lahir : Surabaya,
23 April 2014
Diagnosa Medis : Kejang
Demam + Faringitis
Tanggal MRS : 11
September 2014 jam 03.30 WIB
Nama Ibu : Ny. “H”
Umur : 29
tahun
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : -
Penghasilan : -
Alamat : Cempaka
Putih Timur Jl.Cempaka warna 42 Jakarta
Nama Ayah : Tn.
“B”
Umur : 31
tahun
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Batak/Indonesia
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Swasta
Penghasilan : Rp
3.000.000/bulan
Alamat : Cempaka
Putih Timur Jl.Cempaka warna 42 Jakarta
2.
Riwayat Penyakit Sekarang
a.
Keluhan utama : Ibu mengatakan bahwa anaknya panas sejak 7-11-2014
jam 14.30 WIB
b.
Perjalanan penyakit sekarang
Tanggal 7-11-2014 jam 14.30
WIB Anak mulai panas lalu diberi obat penurun panas (Sirup Sanmol) 1 kali dan
dikompres, disertai batuk dan pilek. Tetapi panas tidak turun. Muntah sebanyak
2 kali yaitu jam 23.30 WIB dan 01.30 WIB sebanyak ± 2-3 sendok makan dengan
berisi makanan. Lalu kejang terjadi pada jam 02.30 WIB sebanyak 1 kali, lamanya
± 5-10 menit, tidak mengeluarkan busa dari mulut. Keadaan saat kejang adalah
mata melirik ke atas, kedua tangan fleksi, dan kedua kaki kaku (ekstensi).
Setelah kejang terjadi anak langsung menangis. Batuk tidak mengeluarkan dahak,
suara grok-grok, konsistensi pilek agak kental, jernih, dan keluar
kadang-kadang, tetapi tidak sesak.
c.
Penyakit Riwayat Dahulu
Sebelumnya
anak tidak pernah menderita/mengalami kejang, epilepsi, trauma kepala, radang
selaput otak, ostitis media akut. Penyakit yang pernah diderita anak yaitu
panas, batuk, pilek tetapi jarang terjadi.
3.
Riwayat Kehamilan dan Persalinan
a.
Prenatal : selama hamil sehat tidak ada
kelainan seperti pendarahan dan sakit panas, Ibu hanya minum obat yang
diberikan bidan. Ibu tidak minum ja
b.
Natal : melahirkan
usia kehamilan 9 bulan, spontan, tidak ada kelainan, anak langsung menangis
keras, BB : 3300 gr PB : 48cm.
c.
Post Natal: bayi
sehat, menetek kuat, tidak ada kelainan, tali pusat lepas hari ke 7.
4.
Riwayat Imunisasi
Ibu mengatakan bahwa imunisasi
anaknya sudah lengkap.
Reaksi setelah mendapat
imunisasi DPT anak panas tetapi tidak kejang, sembuh dengan meminum obat yang
diberikan petugas kesehatan.
5.
Riwayat Perkembangan Anak
a.
Riwayat personal sosial :
Anak
mudah beradaptasi dengan lingkungan di sekitarnya. Anak masih ngompol dan belum
bisa memberi tahu orang tua bila ingin BAK/BAB.
b.
Gerakan motorik kasar : anak sudah bisa berjalan, mendorong, dan
menarik
kursi, dapat mengerjakan perintah secara sederhana.
c.
Gerakan motorik halus : anak bisa memegang pensil dan
mencoret-coret.
d.
Bahasa : anak sudah bisa bicara beberapa kata, misalnya : mama,
papa, memanggil kakaknya (Iza), dan memanggil binatang peliharaan (anjing),
minum, dll.
Kesimpulan : Tidak ada
kelainan dalam perkembangan.
6.
Riwayat Kesehatan Keluarga
Ayah : tidak ada keluarga yang menderita penyakit
epilepsi, kelainan syaraf, penyakit menular ataupun menurun dari ayah.
Ibu : ibu menderita hipotensi. Orang tua perempuan
ibu menderita penyakit diabetes mellitus sejak tahun 2009, dari keluarga ibu
tidak ada yang menderita kelainan syaraf, epilepsi.
Anak : kakaknya menderita sakit batuk dan pilek
selama satu minggu
7.
Riwayat Sosial
a.
Yang mengasuh ibu sendiri, di rumah tidak ada pembantu ataupun
orang lain.
b.
Hubungan dengan anggota keluarga baik: anak sangat dekat dan manja
dengan ibunya. Biasanya anak bermain bersama kakak apabila ditinggal ibu
memasak, mencuci, dan membersihkan rumah. Kakaknya berusia 9 tahun, sudah kelas
4 SD.
c.
Hubungan dengan teman sebaya : anak lebih banyak bermain di rumah
bersama ibunya. Kadang-kadang anak bermain dengan teman sebayanya yang dekat
dengan rumahnya.
d.
Pembawaan secara umum
Anak tampak gelisah dan rewel,
kadang-kadang menangis minta digendong, anak sangat manja kepada ibunya.
8.
Pola Kebiasaan dan Fungsi
a.
Pola persepsi dan tatalaksanaan hidup sehat
Sebelum sakit : mandi 2 kali/hari, keramas 2 kali/minggu,
ganti celana setiap ngompol, baju ganti tiap pagi dan sore.
Setelah sakit : mandi 2 kali/hari, tidak pernah keramas, ganti
baju tiap pagi dan sore dan celana ganti
tiap ngompol.
Keluarga sangat khawatir saat
anaknya kejang karena selama ini tidak ada keluarga yang kejang. Keluarga tidak
tahu cara pencegahan dan pertolongan kejang. Kalau anak sakit biasanya dibawa
ke dokter atau rumah sakit bila setelah diberi obat paracetamol atau bodrexin
tidak sembuh. Anak bila sakit rewel, sering minta digendong. Anak tampak takut
bila ada petugas kesehatan yang akan melakukan perawatan/ tindakan medik.
b.
Pola Nutrisi
Sebelum sakit : makan 3-4 kali/hari, dengan porsi satu mangkuk
kecil habis, tidak ada pantangan dalam makanan, komposisinya nasi tim dan
lauknya bervariasi tiap hari yaitu tahu, tempe, ikan laut, telur dan daging
kadang-kadang dengan ukuran 1 satu porsi sebesar korek api. Sayurnya seperti
bayam, sup, soto, dan lain-lain.
Minum : air putih ± 3 – 5 gelas (ukuran 100 cc), anak
masih menetek.
Selama sakit : sehari makan 3 kali/hari, porsi yang
disediakan rumah sakit dimakan separuh. Komposisinya nasi tim, lauk, sayur, dan
buah. Anak lebih sering menetek. Minum air putih ± 4 – 6 kali/100 cc, pasi (SGM
2) baru diberikan 2 sendok lalu dimuntahkan.
c.
Pola Eliminasi
Sebelum sakit : BAK ± 4 – 5 kali/hari, warna kuning, nyeri
tidak ada. BAB lancar setiap pagi hari, konsistensi lembek, warna kuning.
Selama sakit : BAK ± 4 – 5 kali/hari, warna kuning, nyeri
tidak ada. BAB setiap hari, konsistensi lembek, warna kuning.
d.
Pola Aktivitas dan Latihan
Sebelum sakit : Bermain bersama kakaknya ± 4 – 5 jam sehari,
waktu terbanyak bersama ibu. Bersama ayah kadang–kadang, antara 3 – 4 jam.
Biasanya anak juga bermain sendiri sambil melihat TV atau mendengarkan musik
sambil menari.
Selama sakit : aktivitas anak menjadi menurun karena
terpasang infus di tangan kiri, anak sering minta digendong ibu.
e.
Pola Tidur dan Istirahat
Sebelum sakit : tidur malam antara jam 20.00 – 05.00 WIB,
siang tidur antara jam 12.00 – 15.00 WIB, terbangun bila ngompol.
Selama sakit : pada siang hari tidurnya sulit ± ½ - 1 jam,
tidurnya sering terbangun dan rewel minta digendong. Pada malam hari tidurnya
jam 01.00 – 04.00 WIB, anak rewel dan tidurnya sering terjaga.
Data Obyektif
a.
Pemeriksaan Umum
1. Keadaan
umum : lemah
2. Kesadaran : composmentis
3. Tekanan
darah : -
Nadi : 132 kali/menit
Respirasi : 30 kali/menit
Suhu : 38,2 ºC
4. BB / TB : 9
kg / 77 cm
Status gizi : 2n
+ 8
2(1,5) + 8 = 11 kg
9/11 x 100 % = 81,8 % (gizi
kurang)
b.
Pemeriksaan Fisik Umum
1.
Kepala
Tak ada tanda – tanda
mikrochepali ataupun makrochepali, lingkar kepala 46 cm, ubun – ubun besar
menutup, bentuk kepala normal.
2.
Rambut
Warna pirang, rambut tidak
mudah dicabut, ketebalan rambut cukup, tidak terdapat kutu.
3.
Muka / wajah
Tidak ada rhisus sardonicus,
simetris, tidak terdapat oedema, wajah tidak tampak pucat.
4.
Mata
Ketajaman penglihatan baik,
palpebra simetris, tak ada midriasis atau miosis, sklera tidak ikterus, konjungtiva tak anemis,
pergerakan normal, tak ada strabismus.
5.
Hidung
Bentuk normal,
tidak terdapat epistaksis,
nampak keluar sekret berwarna kental
dan jumlahnya sedikit,
tidak ada polip,
tidak ada pernapasan cuping
hidung.
6.
Telinga
Simetris kanan dan kiri,
pendengaran normal, tak tampak keluar cairan.
7.
Mulut
Simetris, tak tampak cyanosis,
gigi berjumlah 8 buah, tak ada karies, lidah bersih, tidak terdapat stomatis,
tak ada strismus, bibir tampak kering dan pecah-pecah
8.
Tenggorokan
Tonsil tak tampak kemerahan
dan tak tampak pembesaran, faring tampak kemerahan, tak ada eksudat.
9.
Leher
Tak ada kaku kuduk, tak ada
pembesaran kelenjar tiroid, tak ada pembesaran vena jugularis, tak ada
pembesaran kelenjar getah bening.
10. Dada / Thorax
Lingkar dada 46 cm, bentuk
dada normal, tak ada refraksi intercostal, tidak terdapat ronchi, tak ada
wheezing, pernaasan cepat dan iramanya teratur.
11. Jantung
Detak jantung normal dan
frekwensinya teratur
12. Abdomen
Turgor kulit cukup, tak ada
meteorismus, keadaan lien dan hepar normal, tidak teraba benjolan / tumor,
gerak peristaltik normal.
13. Kulit
Kebersihan kulit cukup, tidak
ada hemangioma, tidak ada oedem, kulit teraba panas.
14. Ekstremitas
Ekstremitas atas : tak ada oedem, pergerakan normal, pada
tangan kiri terpasang infus sejak 8 september 2001, tak ada tanda – tanda
flebitis, akral hangat, lila = 14 cm.
Ekstremitas bawah : tak ada oedem, pergerakan normal, akral
hangat.
15. Genetalia
Vulva : kebersihan cukup, tidak tampak keluar
sekret, tidak ada oedema maupun iritasi.
Anus : kebersihan cukup, haemorroid tidak tampak.
Pemeriksaan Penunjang
a.
Data Laboratorium
1
Laboratorium 8 – 9 2014 jam 03.30
Pemeriksaan darah
HB : 12,00
gr % (P 11,4 – 15,1)
Leukosyt : 19 x 109/L (P 4,3 – 11,3)
Trombosyt : 173 x 109/L (150 – 350)
PCV : 0,35
(P 0,38 – 0,42)
Glukosa darah acak : 288
mq/dl (< 200)
Elektrolit : Kalium = 3,60 meq/L (3,8 - 5)
Natrium = 133 meq/L (135 -
144)
LP (lumbal pungsi) : Keluarga menolak walaupun sudah diberikan penjelasan tujuan dan prosedurnya.
Data Lain
Therapi yang diberikan :
8-9-2001 :Ampicilin 3x300
mg IV
Paracetamol 3x100
mg P.O
Diazepam 2,7 mg IV (bila kejang)
Infus D5 ¼ S 500 cc/24 jam.
B. Peaksanaan Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Teori Proses Keperawatan Orlando.
Pada kasus An.A tersebut diatas maka perawat
harus segera bereaksi terhadap perilaku pasien baik secara verbal maupun non
verbal, melakukan validasi, membagi
bereaksi terhadap perilaku pasien dengan
mempersepsikan, berfikir dan merasakan. Perawat membantu pasien untuk
mengurangi ketidaknyamanan baik fisik maupun psikologis, ketidakmampuan pasien
dalam menolong dirinya, serta mengevaluasi tindakan perawatan yang sudah
dilakukannya. Semua itu dapat diterapkan melalui pendakaan disiplin proses
keperawatan Orlando sebagai berikut :
1.
Fase Reaksi Perawat.
Menutut George (1995) bahwa reaksi perawat dimana terjadi berbagi reaksi
perawat dan perilaku pasien dalam disiplin proses keperawatan teori Orlando identik dengan fase pengkajian
pada proses keperawatan.
Pengkajian difokuskan terhadap data-data yang relatif menunjukan kondisi
yang emergenci dan membahayakan bagi kehidupan pasien, data yang perlu dikaji
pada kasus diatas selain kejang yang khas dikarenakan adanya gangguan demam
yang tinggi, juga perlu dikaji lebih jauh adalah bagaimana kharakteristik
kejang meliputi apa yang menjadi faktor
pencetusnya, bagaimana kualitasnya, jenis kejangnya, dan waktunya.
Disamping itu dapatkan juga data adakah serangan kejang berulang, peningkatan
suhu tubuh, penurunan kesadaran, kesulitan bernafas, rasa sakit kepala, mual
dan muntah yang mungkin dapat menyebabkan dehidrasi.
Perawat perlu mengkaji perilaku pasien
non verbal yang menunjukan bahwa pasien memerlukan pertolongan segera
seperti : Tanda vital :S : 38,2oC,N
: 132x/mnt,RR :30x/mnt, Kulit terasa panas, akral hangat, anak tampak rewel dan
sedang menetek. Bibir tampak kering dan pecah-pecah , turgor kulit cukup, Selanjutnya perawat perlu mengetahui
data-data lain seperti catatan dari tim kesehatan lain. Pada kasus didapatkan :
diagnosa medis Febris Convultion + Faringitis. Pemeriksaan
laboratorium: Hb : 12 gr % (N :
11,4-15,1), Leucocyt : 9x109/L (N : 4,3-11,3), Trombocyt : 173x109/L
(N : 150-350), PCV : 0,35 (N : 0,38-0,42), Glukosa darah acak : 288 mq/dl (N
kurang dari 200), Elektrolit : Kalium : 3,6 meq/L (N : 3,8-5), Natrium : 133
meq/L (N : 135-144).
2.
Fase Nursing Action
Fase perencanaan pada proses keperawatan, sesuai dengan fase nursing
action pada disiplin proses keperawatan mencakup sharing reaction (analisa data),
diagnosa keperawatan, perencanaan
dan tindakan keperawatan atau
implementasi . Tujuannya adalah selalu mengurangi akan kebutuhan pasien
terhadap bantuan serta berhubungan dengan peningkatan perilaku pasien.
Setelah mendapatkan
data-data yang menunjukan perilaku pasien, menurut Orlando perawat perlu
melakukan sharing reaction yang identik dengan analisa data, sehingga dapat
ditentukan diagnosa keperawatan.
a. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan difokuskan terhadap masalah ketidak mampuan pasien
untuk memenuhi kebutuhannya sehingga perlu pertolongan perawat. Dari data yang
didapatkan pada kasus An.A ditemukan masalah Potensial
terjadi kejang ulang berhubungan dengan hiperthermi
1)
Gangguan pemenuhan
nutrisi berhubungan dengan nyeri saat menelan yang ditandai dengan porsi makan
tidak dihabiskan, BB kurang dari normal, anak tidak mau PASI
2)
Kurangnya pengetahuan
berhubungan dengan keterbatasan informasi yang ditandai dengan keluarga sering
bertanya tentang penyakit anaknya.
b. Rencana Keperawatan
Setelah masalah
keperawatan pasien ditentukan disusun rencana keperawatan, fokus perencanaan
pada pasien an.A yaitu Rencana an.A sendiri, dengan merumuskan tujuan yang
saling menguntungkan baik pasien maupun perawat sehingga terjadi peningkatan
perilaku an.A kearah yang lebih baik.
Adapun tujuannya yang diharapkan dalam memberikan asuhan keperawatan
pada an.A yaitu mampu
menolong dirinya terjadi penurunan suhu tubuh dan tidak terjadi kejang
ulang, pasien mampu menolong dirinya
untuk meningkatkan nafsu makannya dengan mengatasi rasa mual muntah.
c. Implementasi
Melaksanakan asuhan keperawatan
sesuai dengan yang telah direncanakan.
Fokus implementasi adalah efektifitas tindakan untuk
menanggulangi yang sifatnya mendesak, terdiri dari tindakan-tindakan otomatis seperti melaksanakan tindakan
pengobatan atas instruksi medis dan dan tindakan terencana terencana yang
dianggap sebagai peran perawat profesional sesungguhnya. Adapun
implementasi keperawatan yang perlu
dilakukan pada an.A yaitu :
Rencana Tindakan 1 :
1.
Longgarkan pakaian, berikan pakaian tipis yang mudah menyerap
keringat.
Rasional : proses konveksi akan terhalang oleh pakaian
yang ketat dan tidak menyerap keringat.
2.
Berikan kompres dingin
Rasional : perpindahan
panas secara konduksi
3.
Berikan ekstra cairan (susu, sari buah, dll)
Rasional : saat
demam kebutuhan akan cairan tubuh meningkat.
4.
Observasi kejang dan tanda
vital tiap 4 jam
Rasional : Pemantauan
yang teratur menentukan tindakan yang akan dilakukan.
5.
Batasi aktivitas selama anak panas
Rasional : aktivitas
dapat meningkatkan metabolisme dan meningkatkan panas.
6.
Berikan anti piretika dan pengobatan sesuai advis.
Rasional : Menurunkan
panas pada pusat hipotalamus dan sebagai propilaksis
Rencana Tindakan 2 :
1.
Kaji faktor – faktor terjadinya hiperthermi.
Rasional:
mengetahui penyebab terjadinya hiperthermi karena penambahan pakaian/selimut
dapat menghambat penurunan suhu tubuh.
2.
Observasi tanda – tanda vital tiap 4 jam sekali
Rasional:
Pemantauan tanda vital yang teratur dapat menentukan perkembangan keperawatan
yang selanjutnya.
3.
Pertahankan suhu tubuh normal
Rasional:
suhu tubuh dapat dipengaruhi oleh tingkat aktivitas, suhu lingkungan,
kelembaban tinggiakan mempengaruhi panas atau dinginnya tubuh.
4.
Ajarkan pada keluarga memberikan kompres dingin pada kepala /
ketiak
Rasional:
proses konduksi/perpindahan panas dengan suatu bahan perantara.
5.
Anjurkan untuk menggunakan baju tipis dan terbuat dari kain katun
Rasional:
proses hilangnya panas akan terhalangi oleh pakaian tebal dan tidak dapat
menyerap keringat.
6.
Atur sirkulasi udara ruangan.
Rasional:
Penyediaan udara bersih.
7.
Beri ekstra cairan dengan menganjurkan pasien banyak minum
Rasional:
Kebutuhan cairan meningkat karena penguapan tubuh meningkat.
8.
Batasi aktivitas fisik
Rasional:
aktivitas meningkatkan metabolismedan meningkatkan panas.
BAB III
PARADIGMA KEPERAWATAN
A.
Pengertian Paradigma Keperawatan
Banyak ahli yang mendefinisikan paradigma,
diantaranya paradigma adalah cara bagaimana kita memandang dunia, (Adam Smith,
1975) atau menurut Ferguson bahwa paradigma adalah pola pikir dalam memahami
dan menjelaskan aspek tertentu dari setiap kenyataan.
Paradigma keperawatan adalah suatu cara
pandang yang mendasar atau cara kita melihat, memikirkan, memberi makna,
menyikapi dan memilih tindakan terhadap fenomena yang ada dalam keperawatan,
(La Ode Jumadi, 1999 : 38).Paradigma keperawatan adalah interaksi antara
manusia yang menerima perawatan, lingkungan tempat menusia berada, kesehatan
yang selalu menjadi bagian dari bidang garapan keperawatan serta tindakan
keperawatan (Kozier, 2000)
B.
Komponen Paradigma Keperawatan
Empat
komponen paradigma keperawatan:
1.
Manusia
Manusia adalah makhluk bio – psiko – sosial dan spiritual yang utuh,
dalam arti merupakan satu kesatuan utuh dari aspek jasmani dan rohani serta
unik karena mempunyai berbagai macam kebutuhan sesuai tingkat perkembangannya
(Konsorsium Ilmu Kesehatan, 1992).
Manusia adalah sistem yang terbuka senantiasa berinteraksi secara tetap
dengan lingkungan eksternalnya serta senantiasa berusaha selalu menyeimbangkan
keadaan internalnya (homeoatatis), (Kozier, 2000)
Manusia memiliki akal fikiran, perasaan, kesatuan jiwa dan raga, mampu
beradaptasi dan merupakan kesatuan sistem yang saling berinteraksi, interelasi
dan interdependensi (La Ode Jumadi, 1999 :40).
Jadi, konsep manusia menurut paradigma keperawatan adalah manusia sebagai
sistem terbuka, sistem adaptif , personal dan interpersonal yang secara umum
dapat dikatakan holistik atau utuh.
Sebagai sistem terbuka , manusia dapat mempengaruhi dan dipengaruhi oleh
lingkungannya, baik lingkungan fisik, biologis, psikologis maupun sosial dan
spiritual sehingga perubahan pada manusia akan selalu terjadi khususnya dalam
pemenuhan kebutuhan dasarnya. Sebagai sistem adaptif manusia akan merespon
terhadap perubahan lingkungannya dan akan menunjukan respon yang adaptif maupun
respon maladaptif. Respon adaptif akan terjadi apabila manusia tersebut
mempunyai mekanisme koping yang baik menghadapi perubahan lingkungannya, tetapi
apabila kemampuannya untuk merespon perubahan lingkungan yang terjadi rendah
maka manusia akan menunjukan prilaku yang maladaptif .
Manusia atau klien dapat diartikan sebagai individu, keluarga ataupun
masyarakat yang menerima asuhan keperawatan. Manusia sebagai individu artinya
seseorang yang memiliki karakter total sehingga menjadikannya berbeda dari
orang lain (Karen, 2000). Manusia sebagai individu disebut juga orang yang
memiliki kepribadian meliputi tingkah laku dan emosi meliputi sikap, kebiasaan,
keyakinan, nilai – nilai, motivasi, kemampuan, penampilan dan struktur fisik
yang berbeda satu dengan lainnya. Gabungan semua ini akan mempengaruhi
seseorang dalam cara berfikir, merasa dan bertindak dalam berbagai situasi yang
di hadapinya. Individu merupakan gabungan interaksi genetik dengan pengalaman
hidupnya dipengaruhi oleh identitas diri, konsep diri, persepsi, kebutuhan
dasar, mekanisme pertahanan diri dan tumbuh kembang.
2.
Keperawatan
Keperawatan
adalah suatu bentuk pelayanan profesional sebagai bagian integral pelayanan
kesehatan berbentuk pelayanan biologi, psikologi, sosial, spiritual dan
kultural secara komprehensif, ditujukan kepada individu, keluarga dan
masyarakat sehat maupun sakit mencakup siklus hidup manusia.
Asuhan
keperawatan diberikan karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan
pengetahuan, serta kurang kemauan menuju kepada kemampuan melaksanakan kegiatan
sehari – hari secara mandiri. Sebagai suatu profesi, keperawatan memiliki
falsafah yang bertujuan mengarahkan kegiatan keperawatan yang dilakukan.
Dalam
hal ini, pertama, keperawatan menganut pandangan yang holistik terhadap manusia
yaitu Ketuhanan Manusia sebagai makhluk bio – psiko – sosial – spiritual dan
kultural. Kedua, kegiatan keperawatan dilakukan dengan pendekatan humanistik
dalam arti menghargai dan menghormati martabat manusia memberi perhatian kepada
klien serta menjunjung tinggi keadilan bagi semua manusia. Ketiga, keperawatan
bersifat universal dalam arti tidak dibedakan atas ras, jenis kelamin, usia,
warna kulit, etnik, agama, aliran politik dan status ekonomi sosial. Keempat,
keperawatan adalah bagian integral dari pelayanan kesehatan serta kelima, bahwa
keperawatan menganggap klien sebagai partner aktif dalam arti perawat selalu
bekerjasama dengan klien dalam memberikan asuhan keperawatan.
3.
Konsep Sehat-Sakit
Sehat menurut WHO (1947) adalah
keadaan utuh secara fisik, jasmani, mental dan sosial dan bukan hanya suatu
keadaan yang bebas dari penyakit cacat dan kelemahan. Sedangkan menurut
UU no 23/1992 tentang kesehatan. Sehat
adalah keadaan sejahtera dari badan (jasmani), jiwa (rohani) dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Sakit menurut Zaidin Ali, 1998 adalah
suatu keadaan yang mengganggu keseimbangan status kesehatan biologis (jasmani),
psikologis (mental), sosial, dan spiritual yang mengakibatkan gangguan fungsi
tubuh, produktifitas dan kemandirian individu baik secara keseluruhan atau
sebagian”. Kesakitan adalah perasaan tidak nyaman pada seseorang akibat
penyakit sehingga mendorongnya untuk mencari bantuan. (Kozier, 2000)
4.
Lingkungan
Konsep lingkungan dalam paradigma keperawatan difokuskan pada lingkungan
masyarakat yaitu lingkungan fisik, psikologis, sosial, budaya dan spiritual.
Menurut Leavell (1965), ada tiga faktor yang saling mempengaruhi
kesehatan dalam lingkungan yaitu agen (penyebab), hospes (manusia) dan
lingkungan.
Agen adalah suatu faktor yang menyebabkan terjadinya penyakit, seperti
faktor biologi, kimiawi, fisik, mekanik atau psikologis misalnya virus,
bakteri, jamur atau cacing., senyawa kimia bahkan stress. Hospes adalah makhluk
hidup yaitu manusia atau hewan yang dapat terinfeksi oleh agen, sedangkan
lingkungan adalah faktor eksternal yang mempengaruhi kesehatan seperti
lingkungan yang kumuh, lingkungan kerja yang tidak nyaman, tingkat sosial
ekonomi yang rendah, fasilitas pelayanan kesehatan.
C.
Paradigma Keperawatan Teori Proses Keperawatan Orlando
Asumsi Orlando terhadap
metaparadigma keperawatan hampir seluruhnya terkandung dalam teorinya. Sama
dengan teori-teori keperawatan pendahulunya asumsinya tidak spesifik, namun
demikian Schmieding (1993) mendapatkan dari tulisan Orlando mengenai empat area yang ditekuninya :
1.
Keperawatan
Keperawatan
adalah suatu profesi yang mempunyai fungsi autonomi yang didefinisikan sebagai
fungsi profesional keperawatan. Fungsi profesional yaitu membantu mengenali dan
menemukan kebutuhan pasien yang bersifat segera. Itu merupakan tanggung jawab
perawat untuk mengetahui kebutuhan pasien dan membantu memenuhinya.
Dalam teorinya
tentang disiplin proses keperawatan mengandung elemen dasar, yaitu perilaku
pasien, reaksi perawat dan tindakan
perawatan yang dirancang untuk kebaikan pasien. Asumsi lain Orlando adalah
bahwa perawat harus menurunkan ketidaknyamanan baik fisik maupun mental pasien
serta tidak boleh menyebabkan pasien distress.
2.
Manusia
Manusia
bertindak atau berperilaku secara verbal
dan nonverbal, kadang-kadang dalam situasi tertentu manusia dalam memenuhi
kebutuhannya membutuhkan bantuan, dan akan mengalami distress jika mereka tidak
dapat memenuhinya. Hal ini dijadikan dasar pernyataan bahwa perawat profesional
harus berhubungan dengan seseorang yang tidak dapat menemukan sendiri kebutuhan
mereka untuk dibantu. Dia juga menyatakan bahwa masing – masing pasien unik dan
perawat profesional dapat mengenali perilaku yang sama pada pasien yang berbeda
dimana tiap pasien memberikan tanda perbedaan kebutuhan.
3.
Sehat
Orlando tidak
mendefinisikan tentang sehat, tetapi berasumsi bahwa bebas dari ketidaknyamanan
fisik dan mental dan merasa adekuat dan sejahtera berkontribusi terhadap sehat.
Perasaan adekuat dan sejahtera dalam memenuhi kebutuhannya berkontribusi
terhadap sehat.
4.
Lingkungan
Orlando juga tidak
mendefinisikan lingkungan. Dia berasumsi bahwa lingkungan merupakan situasi
keperawatan yang terjadi ketika perawat dan pasien berinteraksi, dan antara
perawat-pasien mempersepsikan, berfikir, merasakan dan bertindak dalam situasi
yang bersifat segera. Pasien dapat mengalami distress terhadap lingkungan
therapeutik dalam mencapai tujuannya, perawat perlu mengobservasi perilaku
pasien untuk mengetahui tanda-tanda distress.
5.
Perbandingan Disiplin
Proses Keperawatan Orlando dengan Proses Keperawatan
Sebenarnya pada umumnya
kedua proses tersebut memiliki karakteristik yang sama, sebagai contoh keduanya
bersifat interpersonal dan membutuhkan interaksi antara pasien dan perawat.
Kedua proses tersebut juga melihat pasien sebagai ”total person”/individu
secara keseluruhan, termasuk proses penyakit atau bagian – bagian tubuh.
Orlando tidak menggunakan istilah ”holistic” namun dia mendeskripsikannya
dengan menggunakan pendekatan holistik.
Ada beberapa
perbedaan antara disiplin proses
keperawatan Orlando dengan proses keperawatan, antara lain :
a.
Assesment
1.
Tahap pengkajian pada
proses keperawatan sesuai dengan reaksi perawat terhadap perilaku pasien pada
disiplin proses Orlando. Perilaku pasien merupakan inisiasi untuk melakukan
pengkajian
2.
Pengumpulan data
menurut Orlando hanya meliputi informasi yang relevan untuk mengidentifikasi
kebutuhan pasien yang perlu dibantu
3.
Orlando mendefinisikan
observasi sebagai beberapa informasi yang menyangkut pasien dimana perawat
memperolehnya ketika dia melakukan pekerjannya
4.
Reaksi perawat dari
disiplin proses Orlando merupakan beberapa komponen untuk menganalisa proses
keperawatan
5.
Produk dari analisis
terhadap proses keperawatan disebut sebagai diagnosa keperawatan. Eksplorasi
reaksi perawat dengan pasien dari disiplin proses Orlando mengarahkan pada
proses identifikasi kebutuhan perawat untuk membantu pasien
6.
Orlando sepakat dengan
interaksi antara perawat – pasien secara langsung; hanya satu kebutuhan pada
satu waktu
b.
Planning
1.
Tahap
planning/perencanaan pada proses keperawatan meliputi penulisan tujuan dan
sasaran serta memutuskan tindakan keperawatan yang sesuai
2.
Tujuan perencanaan
Orlando selalu berusaha untuk mengurangi atau menurunkan kebutuhan pasien untuk
minta bantuan : sasaran berkaitan dengan usaha peningkatan perilaku pasien
3.
Pada Proses
keperawatan, partisipasi terjadi paling banyak pada penyusunan tujuan,
sedangkan proses disiplin Orlando melihat pasien sebagai partisipan aktif untuk
menentukan tindakan keperawatan yang actual
c.
Implementation
1.
Implementasi meliputi
seleksi akhir dan melaksanakan rencana tindakan. Merupakan tahap reaksi perawat
dari disiplin proses Orlando
2.
Proses keperawatan
mengharapkan perawat untuk mempertimbangkan semua dampak yang mungkin terjadi
atas tindakan terhadap pasien, sedangkan disiplin proses Orlando hanya
berkaitan dengan efektifitas suatu tindakan untuk mengurangi kebutuhan
pertolongan secara langsung
d.
Evaluation
Evaluasi pada kedua
proses berdasar pada kriteria objective. Pada proses keperawatan, evaluasi
menanyakan apakah ditemukan perubahan tingkah laku secara objective, namun pada
disiplin proses Orlando perawat mengobservasi perilaku pasien untuk melihat
apakah pasien tersebut butuh untuk dibantu.
e.
Kegagalan didalam
mengevaluasi dapat menyebabkan tindakan yang inefektif seperti kegagalan dalam
menemukan kebutuhan pasien dan meningkatkan biaya serta bahan perawatan.
BAB IV
ANALISIS
Teori Orlando telah banyak untuk
menawarkan kepada keperawatan.Kekuatanutamadari karyanyaadalah kegunaannya
dalam praktik keperawatan. Ini panduan perawat melalui interaksi mereka dengan
pasien. Penggunaan teorinya hampir menjamin bahwa pasien akan diperlakukan
sebagai individu dan bahwa mereka akanmemiliki masukan aktif dan konstan ke
perawatan mereka sendiri. perawat harustetap pada pasien bukan pada tuntutan
lingkungan kerja.Perawat dapat menjaga Orlando dalam pikiran sambil menerapkan
proses keperawatan saat ini. Penggunaan teorinya mencegah di-akurat diagnosis
atau rencana tidak efektif. karena perawat harusterus mengeksplorasi reaksinya
dengan pasien. Tidak perawat, berikut prinsip-prinsip Orlando,bisa gagal untuk
mengevaluasi perawatan yang telah diberikan.
Lain kekuatan Orlando adalah
pernyataannya kemerdekaan keperawatan sebagaiprofesi dan keyakinannya bahwa
kemerdekaan ini harus didasarkan pada kerangka teoritis suara Dia mendasarkan
keyakinan ini pada definisi nya fungsi keperawatan. Dia percaya bahwa fungsi
ini jelas akan membantu perawat dalam membangun kemandirian dan dalam penataan
lingkungan kerja sehingga perawat efektif dapat memenuhi kebutuhan pasien
mereka untuk membantu. Fungsi dari "mencari tahu dan memenuhi kebutuhan
mendesak pasien untuk membantu" cukup luas untuk mencakup perawat yang
berpraktik di semua pengaturan dan di semua daerah khusus Hal ini memungkinkan
perawat untuk berevolusi dari waktu ke waktu dengan menghindari kaku daftar
kegiatan keperawatan.
Orlando panduan perawat untuk
mengevaluasi perawatan nya dalam hal obyektif diamatihasil pasien. Ini bukan
struktur pengaturan atau jumlah perawatyang bertugasyang menentukan perawatan
yang efektif. Orlando telah menemukan hubungan positif antara penggunaanproses
dan hasil yang menguntungkan dari perilaku pasien.Dalam merencanakan untuk
menerapkan standaruntuk praktik keperawatan, Asosiasi Perawat Amerika 'telah
menggambarkan hasil pasien sebagai "indikator utama kualitas perawatan
pasien. Sifat langsung dan interaktif nya
proses,bagaimanapun, melakukan evaluasi proses memakan waktu.Seperti disinggung sebelumnya, input profesi keperawatan ke dalam standar akreditasi bagi organisasi perawatan kesehatan telah menempatkan penekanan besar pada evaluasi intervensi dalam hal hasil pasien.
proses,bagaimanapun, melakukan evaluasi proses memakan waktu.Seperti disinggung sebelumnya, input profesi keperawatan ke dalam standar akreditasi bagi organisasi perawatan kesehatan telah menempatkan penekanan besar pada evaluasi intervensi dalam hal hasil pasien.
Penggunaan konsisten dari teori Orlando
oleh perawat bisa membuat evaluasi fungsi kurang memakan waktu dan lebih
disengaja, yang hasilnya akan didokumentasikan dalam grafik pasien. Dokumentasi
seperti kebutuhan pasien, intervensi yang direncanakan, dan evaluasi intervensi
akan memberikan data untuk analisis yang akan berkontribusi pada tubuh secara
umum pengetahuan dalam bidang keperawatan.
Orlando pengujian teori di pengaturan
praktik meminjamkan dukungan lebih lanjut untuk kegunaannya. Studi pertama,
diterbitkan dalam Hubungan Perawat-Pasien Dinamis, memberikan dasar untuk
pekerjaan di masa depan. Untuk studi kedua, dijelaskan dalam The Pengajaran
Disiplin dan Proses Keperawatan, dia mengembangkan kriteria tertentu setuju
untuk pengujian statistik. Perawatan dapat mengejar pekerjaan dengan pengujian
ulang Orlando dan mengembangkan lebih lanjut pekerjaannya.
Meskipun ide-ide Orlando mengandung
banyak karakteristik dari sebuah teori, ada keterbatasan. Latar belakang
kesehatan mentalnya mungkin bertanggung jawab atas sifat yang sangat interaktif
teorinya. Meskipun ini sifat interaktif adalah salah satu kekuatan teori, itu
juga menyediakan keterbatasan dalam gagasannya. Perawat kesepakatan luas dengan
pemantauan dan mengendalikan proses fisiologis pasien untuk mencegah penyakit
dan memulihkan kesehatan. Orlando jarang menyebutkan hal ini aspek peran
perawat. Sifat yang sangat interaktif dari teori Orlando membuat sulit untuk
mencakup perawatan yang sangat teknis dan fisik yang perawat berikan dalam
pengaturan tertentu seperti unit perawatan intensif. Teorinya, bagaimanapun,
mencegah perawat dari pasien melupakan itu usahanya untuk memenuhi aspek teknis
dari pekerjaannya.
Teori Orlando juga dibatasi oleh fokus
pada interaksi dengan individu, sedangkan pasien harus dipandang
sebagai anggota keluarga dan dalam masyarakat. Seringkali sangat penting untuk
berurusan dengan keluarga secara keseluruhan untuk membantu pasien. Orlando
tidak berurusan dengan daerah-daerah.
Perawatan jangka panjang dan perencanaan
tidak berlaku untuk fokus Orlando pada situasi mendesak. Dia hanya pandangan
perencanaan jangka panjang yang terkait dengan staf yang memadai dalam sebuah
institusi. Orlando sendiri mengakui masalah ini. Dalam Hubungan Perawat-Pasien
Dinamis ia berspekulasi bahwa "pengalaman berulang telah membantu
diragukan puncaknya selama periode waktu dalam derajat yang lebih besar
perbaikan," Dia juga mengidentifikasi efek kumulatif dari keperawatan
sebagai area untuk studi lebih lanjut.
Dalam Pengajaran Disiplin dan Proses
Keperawatan, Orlando mencoba untuk mendefinisikan sistem keperawatan
keseluruhan. Dia menggambarkan ini sebagai "secara teratur, berinteraksi
bagian dari pelayanan keperawatan." Upaya ini bagian dari teorinya untuk
memasukkan hubungan perawat dengan perawat lain dan dengan anggota dari
berbagai profesi dalam pengaturan pekerjaan. Teorinya perjuangan dengan
otoritas yang berasal dari fungsi profesi dan bahwa komitmen lembaga
mempekerjakan kepada publik. Proses yang sama yang ditawarkan untuk berurusan
dengan orang lain untuk bekerja dengan individu pasien. Ini bagian dari proses
nya agak membingungkan. Hal ini tampaknya lebih dari sebuah deskripsi
administrasi pelayanan keperawatan dari teori praktik keperawatan.
Ketika seorang perawat-manajer berurusan
dengan staf, teori Orlando menyediakan kerangka kerja untuk interaksi yang
mengarah ke hasil positif. Sebagai eksekutif perawat mendengarkan kebutuhan
staf, dia harus memutuskan apakah tindakan disengaja diperlukan; tindakan
tersebut dapat mengambil dari kebijakan atau perubahan prosedur, variasi staf,
atau perubahan kebijakan institusional. Eksekutif perawat mungkin perlu untuk
mempengaruhi departemen lain, kelompok, atau tingkat dalam organisasi untuk
efek intervensi positif dengan staf. Pada tingkat administrasi, teori Orlando
digunakan, tetapi rentang waktu untuk menyelesaikan semua komponen bervariasi
tergantung pada situasi. Sebuah organisasi yang secara konsisten dan metodis
menggunakan teori Orlando positif dapat merespon semua masalah yang perlu
dihadapi. Dalam lingkungan seperti itu, kebutuhan dapat dipenuhi dan penekanan
ditempatkan pada saat ini bukan masa lalu atau cara itu selalu dilakukan.Dengan
demikian, organisasi mampu mempertahankan keunggulan kompetitif.
Orlando dapat dianggap sebagai teori
keperawatan yang membuat kontribusi yang signifikan untuk kemajuan praktik
keperawatan. Dia membantu perawat untuk fokus pada pasien bukan pada penyakit
atau tuntutan institusional. Perawat tegas dipandang sebagai hamba pasien,
bukan dokter. Perawat harus mendasarkan praktek mereka pada pemikiran logis
bukan pada intuisi. Proses keperawatan Orlando terus menjadi berguna untuk
perawat dalam interaksi mereka dengan pasien
BAB
V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1. Proses
keperawatan dan proses disiplin Orlando keduanya menggambarkan rangkaian
tahapan. Setiap tahapan sama-sama tidak terpisah. Pada proses disiplin Orlando
hampir secara berkesinambungan saling mempengaruhi dimana perilaku pasien
menjadi tujuan reaksi perawat, mengarahkan perilaku perawat, mengarahkan reaksi
pasien. Kedua proses tersebut merupakan proses dinamis dan responsif terhadap
perubahan kondisi pasien.
2. Menurut
Orlando, juga keperawatan bersifat unik dan independent karena berhubungan
langsung dengan kebutuhan pasien yang harus dibantu, nyata atau potensial serta
pada situasi langsung. Teori Orlando berfokus pada pasien sebagai individu,
artinya masing – masing orang berada pada situasi yang berbeda. Orlando
mendefinisikan kebutuhan sebagai permintaan/kebutuhan pasien dimana bila
disuplai, dikurangi, atau menurunkan distress secara langsung atau bahkan
meningkatkan perasaan tercukupi/wellbeing.
3. Dalam
teorinya Orlando mengemukakan tentang beberapa konsep utama, diantaranya adalah
konsep disiplin proses keperawatan (nursing process discipline) yang juga
dikenal dengan sebutan proses disiplin atau prosesi keperawatan.
B.
Saran
Untuk menjadi perawat yang
profesional kita harus tahu tentang sejarah perkembangan keperawatan, karena
dengan mengetahui model konsep teori keperawatan kita dapat mengetahui sampai
dimana perkembangan keperawatan pada masa dahulu dan dimana letak kekurangan
dan kelebihan keperawatan pada masa dahulu sehingga kita bisa memperbaiki
kekurangan tersebut hingga menjadi lebih baik di masa depan.
Daftar Pustaka
Doengoes, M. E. (2002). Nursing care plane:
Guidelines for planning & documenting patient care, 3rd edition,
FA. Davis.
Faust C.
.Orlando's deliberative nursing process theory: a practice application in an
extended care facility. J Gerontol Nurs. 2002 Jul;28(7):14-8
George. (1995). Nursing Theories (The
Base for Profesional Nursing Practice), Fourth Edition. USA : Appleton
& Lange.
George B.
Julia , Nursing Theories- The base for professional Nursing Practice , 3rd ed.
Norwalk, Appleton & Lange.
Hidayat AA. (2004). Pengantar konsep dasar
keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Meleis
Ibrahim Afaf (1997) , Theoretical Nursing : Development & Progress 3rd ed.
Philadelphia, Lippincott.
Nursalam.
(2001). Proses dan Dokumentasi Keperawatan : Konsep dan Praktik.
Jakarta : Salemba
Potter A
Patricia, Perry G Anne (1992) Fundamentals Of Nursing –Concepts Process &
Practice 3rd ed. London Mosby Year Book.
Reed PG,
The force of nursing theory guided- practice. Nurs Sci Q. 2006 Jul;19(3):225.
Taylor
Carol,Lillis Carol (2001)The Art & Science Of Nursing Care 4th ed.
Philadelphia, Lippincott.
Wills
M.Evelyn, McEwen Melanie (2002). Theoretical Basis for Nursing Philadelphia.
Lippincott Williams& wilkins.
Vandemark
L.M. Awareness of self & expanding consciousness: using Nursing theories to
prepare nurse –therapists Ment Health Nurs. 2006 Jul; 27(6) : 605-15
Tomey Ann Marriner, Alligood M.R.(2006). Nursing Theorists and Their work. 6 Ed.
USA : Mosby Inc.
