Kamis, 22 Oktober 2015

teori ida jean orlando



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Pada era globalisasi dan perkembangan ilmu dan teknologi sekarang ini, dengan tuntutan perkerjaan sangat tinggi. Setiap profesi di harapkan memberikan suatu hasil kerja yang berkualitas dan berdedikasi untuk masyarakat, hal itu tidak lepas dari pelayanan kesehatan khususnya tenaga keperawatan. Salah satu peran perawat adalah memberikan pelayanan kesehatan yang optimal dalam memberikan asuhan keperawatan yang bermutu. Asuhan keperawatan yang bermutu merupakan asuhan manusiawi yang diberikan kepada pasien, memenuhi standar dan kriteria profesi keperawatan sesuai dengan standar biaya dan kualitas yang diharapkan rumah sakit serta mampu mencapai tingkat kepuasan dan memenuhi harapan pasien.
Pengetahuan tentang proses pengembangan empiris teori atau model konseptual merupakan dasar dalam memahami disiplin ilmu keperawatan, sehingga perawat menyadari kebutuhan akan teori-teori keperawatan dalam  membimbing penelitian dan praktek professional keperawatan. Salah satu teori keperawatan yang memberikan pengaruh di dalam pelayanan keperawatan adalah Nursing Process Theory yang diperkenalkan oleh Ida Jean Orlando.
Konsep merupakan suatu  ide dimana terdapat suatu kesan yang abstrak yang dapat di organisir menjadi simbol – simbol yang nyata, sedangkan konsep keperawatan merupakan suatu ide untuk menyusun suatu kerangka konseptual atau  model keperawatan. Teori itu sendiri merupakan kelompok konsep yang membentuk sebuah pola yang nyata atau suatu pernyataan yang menjelaskan suatu proses, peristiwa atau kejadian yang di dasari oleh fata-fakta yang telah di observasi tetapi kurang absolut atau bukti  secara langsung.
Keperawatan sebagai bagian integral pelayanan kesehatan merupakan  suatu bentuk  pelayanan professional yang didasarkan pada ilmu keperawatan. Pada perkembangannya  ilmu keperawatan selalu mengikuti perkembangan ilmu lain, mengingat ilmu keperawatan  merupakan ilmu terapan yang selalu berubah mengikuti perkembangan zaman.
Demikian juga dengan pelayanan keperawatan di Indonesia, kedepan diharapkan harus mampu memberikan pelayanan kepada masyarakat secara profesional sesuai dengan tuntutan kebutuhan masyarakat serta teknologi bidang  kesehatan yang senantiasa berkembang. Pelaksanaan asuhan keperawatan di sebagian besar  rumah sakit Indonesia umumnya telah menerapkan pendekatan ilmiah melalui proses keperawatan.
Tanggung jawab dari seorang perawat meliputi “bagaimana menolong seorang pasien dengan memenuhi kebutuhannya (misal; kenyamanan fisik dan mental yang harus diupayakan sedapat mungkin selama proses keperawatan berlangsung). Hal ini merupakan tanggungjawab seorang perawat dalam memenuhi kebutuhan pasien baik melalui usahanya sendiri maupun menggunakan bantuan tenaga lain. Kebutuhan merupakan “keadaan dimana seorang pasien membutuhkan nutrisi, menyembuhkan atau mengurangi rasa sakit, dan menumbuhkan perasaan yang adekuat untuk sembuh. Tingkah laku yang timbul ini berupa tingkah laku verbal maupun nonverbal yang dapat dilihat oleh seorang perawat. Reaksi langsung atau reaksi spontan termasuk didalamnya persepsi dari keduanya yaitu perawat dan pasien, pemikiran dan perasaan dari keduanya. Disiplin Proses Keperawatan termasuk di dalamnya komunikasi antara perawat dan pasien.
Kualitas asuhan keperawatan sangat ditentukan oleh berbagai faktor antara lain: kondisi pasien, pelayanan keperawatan termasuk tenaga keperawatan di dalamnya, sistem manajerial dan kemampuan rumah sakit dalam melengkapi sarana prasarana, serta harapan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan atau keperawatan yang diberikan di rumah sakit tersebut.
Keperawatan dikatakan sebuah profesi karena semua karakteristik profesi semuanya ada dalam diri perawat, yaitu yang pertama body of knowledge atau disebut dengan  tubuh pengetahuan, selain itu penggunaan riset sebagai dasar pengembangan keperawatan, dan yang ketiga adalah adanya pendidikan tinggi. Untuk memantapkan diri menjadi profesi yang kuat maka perlu mengukuhkan keilmuan atau sains.
Dalam bahasa Arab, kata science diterjemahkan sebagai “ilmu.” Kata ilmu berasal dari bahasa Arab: ‘alima, ya’lamu,’ ilman dengan wazan fai’ila, yaf’alu, fa’lan, yang berarti mengerti, memahami benar-benar. Jadi definisi sains ialah suatu cara untuk mempelajari berbagai aspek-aspek tertentu dari alam secara terorganisir, sistematik & melalui berbagai metode saintifik yang terbakukan. Ruang lingkup sains terbatas pada berbagai hal yang dapat dipahami oleh indera (penglihatan, sentuhan, pendengaran, rabaan & pengecapan) atau dapat dibilang sains itu pengetahuan yang diperoleh melalui pembelajaran dan pembuktian.
Salah satu cara untuk menunjukkan profesi keperawatan berkualitas dan berdedikasi untuk masyarakat yaitu dengan mengembangkan salah satu model pelayanan keperawatan yang sesuai dengan kondisi masyarakat Indonesia. Salah satunya adalah yang dikemukakan oleh Ida Jean Orlando yang dikenal dengan teori proses keperawatan atau disiplin proses keperawatan.
Orlando mengemukakan tentang beberapa konsep utama, diantaranya adalah konsep disiplin proses keperawatan ( Nursing Process Discipline) yang juga dikenal dengan sebutan proses disiplin atau proses keperawatan. Disiplin proses keperawatan meliputi komunikasi perawat kepada pasiennya yang sifatnya segera, mengidentifikasi  permasalahan klien  yang disampaikan  kepada perawat,  menanyakan  untuk validasi atau perbaikan. (Tomey, 2006: 434).
Selain itu  Orlando juga menggambarkan mengenai disiplin nursing proses sebagai  interaksi total (Totally Interactive) yang dilakukan tahap demi tahap, apa yang terjadi antara perawat dan pasien dalam hubungan tertentu, perilaku pasien, reaksi perawat terhadap perilaku tersebut dan tindakan yang harus dilakukan, mengidentifikasi kebutuhan pasien untuk  membantunya serta untuk melakukan  tindakan yang tepat (George, 1995 ;162).
Oleh karena itu, kelompok memandang perlu untuk mengetahui dan mengkaji lebih jauh tentang penerapan model keperawatan yang sesuai dengan teori Ida jean Orlando di lapangan atau rumah sakit, sehingga dapat diketahui apakah teori Ida jean Orlando dapat diaplikasikan dengan baik dalam pelayanan keperawatan atau asuhan keperawatan dalam keperawatan anak dan manajemen.
B.     Tujuan
1.      Tujuan Umum
Mampu memahami konsep model teori proses keperawatan menurut Ida Jean Orlando dalam aplikasi asuhan keperawatan.
2.      Tujuan Khusus
a.       Memahami konsep model teori Ida Jean Orlando
b.      Mengetahui konsep paradigma keperawatan
c.       Mengetahui kerangka konseptual teori Ida Jean Orlando
d.      Mengetahui kekuatan dan kelemahan dari teori Ida Jean Orlando
e.       Mampu menghubungkan model konsep Ida Jean Orlando dengan aplikasi keperawatan anak dan manajemen











BAB II
TINJAUAN TEORI

A.    Data Biografi Ida Jean Orlando
Ida jean Orlando Pelletier lahir pada tanggal 12 Agustus 1926 di New Jersey. Ia telah aktif berkarir sebagai pelaksana, pendidik, peneliti dan konsultan dalam bidang keperawatan. Pada awal karirnya ia bekerja sebagai staf keperawatan di berbagai bidang seperti obstetri, perawatan penyakit dalam dan bedah, serta diruang emergency. Ia juga telah menjabat sebagai supervisor dan menjabat sebagai asisten dua Direktur Keperawatan. Riwayat pendidikan Orlando dimulai dari di terimanya di pendidikan Diploma Keperawatan di Medical College New York pada tahun 1947, dan mendapat gelar Bachelor Of Nursing pada tahun 1951 dari Universitas St. John:s di  Brooklyn New York. Pada tahun 1954 menerima M.A. di Mental Health Consultation dari Universitas Colombia, New York.
Setelah lulus dari pendidikan terakhirnya orlando bekerja disekolah New Haven Conneticut selama delapan tahun. Pada tahun 1958 ia menjadi asosiasi peneliti dan investigator untuk proyek negara mengenai konsep kesehatan mental pada kurikulum dasar. Proyek ini memfokuskan pada mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi integritas prinsip kesehatan mental untuk kurikulum dasar keperawatan. Setelah tiga tahun ia mencatatkan hasil penelitian dan ia menghabiskan empat tahun untukmenganalisa data yang diperolehnya pada penelitian tersebut, kemudian ia melaporkan penemuanya tersebut ke buku pertamanya pada tahun 1958 yang berjudul The Dynamic Nurse-Patient Relationship: Function, Process and Principles Of Professional Nursing Practice, namun buku tersebut baru dipublikasikan pada tahun 1961. Buku inilah yang memformulasikan teori dasar keperawatan orlando. Buku tersebut dicetak dalam lima bahasa yaitu bahasa jepang, hebrew, prancis, portugis dan belanda.
Buku pertamanya yang dipublikasikan pada tahun 1961 dan diprint ulang pada tahun 1990 yaitu yang berjudul Hubungan Dinamis Perawat-Pasien: Fungsi, Prinsip dan Proses. Ia juga menjabat sebagai pimpinan Graduate Program dalam kesehatan mental dan psikiatri nursing di Yale. Orlando juga aktif dalam organisasi seperti pada Massachusetts Nurses” Association’s dan di Harvard Comunity Health Plan. Ia juga sebagai dosen dan konsultan pada berbagai institusi keperawatan.
Pada tahun 1962 sampai tahun 1972 orlando bekerja sebagai konsultan bidang keperawatan klinik di RS Mc Lean Belmont. Orlando memberikan hasil kerjanya selama 10 tahun diRS tersebut melalui buku kedua yang berjudul The Discipline and Teaching of Nursing Procces: An Evaluative Study.
Orlando memberikan beberapa kontribusi penting dalam teori dan praktek keperawatan. Konsep mengenai proses keperawatan meliputi beberapa kriteria, antara lain:
1.  Memberikan konsep hubungan yang digambarkan secara sistematik mengenai fenomena bidang keperawatan
2.  Memspesifikasikan hubungan antar konsep keperawatan
3.  Menjelaskan apa yang terjadi selama proses keperawatan dan mengapa hal itu bisa terjadi
4.  Mendeskripsikan bagaimana fenomena keperawatan dapat terkontrol
5.  Menjelaskan bagaimana mengontrol guna memprediksikan hasil dari proses keperawatan


B.     Teori Ida Jean Orlando
Menurut Orlando, keperawatan bersifat unik dan independent karena berhubungan langsung dengan kebutuhan pasien yang harus dibantu, nyata atau potensial serta pada situasi langsung. Teori Orlando berfokus pada pasien sebagai individu, artinya masing – masing orang berada pada situasi yang berbeda. Orlando mendefinisikan kebutuhan sebagai permintaan atau kebutuhan pasien dimana bila disuplai, dikurangi, atau menurunkan distress secara langsung atau bahkan meningkatkan perasaan tercukupi atau wellbeing.
Teori keperawatan Orlando menekankan ada hubungan timbal balik antara pasien dan perawat, apa yang mereka katakan dan kerjakan akan saling mempengaruhi. Perawat sebagai orang  pertama yang mengidentifikasi dan menekankan elemen-elemen pada proses keperawatan serta hal-hal kritis penting dari partisipasi  pasien dalam proses keperawatan. Proses aktual interaksi perawat-pasien sama halnya dengan interaksi antara dua orang . Ketika perawat menggunakan proses ini untuk mengkomunikasikan reaksinya dalam merawat pasien, orlando menyebutnya sebagai ”nursing procces discipline”. Hal ini merupakan alat yang dapat perawat gunakan untuk melaksanakan fungsinya dalam merawat pasien.
Orlando (1972) menyampaikan 3 kriteria untuk memastikan keberhasilan perawat dalam mengeksplor dan bereaksi dengan pasien, yaitu :
1.      Perawat harus menemuainya dan konsisten terhadap apa yang dikatakanya dan mengatakan perilaku nonverbalnya kepada pasien.
2.      Perawat harus dapat mengkomunikasikanya dengan jelas terhadap apa yang akan diekspresikanya.
3.      Perawat harus menanyakan kembali kepada pasien langsung utnuk perbaikam atau klarifikasi.
Orlando menggambarkan model teorinya dengan lima konsep utama yaitu fungsi perawat profesional, mengenal perilaku pasien, respon internal atau kesegeraan, disiplin proses keperawatan serta kemajuan.

1.      Tanggung jawab perawat
Tanggung jawab perawat yaitu membantu apapun yang pasien butuhkan untuk memenuhi kebutuhan tersebut (misalnya kenyamanan fisik dan rasa aman ketika dalam mendapatkan pengobatan atau dalam pemantauan. Perawat harus mengetahui  kebutuhan pasien untuk membantu memenuhinya. Perawat harus mengetahui  peran  profesionalnya, aktivitas perawat  profesional yaitu tindakan yang dilakukan perawat secara bebas dan bertanggung jawab guna mencapai  tujuan dalam membantu pasien.
Ada beberapa aktivitas spontan dan rutin yang bukan aktivitas profesional perawat yang dapat dilakukan oleh perawat, sebaiknya hal ini dikurangi agar perawat lebih terfokus pada  aktivitas-aktivitas yang benar-benar menjadi kewenangannya.
2.      Mengenal perilaku pasien
Mengenal perilaku pasien yaitu dengan mengobservasi apa yang dikatakan pasien maupun perilaku nonverbal yang ditunjukan pasien.
3.      Reaksi segera
Reaksi segera meliputi persepsi, ide dan perasaan perawat dan pasien. Reaksi segera adalah respon segera atau respon internal dari perawat dan persepsi individu pasien , berfikir dan merasakan.
4.      Disiplin proses keperawatan
Menurut Orlando (1995 hlm 162) mengartikan disiplin proses keperawatan sebagai  interaksi total (totally interactive) yang dilakukan tahap demi tahap, apa yang terjadi antara perawat dan pasien dalam hubungan tertentu, perilaku pasien, reaksi perawat terhadap perilaku tersebut dan tindakan yang harus dilakukan, mengidentifikasi kebutuhan pasien untuk  membantunya serta untuk melakukan  tidakan yang tepat.
5.      Kemajuan/ peningkatan
Peningkatan berarti tumbuh lebih, pasien menjadi lebih berguna dan produktif.
Proses keperawatan Orlando didasarkan pada "proses di mana setiap tindakan individu". Tujuan dari proses ketika digunakan antara perawat dan pasien adalah memenuhi kebutuhan pasien untuk membantu. Perbaikan dalam perilaku pasien yang idencates resulotion kebutuhan adalah hasil tujuannya adalah juga digunakan dengan orang lain yang bekerja dalam pengaturan ajob.. Ini Tujuannya di sini adalah untuk memahami bagaimana resposibilities profesional dan pekerjaan masing-masing mempengaruhi yang lain. ini memungkinkan perawat untuk secara efektif memenuhi setiap fuction profesionalnya untuk pasien dalam pengaturan origanizational.
1.      Pasien
Proses keperawatan diatur dalam gerakan oleh perilaku pasien semua perilaku pasien, tidak peduli betapa tidak berartinya, harus dianggap sebagai ungkapan kebutuhan bantuan sampai maknanya kepada pasien tertentu dalam situasi yang mendesak dipahami.. Orlando menekankan hal ini pada prinsipnya pertama: "Perilaku menyajikan pasien, terlepas dari dari dalam yang muncul, mungkin merupakan suatu permohonan untuk membantu".
Ketika pasien mengalami suatu kebutuhan bahwa ia tidak bisa menyelesaikan, rasa tidak berdaya terjadi. Perilaku pasien mencerminkan tekanan ini. Dalam Hubungan Perawat-Pasien Dinamis, Orlando menjelaskan beberapa kategori distres pasien. Ini adalah "keterbatasan fisik. . . merugikan reaksi terhadap pengaturan dan. . . pengalaman yang mencegah pasien dari berkomunikasi kebutuhannya. Perasaan tidak berdaya karena keterbatasan fisik dapat mengakibatkan dari pembangunan tidak lengkap, cacat sementara atau permanen, atau pembatasan lingkungan, nyata atau dibayangkan.
Reaksi yang merugikan pada pengaturan, di sisi lain, biasanya hasil dari pemahaman yang salah atau tidak memadai tentang pengalaman di sana. Pasien mungkin menjadi tertekan dari reaksi negatif untuk setiap aspek pengaturan meskipun niat membantu atau terapi Sering kebutuhan untuk membantu juga mungkin timbul dari berkomunikasi ketidakmampuan pasien secara efektif. Hal ini mungkin disebabkan faktor-faktor seperti ambivalensi ketergantungan tentang yang dibawa oleh penyakit, malu berhubungan dengan kebutuhan, kurangnya kepercayaan pada perawat, dan ketidakmampuan untuk menyatakan kebutuhan tepat.
Perilaku pasien dapat verbal atau nonverbal inkonsistensi antara kedua jenis perilaku ini mungkin menjadi faktor yang memberitahu perawat bahwa kebutuhan pasien bantuan. Perilaku verbal meliputi menggunakan semua pasien bahasa.. Mungkin mengambil dari dari "keluhan ... permintaan ... pertanyaan ... penolakan ... .. Komentar atau pernyataan. Perilaku nonverbal meliputi manifestasi fisiologis seperti denyut jantung, keringat, edema, dan buang air kecil: dan aktivitas motorik seperti tersenyum, berjalan, dan menghindari aye kontak. Perilaku pasien nonverbal juga mungkin vokal. Ini termasuk tindakan seperti menangis, tertawa, berteriak, dan mendesak.
Meskipun semua perilaku pasien mungkin menunjukkan kebutuhan untuk membantu, perilaku tidak mungkin efektif mengkomunikasikan kebutuhan itu. Ketika perilaku tidak berkomunikasi kebutuhan, masalah adalah hubungan perawat-pasien dapat timbul perilaku pasien yang tidak efektif "mencegah perawat dari melaksanakan. Nya kekhawatiran untuk perawatan pasien atau bentuk mempertahankan hubungan yang memuaskan kepada pasien. perilaku pasien yang tidak efektif juga dapat menunjukkan kesulitan dalam pembentukan awal dari hubungan perawat-pasien, identifikasi akurat dari reaksi pasien untuk tindakan keperawatan otomatis. Resolusi perilaku pasien yang tidak efektif yang tinggi prioritas sebagai perilaku biasanya menjadi lebih buruk dari waktu ke waktu jika perlu bantuan itu mengungkapkan masih belum terselesaikan
2.      Perawat Reaksi
Perilaku pasien merangsang reaksi perawat, yang menandai awal dari proses keperawatan. Reaksi ini terdiri dari tiga bagian yang berurutan.
pertama, perawat merasakan perilaku melalui rasa nya, kedua persepsi mengarah ke pikiran menghasilkan perasaan otomatis Sebagai contoh, perawat melihat senyum pasien,  mengira dia bahagia, dan merasa baik. reaksi ini membentuk dasar untuk menentukan tindakan keperawatan Namun, perawat harus terlebih dahulu berbagi reaksinya dengan pasien untuk memastikan bahwa ia telah benar mengidentifikasi kebutuhan untuk bantuan dan tindakan keperawatan yang tepat mengatasinya.. Orlando menawarkan prinsip untuk memandu perawat dalam reaksinya terhadap perilaku pasien, "perawat itu tidak berasumsi bahwa setiap aspek reaksinya kepada pasien benar, membantu, atau sesuai sampai ia memeriksa validitas dalam eksplorasi dengan pasien.
Persepsi, pikiran, dan perasaan terjadi secara otomatis dan hampir bersamaan, Oleh karena itu perawat harus belajar untuk mengidentifikasi setiap bagian dari reaksinya ini membantu dia untuk menganalisis reaksi untuk menentukan mengapa ia bereaksi seperti yang dia lakukan.. Tujuannya menjadi logis daripada intuitif, perawat dapat menggunakan reaksinya untuk tujuan membantu pasien.
Disiplin dalam proses keperawatan mengatur bagaimana perawat saham reaksinya dengan pasien Orlando menawarkan prinsip untuk menjelaskan kegunaan dari berbagi ini.
Setiap pengamatan bersama dan dieksplorasi dengan pasien segera bermanfaat dalam memastikan dan memenuhi kebutuhannya atau mencari tahu bahwa dia tidak membutuhkan pada waktu itu.
Dia memberikan tiga kriteria berikut untuk memastikan bahwa eksplorasi perawat reaksinya dengan pasien berhasil
a.       What perawat mengatakan kepada individu dalam kontak harus sesuai (konsisten dengan) salah satu atau semua atau item yang terkandung dalam reaksi langsung. dan apa yang tidak nonverbal perawat harus secara verbal diungkapkan dan ekspresi harus cocok dengan satu atau semua item yang terkandung dalam reaksi langsung.
b.      Aktifitas perawat jelas harus harus berkomunikasi dengan individu bahwa item yang diungkapkan milik sendiri
c.       Perawat harus bertanya individu tentang item yang diungkapkan dalam rangka untuk mendapatkan koreksi atau verifikasi dari individu yang sama.Aspek yang dibagi dengan cara yang dijelaskan dalam peraturan menurut itu.
Dari stanpoint praktis, mungkin lebih cepat untuk berbagi persepsi dari pikiran atau perasaan "Anda meringis" mengandung asumsi kurang dari. "Anda sakit?", Dengan cara Thia pasien dapat lebih mudah mengungkapkan kebutuhannya untuk bantuan tanpa harus mengoreksi kesalahpahaman perawat.
Perasaan dapat dan harus berbagi bahkan ketika mereka negatif. Tindakan nonverbal perawat usully akan menunjukkan perasaannya jika mereka dinyatakan non verbal. Jadi, perilaku perawat verbal dan nonverbal akan menjadi tidak konsisten. Berbagi yang tepat dari perasaan secara efektif dapat membantu pasien penolakan obat Anda. Bisakah Anda menjelaskan kepada saya mengapa penolakan Anda Anda menjelaskan kepada saya mengapa Anda memiliki penolakan obat dengan kemarahan. Jika dia mengatakan, "saya marah dengan penolakan Anda obat Anda. Bisakah Anda menjelaskan kepada saya mengapa Anda harus menolak? "Ia mengundang pasien untuk menjelaskan kebutuhan untuk bantuan yang menyatakan penolakannya. Ekspresinya memenuhi tiga kriteria, dan kebutuhan pasien untuk membantu dapat diidentifikasi dan diselesaikan.
Contoh ini menunjukkan pentingnya perawat berbagi reaksinya sebagai fakta tentang dirinya sendiri. Dia menyatakan, "saya marah," daripada, "Anda membuat saya marah 'ini identifikasi yang jelas.. Ini alsoencourages pasien untuk berbagi reaksinya dengan cara asimilar.
Identifikasi yang memadai dari aspek trhee reaksi perawat membantu untuk menyelesaikan perasaan asing yang dapat mengganggu perawatan pasien. Perawat mungkin menemukan bahwa perasaannya berasal dari keyakinan pribadinya tentang bagaimana orang harus bertindak atau dari tekanan dalam pengaturan organisasi. Jika mereka tidak diselesaikan, perilaku perawat verbal dan nonverbal lagi akan menjadi tidak konsisten. Proses yang sama harus digunakan dengan perawat atau profesional lainnya dalam pengaturan pekerjaan untuk menyelesaikan setiap konflik yang mengganggu dengan perawat yang profesional fulling function dia untuk pasien.
Orlando menggunakan tiga kriteria nya dalam studi yang dijelaskan dalam disiplin dan pengajaran proses keperawatan dan menemukan bahwa menggunakan proses disiplin secara positif  berhubungan dengan peningkatan perilaku pasien. Penelitian ini juga menunjukkan hubungan positif antara penggunaan perawat proses dan penggunaannya oleh pasien. sehingga penggunaan proses saja dapat membantu pasien berkomunikasi kebutuhannya dengan lebih efektif.
Orlando menawarkan diagram menggambarkan terbuka reaksi perawat versus menjaga rahasia reaksi (lihat figs.10-1 dan 10-2). Tindakan perawat itu dari reaksi menjadi perilaku merangsang reaksi kepada pasien. Hanya keterbukaan dalam berbagi reaksi menjamin bahwa kebutuhan pasien akan effectively diselesaikan. Berbagi ini, dengan cara yang dilarang, membedakan praktik keperawatan profesional dari tanggapan pribadi otomatis.
3.      Tindakan perawat
Setelah perawat telah divalidasi atau dikoreksi reaksinya terhadap perilaku pasien melalui eksplorasi dengan dia, dia bisa menyelesaikan proses keperawatan dengan tindakan perawat. Orlando termasuk "hanya apa yang dia (perawat) mengatakan atau melakukan dengan atau untuk kepentingan pasien" sebagai tindakan keperawatan profesional. Perawat harus yakin bahwa tindakannya tepat untuk memenuhi kebutuhan pasien untuk membantu. Prinsip Orlando membimbing negara keperawatan, "inisial perawat aprocess eksplorasi untuk memastikan bagaimana pasien adalah dipengaruhi oleh apa yang dia katakan atau lakukan. Perawat dapat bertindak dengan dua cara: otomatis atau deliberatif. Hanya dengan cara kedua memenuhi fungsi profesionalnya. Tindakan otomatis adalah "mereka diputuskan untuk alasan lain selain kebutuhan pasien yang mendesak," di mana tindakan sebagai deliberatif memastikan dan memenuhi kebutuhan ini. Ada perbedaan antara tujuan tindakan benar-benar melayani dan niatnya untuk membantu pasien.
Sebagai contoh, perawat mengelola pil tidur karena perintah dokter itu. Perawat melaksanakan perintah dokter adalah tujuan dari tindakan. Namun, perawat belum menentukan bahwa pasien mengalami gangguan tidur atau pil adalah cara yang paling tepat untuk membantu dia tidur. Dengan demikian tindakan ini otomatis, bukan deliberatif, dan pasien perlu bantuan tidak mungkin dipenuhi.
Berikut ini cara mengidentifikasi kriteria untuk tindakan deliberatif:
a.       Tindakan Permusyawaratan hasil dari identifikasi yang benar kebutuhan pasien dengan validasi reaksi perawat terhadap perilaku pasien.
b.      Perawat mengeksplorasi makna tindakan kepada pasien dan relevansinya untuk memenuhi kebutuhannya.
c.       Perawat memvalidasi efektifitas tindakan segera setelah menyelesaikan itu.
Perawat bebas dari rangsangan yang tidak berhubungan dengan kebutuhan pasien ketika ia bertindak. Otomatis tindakan gagal untuk memenuhi satu atau lebih kriteria ini. Otomatis tindakan yang paling mungkin dilakukan oleh perawat terutama yang bersangkutan dengan melaksanakan perintah dokter, rutinitas perawatan pasien, atau prinsip-prinsip umum untuk melindungi kesehatan atau oleh perawat yang tidak memvalidasi reaksi mereka terhadap perilaku pasien.
Profesional Fungsi, Perawat sering bekerja dalam organisasi dengan profesional lainnya, dan tunduk pada otoritas organisasi yang mempekerjakan mereka. Hal ini tak terelakkan, karena itu, bahwa pada waktu akan timbul konflik antara tindakan yang tepat untuk profesi perawat dan yang dibutuhkan oleh pekerjaan. Tindakan non-profesional dapat mencegah perawat dari menjalankan fungsi profesionalnya, dan ini dapat menyebabkan perawatan pasien yang tidak memadai.
 Sebuah fungsi didefinisikan dengan baik profesi dapat membantu untuk mencegah dan menyelesaikan konflik ini. Perawat tidak seharusnya menerima posisi yang tidak memungkinkan mereka untuk memenuhi kebutuhan pasien mereka untuk membantu. Jika konflik tidak muncul, perawat harus menyajikan data yang menunjukkan bahwa menyusui tidak mampu memenuhi fungsi profesional. Orlando percaya bahwa majikan tidak mungkin untuk terus memerlukan kegiatan pekerjaan yang mengganggu fungsi yang didefinisikan dengan baik sebuah profesi. Untuk lembaga untuk melakukannya "akan benar-benar meninggalkan seluruh titik memiliki meminta jasa profesi yang di instansi atau lembaga.
Perawat harus selalu sadar bahwa "aktivitas mereka adalah profesional hanya ketika ia sengaja mencapai tujuan membantu pasien. Beberapa kegiatan otomatis mungkin diperlukan untuk menjalankan sebuah institusi. Ini harus, bagaimanapun, dijaga agar tetap minimum dan harus dilakukan, sebanyak mungkin, oleh personil dukungan. Perawat harus menghadiri untuk membantu pasien mengatasi konflik antara rutinitas dan kebutuhan mereka untuk membantu.
Dalam institusi perawatan paling akut hari ini, potensi permintaan keterampilan keperawatan dan penilaian melebihi ketersediaan tersebut. Akibatnya, sistem pemberian perawatan keperawatan sedang dievaluasi dan direvisi untuk memungkinkan perawat untuk berlatih dalam situasi atau daerah di mana dia yang paling dibutuhkan. Beberapa situasi ini telah secara khusus diidentifikasi oleh komite akreditasi keperawatan profesional dan, melalui masukan mereka, tercermin dalam standar akreditasi dari komisi bersama tentang akreditasi untuk organisasi perawatan kesehatan. Ini adalah: (1) ketika pasien mengaku, penilaian keperawatan profesional diperlukan untuk mengidentifikasi pasien perlu bantuan, (2) ketika pasien memiliki kebutuhan akan pendidikan biasa disebut pendidikan pasien dan; (3) saat pasien sedang dipersiapkan untuk debit.
Di bawah sistem ini, penekanan ditempatkan pada pasien dirawat dan diberhentikan dalam jumlah yang telah ditetapkan hari. Perawatan dapat memanfaatkan situasi ini dan menggunakannya untuk kepentingan pasien dan profesi terbaik. Teori Orlando, sementara sederhana di alam, memberikan arah dan fokus untuk mengidentifikasi dan memahami pasien perlu
Dengan demikian, proses keperawatan diatur dalam gerakan oleh perilaku pasien yang mungkin menunjukkan perlunya bantuan. Perawat bereaksi terhadap perilaku ini dengan persepsi, pikiran, dan perasaan. Dia saham aspek reaksinya dengan pasien, memastikan bahwa tindakannya verbal dan nonverbal yang konsisten dengan reaksinya, bahwa dia mengidentifikasi reaksi sebagai dirinya sendiri, dan bahwa ia mengundang pasien untuk mengomentari validitas reaksinya. Reaksi benar bersama oleh perawat membantu pasien untuk menggunakan proses yang sama untuk lebih efektif mengkomunikasikan kebutuhannya. Selanjutnya, tindakan yang sesuai untuk menyelesaikan kebutuhan adalah saling diputuskan oleh pasien dan perawat. Setelah perawat bertindak, ia segera bertanya pasien jika tindakan tersebut telah efektif. Sepanjang interaksi, perawat memastikan bahwa ia bebas dari setiap rangsangan asing yang mengganggu dengan reaksi ke pasien.
Orlando Teori dan Konsep Empat Mayor. Orlando termasuk bahan khusus untuk tiga dari empat konsep utama:, kesehatan manusia, dan keperawatan. Konsep keempat, masyarakat, tidak termasuk dalam teorinya.Dia menggunakan konsep manusia sebagai ia menekankan individualitas dan sifat dinamis dari hubungan perawat-pasien.Sementara kesehatan tidak ditentukan. Hal ini tersirat. Dalam karya awalnya, Orlando terfokus pada penyakit. Kemudian, dia menunjukkan bahwa penawaran keperawatan dengan individu setiap kali ada kebutuhan untuk bantuan. Jadi, rasa tidak berdaya menggantikan konsep kesehatan sebagai inisiator dari kebutuhan untuk menyusui.
Orlando mengabaikan sebagian besar masyarakat. Dia hanya berurusan dengan interaksi antara perawat dan pasien dalam situasi segera dan berbicara kepada pentingnya individualitas. Dia membuat beberapa upaya untuk membahas sistem keperawatan secara keseluruhan dalam pengaturan kelembagaan. Namun, dia tidak membahas bagaimana pasien dipengaruhi oleh masyarakat di mana dia tinggal tidak apakah dia menggunakan masyarakat sebagai fokus tindakan keperawatan.
Keperawatan adalah, tentu saja, fokus pekerjaan Orlando. Dia berbicara tentang keperawatan sebagai unik dan independen dalam keprihatinan untuk kebutuhan individu untuk membantu dalam situasi mendesak. Upaya untuk memenuhi kebutuhan individu untuk membantu dilaksanakan dalam situasi interaktif dan dengan cara disiplin yang memerlukan pelatihan yang tepat.
C.    Konsep Utama dan Definisi
Konsep utama dalam teori proses keperawatan. Teori keperawatan Orlando menekankan ada hubungan timbal balik antara pasien dan perawat, apa yang mereka katakan dan kerjakan akan saling mempengaruhi. Dan sebagai orang  pertama yang mengidentifikasi dan menekankan elemen-elemen pada proses keperawatan dan hal-hal kritis penting dari partisipasi  pasien dalam proses keperawatan. Proses aktual interaksi perawat-pasien sama halnya dengan interaksi antara dua orang. Ketika perawat menggunakan proses ini untuk mengkomunikasikan reaksinya dalam merawat pasien, orlando menyebutnya sebagai ”nursing procces discipline”. Itu merupakan alat yang dapat perawat gunakan untuk melaksanakan fungsinya dalam merawat pasien.
Teori Orlando menggambarkan mengenai fungsi dari keperawatan secara professional sebagai salah satu upaya memenuhi kebutuhan pasien akan pertolongan. Fungsi ini akan terpenuhi ketika seorang perawat dapat mencari tahu dan menemukan apa saja kebutuhan yang diperlukan dari seorang pasien. Teori Orlando difokuskan pada bagaimana menciptakan kemajuan pada tindakan dari seorang pasien. Kemajuan dari seorang pasien dapat dilihat dari tingkah laku dan tindakan yang dapat diamati oleh seorang perawat. Persepsi seorang perawat terhadap tingkah laku dari pasiennya dapat menghasilkan suatu pemikiran yang dapat mempengaruhi perawat untuk mengembangkan kemampuannya.
Tanggungjawab dari seorang perawat meliputi “bagaimana menolong seorang pasien dengan memenuhi kebutuhannya (misal; kenyamanan fisik dan mental yang harus diupayakan sedapat mungkin selama proses keperawatan berlangsung). Hal ini merupakan tanggungjawab seorang perawat dalam memenuhi kebutuhan psien baik melalui usahanya sendiri maupun menggunakan bantuan tenaga lain. Kebutuhan Kebutuhan merupakan “keadaan dimana seorang pasien membutuhkan, nutrisi, menyembuhkan atau mengurangi rasa sakit, dan menumbuhkan perasaan yang adekuat untuk sembuh. Tingkah Laku yang Timbul dari Pasien Tingkah laku yang timbul ini berupa tingkah laku verbal maupun nonverbal yang dapat dilihat oleh seorang perawat. Reaksi Langsung Reaksi spontan termasuk didalamnya persepsi dari keduanya yaitu perawat dan pasien, pemikiran dan perasaan dari keduanya.
Disiplin Proses Keperawatan Disiplin Proses Keperawatan termasuk di dalamnya komunikasi antara perawat dan pasien. Disiplin Proses Keperawatan atau disebut juga Delebrasi Proses Keperawatan inilah yang digambarkan pada buku pertama Orlando. Improvisasi,  Improvisasi di sini berarti bagaimana berkembang lebih baik, untuk memberikan hasil, atau untuk menggunakan beberapa manfaat dari suatu hal. Manfaat dari seorang perawat adalah untuk memberikan bantuan apa saja dalam rangka memenuhi kebutuhan pasien untuk sembuh. Tindakan spontan dari seorang perawat adalah “segala tindakan perawat yang dilakukan berdasarkan suatu alasan untuk memenuhi kebutuhan segera dari seorang pasien. Tindakan Deleberatif Perawat adalah segala sesuatu yang diputuskan setelah mengetahui kebutuhan yang diperlukan dan kemudian berupaya untuk memenuhinya.


Teori Orlando mendeskripsikan model keperawatannya sebagai pengembangan dari lima faktor konsep yang berhubungan yaitu:
1.      Fungsi dari keperawatan yang profesional
2.      Tingkah laku yang ditunjukkan oleh pasien selama proses keperawatan
3.      Respon langsung atau respon internal yang diberikan oleh perawat
4.      Disipilin dari proses keperawatan
5.      Improvisasi dalam melakukan proses keperawatan
Orlando mengidentifikasi dan mendefinisikan beberapa elemen dari reaksi langsung seorang perawat sebagai berikut:
1.      Persepsi, simulasi fisik dari tiap orang berdasarkan hasil dari panca inderanya.
2.      Pemikiran spontan mengenai persepsi yang berasal dari pemikiran seorang individu.
3.      Stimulasi perasaan dari hasil pemikiran dimana dapat mengerakkan seseorang dari hasil persepsi, pemikiran dan perasaanya.
Orlando menggambarkan model teorinya dengan lima konsep utama yaitu fungsi perawat profesional, mengenal perilaku pasien, respon internal atau kesegaraan, disiplin proses keperawatan serta kemajuan
      1.   Tanggung jawab perawat
            Tanggung jawab perawat yaitu membantu apapun yang pasien butuhkan untuk memenuhi kebutuhan tersebut (misalnya kenyamanan fisik dan rasa aman ketika dalam mendapatkan pengobatan atau dalam pemantauan. Perawat harus mengetahui  kebutuhan pasien untuk membantu memenuhinya. Perawat harus mengetahui benar peran  profesionalnya, aktivitas perawat  profesional yaitu tindakan yang dilakukan perawat secara bebas dan bertanggung jawab guna mencapai  tujuan dalam membantu pasien. Ada beberapa aktivitas spontan dan rutin yang bukan aktivitas profesional perawat yang dapat dilakukan oleh perawat, sebaiknya hal ini dikurangi agar perawat lebih terfokus pada  aktivitas-aktivitas yang benar-benar menjadi kewenangannya.  
      2.   Mengenal perilaku pasien
            Mengenal perilaku pasien yaitu dengan mengobservasi apa yang dikatakan pasien maupun perilaku nonverbal yang ditunjukan pasien.
      3.   Reaksi segera
            Reaksi segera meliputi persepsi, ide dan perasaan perawat dan pasien. Reaksi segera adalah respon segera atau respon internal dari perawat dan persepsi individu pasien , berfikir dan merasakan.
      4.   Disiplin proses keperawatan
            Menurut George  (1995 hlm 162) mengartikan disiplin proses keperawatan sebagai  interaksi total (totally interactive) yang dilakukan tahap demi tahap, apa yang terjadi antara perawat dan pasien dalam hubungan tertentu, perilaku pasien, reaksi perawat terhadap perilaku tersebut dan tindakan yang harus dilakukan, mengidentifikasi kebutuhan pasien untuk  membantunya serta untuk melakukan  tindakan yang tepat.
      5.   Kemajuan/ peningkatan
     Peningkatan berari tumbuh lebih, pasien menjadi lebih berguna dan produktif.
D.    Pokok Utama dari Teori Orlando 
Teori Orlando menggambarkan mengenai fungsi dari keperawatan secara professional sebagai salah satu upaya memenuhi kebutuhan pasien akan pertolongan. Fungsi ini akan terpenuhi ketika seorang perawat dapat mencari tahu dan menemukan apa saja kebutuhan yang diperlukan dari seorang pasien. Teori Orlando difokuskan pada bagaimana menciptakan kemajuan pada tindakan dari seorang pasien. Kemajuan dari seorang pasien dapat dilihat dari tingkah laku dan tindakan yang dapat diamati oleh seorang perawat. Persepsi seorang perawat terhadap tingkah laku dari pasiennya dapat menghasilkan suatu pemikiran yang dapat mempengaruhi perawat untuk mengembangkan kemampuannya.
Orlando mengidentifikasi dan mendefiniskan beberapa elemen dari reaksi langsung seorang perawat sebagai berikut:
a.       Persepsi, simulasi fisik dari tiap orang berdasarkan hasil dari panca inderanya.
b.      Pemikiran spontan mengenai persepsi yang berasal dari pemikiran seorang individu
c.       Stimulasi perasaan dari hasil pemikiran dimana dapat mengerakkan seseorang dari hasil persepsi, pemikiran dan perasaanya.
E.     Penggunaan Data
Perbandingan Orlando merupakan perawat pertama yang mengembangkan teorinya berdasarkan keadaan nyata dari hubungan antara perawat dan pasien. Orlando mencatat bahwa lebih dari 2000 kontak antara perawat dan pasien dalam mengembangkan teorinya yang didasarkan atas data dari hubungan tersebut. Orlando menggunakan metode kualitatif untuk menganalisa data yang diperolehnya atau metodologi riset lapangan dalam pengumpulan data penelitiannya.
F.     Asumsi Teori Orlando
Hampir keseluruhan dari teori Orlando digambarkan secara implicit. Schieding (1993) memberikan beberapa asumsi dari tulisan Orlando mengenai empat bidang dan elebotasi mengenai pandangan Orlando:
a.       Asumsi Mengenai Keperawatan
a.       Keperawatan merupakan profesi yang berbeda dengan disiplin ilmu lain.
b.      Keperawatan professional mempunyai fungsi dan dan menghasilkan produk yang berbeda (hasil).
c.       Terdapat perbedaan antara sekadar membaringkan dengan tindakan keperawatan yang professional.
b.       Asumsi Mengenai Pasien
a.       Kebutuhan pasien akan pertolongan merupakan suatu hal yang unik.
b.      Pasien memiliki kemampuan untuk mengkomunikasikan kebutuhannya akan pertolongan.
c.       Ketika pasien tidak memperoleh kebutuhannya maka ia akan mengalami kemunduran.
d.      Tingkah laku dari seorang pasien merupakan suatu hal yang memberikan mana.
e.       Pasien mampu dan bersedia berkomunikasi secara verbal atau tidak verbal.
c.        Asumsi Mengenai Perawat
a.       Reaksi seorang perawat terhadap pasienya merupakan suatu hal yang unik.
b.      Perawat seharusnya tidak menambah tekanan pada seorang pasien.
c.       Pemikiran dari seorang perawat merupakan alat utama dalam menolong seorang pasien.
d.      Perawat menggunakan respon yang spontan dalam menjalankan tanggung jawab keperawatanya.
e.       Praktek keperawtan seorang perawat dikemabnagkan berdasarkan gambaran dari diri mereka masing-masing.
d.      Asumsi Mengenai Situasi Yang Terjadi Antara Pasien dan Perawat
a.       Situasi hubungan antara perawta dan pasien merupakan suatu hal yang dinamis.
b.      Hal-hal yang terjadi dalam interaksi antar pasien dan perawat merupakan bahan utama dalam menggembangkan pengetahuan seorang perawat.

G.    Teori Konsep Disiplin Proses Keperawatan ( Nursing Process Discipline)
Teori keperawatan Orlando menekankan ada hubungan timbal balik antara pasien dan perawat, apa yang mereka katakan dan kerjakan akan saling mempengaruhi. Orlando sebagai orang  pertama yang mengidentifikasi dan menekankan elemen-elemen pada proses keperawatan dan hal-hal kritis penting dari partisipasi  pasien dalam proses keperawatan. Proses aktual interaksi perawat-pasien sama halnya dengan interaksi antara dua orang . Ketika perawat menggunakan proses ini untuk mengkomunikasikan reaksinya dalam merawat pasien, orlando menyebutnya sebagai ”nursing procces discipline”. Itu merupakan alat yang dapat perawat gunakan untuk melaksanakan fungsinya dalam merawat pasien.
Disiplin proses keperawatan adalah serangkaian tindakan dengan suatu perilaku pasien yang membutuhkan bantuan. Perawat harus bereaksi terhadap perilaku pasien dengan mempersepsikan, berfikir dan merasakan. Perawat membagi aspek reaksinya dengan pasien, meyakinkan bahwa tindakan verbal dan nonverbalnya adalah konsisten dengan reaksinya, dan mengidentifikasi reaksi sebagai dirinya sendiri, dan perawat mengunjungi pasien untuk memvalidasi reaksinya. Membagi reaksinya oleh perawat membantu pasien untuk menggunakan proses yang sama agar lebih efektif perlu komunikasinya. Selajutnya tindakan yang sesuai untuk menyelesaikan kebutuhan adalah saling menguntungkan antar pasien dan perawat. Setelah perawat bertindak, perawat segera katakan kepada pasien jika tindakannya berhasil interaksi. Secara keseluruhan interaksi, perawat meyakinkan bahwa perawat bebas terhadap stimulasi tambahan yang bertentangan dengan reaksinya terhadap pasien.
Orlando (1972) menyampaikan 3 kriteria untuk memastikan keberhasilan perawat dalam mengeksplor dan bereaksi dengan pasien, yaitu :
1.      Perawat harus menemuinya dan konsisten terhadap apa yang dikatakannya dan mengatakan  perilaku nonverbalnya kepada pasien
2.      Perawat harus dapat mengkomunikasikannya  dengan jelas terhadap apa yang akan diekspresikannya
3.      Perawat harus menanyakan kembali kepada pasien langsung untuk perbaikan atau klarifikasi.
Perawat dapat bertindak dengan dua cara yaitu : tindakan otomatis dan tindakan terencana. Hanya tindakan terencana  yang memenuhi fungsi profesional perawat. Sedangkan tindakan otomatis dilakukan bila kebutuhan pasien yang mendesak, misalnya tindakan pemberian obat atas instruksi medis. Dibawah ini merupakan kriteria tindakan keperawatan yang direncanakan:
1.      Tindakan merupakan hasil dari indentifikasi kebutuhan pasien dengan memvalidasi reaksi perawat terhadap perilaku pasien.
2.      Perawat menjelaskan maksud tindakan kepada pasien dan sesuai untuk memenuhi kebituhan pasien.
3.      Perawat memvalidasi efektifitas tindakan, segera setelah dilakukan secara lengkap
4.      Perawat  membebaskan stimulasi yang tidak berhubungan dengan kebutuhan pasien ketika melakukan tindakan.
Tindakan otomatis tidak akan memenuhi kriteria tersebut. Beberapa contoh tindakan otomatis tindakan rutinitas, melaksanakan instruksi dokter, tindakan perlindungan kesehatan secara umum. Semua itu tidak membutuhkan validasi  reaksi perawat
5.      Fungsi profesional
Tindakan yang tidak profesional dapat menghambat  perawat dalam menyelesaikan fungsi profesionalnya, dan dapat menyebabkan tidak adekuatnya perawatan pasien. Perawat harus tetap menyadari bahwa aktivitas termasuk profesional jika aktivitas tersebut direncanakan untuk mencapai tujuan pemenuhan kebutuhan pasien.

H.    Disiplin Proses Keperawatan Dalam Teori Proses Keperawatan
Seperti yang telah diuraikan diatas bahwa disiplin proses keperawatan dalam nursing procces theory dikenal dengan sebutan proses disiplin atau proses keperawatan. Disiplin proses keperawatan meliputi komunikasi perawat kepada pasiennya yang sifatnya segera, mengidentifikasi  permasalahan klien  yang disampaikan  kepada perawat,  menanyakan  untuk validasi atau perbaikan. (Tomey, 2006 hlm 434). Disiplin proses keperawatan didasarkan pada ” proses bagaimana seseorang bertindak”. Tujuan dari proses disiplin ketika digunakan antara perawat dan pasien  adalah untuk membantu pemenuhan kebutuhan pasien. Peningkatan perilaku pasien merupakan indikasi dari pemenuhan kebutuhan sebagai hasil yang diharapkan.
      1.   Perilaku Pasien                                   
Disiplin proses keperawatan dilaksanakan sesuai dengan  perilaku pasien. seluruh perilaku pasien yang tidak sesuai dengan permasalahan dapat dianggap sebagai ekpresi yang membutuhkan pertolongan, ini sangat berarti pada pasien tertentu dalam kondisi gawat harus dipahami. Orlando menekankan hal ini pada prinsip pertamanya ” dengan diketahuinya perilaku pasien , atau tidak diketahuinya yang seharusnya ada hal tersebut menunjukan pasien membutuhkan suatu batuan”.
Perilaku pasien dapat verbal dan non verbal. Inkonsistensi antara dua perilaku ini dapat dijadikan faktor  kesiapan perawat dalam memenuhi kebutuhan pasien. Perilaku verbal yang menunjukan perlunya pertolongan seperti keluhan, permintaan, pertanyaan, kebutuhan dan lain sebagainya. Sedangkan perilaku nonverbal misalnya heart rate, edema, aktivitas motorik: senyum, berjalan, menghindar kontak mata dan lain sebagainya. Walaupun seluruh perilaku pasien dapat menjadi indikasi perlunya bantuan tetapi jika hal itu tidak dikomunikasikan dapat menimbulkan masalah dalam interaksi perawat-pasien. Tidak efektifnya perilaku pasien merupakan indikasi dalam memelihara hubungan perawat-pasien, ketidakakuratan dalam mengidentifikasi kebutuhan pasien yang diperlukan perawat, atau reaksi negatif pasien terhadap tindakan perawat. Penyelesaian masalah tidak efektifnya perilaku pasien layak diprioritaskan. Reaksi dan tindakan perawat harus dirancang  untuk menyelesaikan perilaku seperti halnya memenuhi kebutuhan yang emergenci
      2.   Reaksi Perawat
Perilaku pasien menjadi stimulus bagi perawat , reaksi ini tertidiri dari 3 bagian yaitu  pertama perawat merasakan melalui indranya, kedua yaitu perawat berfikir secara otomatis, dan ketiga adanya hasil pemikiran sebagai suatu yang dirasakan. Contoh perawat melihat pasien merintih, perawat berfikir bahwa pasien mengalami nyeri kemudian memberikan perhatian
Persepsi, berfikir, dan merasakan terjadi secara otomatis dan hampir simultan. Oleh karena itu perawat harus relajar mengidentifikasi setiap bagian dari reaksinya. Hal ini akan membantu dalam menganalisis reaksi yang menentukan mengana ia berespon demikian. Perawat harus dapat menggunakan reaksinya untuk tujuan membantu pasien.
Displin proses keperawatan menentukan bagaimana perawat membagi reaksinya dengan pasien. Orlando menawarkan prinsip untuk menjelaskan penggunaan dalam hal berbagi “beberapa observasi dilakukan dan dieksporasi dengan pasien adalah penting untuk memastikan dan memenuhi kebutuhannya atau mengenal yang tidak dapat dipenuhi oleh pasien pada waktu itu.
Orlando (1972) menyampaikan 3 kriteria untuk memastikan keberhasilan perawat dalam mengeksplor dan bereaksi dengan pasien, yaitu ;
a.       Perawat harus menemuinya dan konsisten terhadap apa yang dikatakannya dan mengatakan  perilaku nonverbalnya epada pasien
b.      Perawat harus dapat mengkomunikasikannya  dengan jelas terhadap apa yang akan diekspresikannya
c.       Perawat harus menanyakan kembali kepada pasien langsung untuk perbaikan atau klarifikasi.
      3.   Tindakan Perawat
Setelah mevalidasi dan memperbaiki reaksi perawat terhadap perilaku pasien, perawat dapat melengkapi proses disiplin dengan tindakan keperawatan, Orlando menyatakan bahwa apa yang dikatakan dan dilakukan oleh perawat dengan atau untuk kebaikan pasien adalah merupakan suatu tidakan profesional perawatan. Perawat harus menentukan tindakan yang sesuai untuk membantu memenuhi kebutuhan pasien. Prinsip yang menjadi petunjuk tindakan menurut Orlando yaitu perawat harus mengawali dengan mengekplorasi untuk memastikan bagaimana mempengaruhi pasien melalui tindakan atau kata-katanya.
Perawat dapat bertindak dengan dua cara yaitu : tindakan otomatis dan tindakan terencana. Hanya tindakan terencana  yang memenuhi fungsi profesional perawat. Sedangkan tindakan otomatis dilakukan bila kebutuhan pasien yang mendesak, misalnya tindakan pemberian obat atas intruksi medis. Dibawah ini merupakan kriteria tindakan keperawatan yang direncanakan:
a.       tindakan merupakan hasil dari indetifikasi kebutuhan pasien dengan memvalidasi reaksi perawat terhadap perilaku pasien.
b.      Perawat menjelaskan maksud tindakan kepada pasien dan sesuai untuk memenuhi kebituhan pasien.
c.       Perawat memvalidasi efektifitas tindakan, segera setelah dilakukan secara lengkap
d.      Perawat  membebaskan stimulasi yang tidak berhubungan dengan kebutuhan pasien ketika melakukan tindakan.
Tindakan otomatis tidak akan memenuhi kriteria tersebut. Beberapa contoh tindakan otomatis tindakan rutinitas, melaksanakan instruksi dokter, tindakan perlindungan kesehatan secara umum. Semua itu tidak membutuhkan validasi  reaksi perawat
4.   Fungsi profesional
Tindakan yang tidak profesional dapat menghambat  perawat dalam menyelesaikan fungsi profesionalnya, dan dapat menyebabkan tidak adekuatnya perawatan pasien. Perawat harus tetap menyadari bahwa aktivias termasuk profesional jika aktivitas tersebut direncanakan untuk mencapai tujuan pemenuhan kebutuhan pasien.
I.       Pengembang Teori Orlando
Disiplin Ilmu Proses keperawatan membutuhkan bagian yang integral pada murid dari sekolah keperawatan sehingga dapat diimplementasikan pada beberapa keadaan kondisi pada saat praktek keperawatan. Banyak dari pengguna Teori Keperawatan Orlando mengembangkannya dengan beberapa riset diantaranya Beuer dan McBride’s (2002) yang mengembangkanya pada proses perawatan dalam aspek penyakit bipolar.
Keperawatan sebagai bagian integral pelayanan kesehatan merupakan suatu bentuk pelayanan professional yang didasarkan pada ilmu keperawatan. Pada perkembangannya ilmu keperawatan selalu mengikuti perkembangan ilmu lain,mengingat ilmu keperawatan merupakan ilmu terapan yang selalu berubah mengikuti perkembangan zaman. Demikian juga dengan pelayanan keperawatan di Indonesia, kedepan diharapkanharus mampu memberikan pelayanan kepada masyarakat secara profesionalsesuai dengan tuntutan kebutuhan masyarakat serta teknologi bidang kesehatanyang senantiasa berkembang. Pelaksanaan asuhan keperawatan di sebagian besar rumah sakit Indonesia umumnya telah menerapkan pendekatan ilmiah melalui proses keperawatan. Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung sebagai salah satu rumah sakit pendidikan di Indonesia, dari hasil pengamatan penulis selama melaksanakan bimbingan praktek klinik keperawatan, telah melaksanakan asuhan keperawatan yang kembangkan dengan mengacu pada pedoman standar praktek pelaksanaan asuhan keperawatan yang ditetapkan oleh PPNI. Dimana standar praktik tersebut mengacu pada tahapan dalam proses keperawatan yang terdiri dari 5 standar pengkajian, Diagnosis keperawatan, Perencanaan, Implementasi, dan Evaluasi.(PPNI, 2000 hlm 57).
Pelaksanaan asuhan keperawatan tersebut merupakan aplikasi unsur dan konsep dari beberapa teori dan model keperawatan yang diadopsi, digabung, dikembangkan serta dilaksanakan. Kemungkinan diantaranya teori dan model yang mewarnai asuhan keperawatan yaitu teori yang dikemukakan oleh Ida Jean Orlando yang dikenal dengan teori proses keperawatan atau disiplin proses keperawatan. Dalam teorinya Orlando mengemukakan tentang beberapa konsep utama, diantaranya adalah konsep disiplin proses keperawatan (nursing process discipline) yang juga dikenal dengan sebutan proses disiplin atau prosesi  keperawatan.
Disiplin proses meliputi komunikasi perawat kepada pasiennya yang sifatnya segera, mengidentifikasi permasalahan klien yangdisampaikan kepada perawat, menanyakan untuk validasi atau perbaikan. (Tomey, 2006:434) Orlando juga menggambarkan mengenai disiplin nursing. proses sebagaimana interaksi total (Toytally Interactive) yang dilakukan tahap demi tahap, apa yang terjadi antara perawat dan pasien dalam hubungan tertentu, perilaku pasien, reaksi perawat terhadap perilaku tersebut dan tindakan yang harus dilakukan, mengidentifikasi kebutuhan pasien untuk membantunya serta untuk melakukantindakan yang tepat (George, 1995 ;162) Dari uraian diatas penulis tertarik untuk mencoba membuat uraian mengenailebih jauh mengenai aplikasi Teori Keperawatan Ida Jean OrlandoNursing Procces Theory” Dalam Asuhan dan Pelayanan Keperawatan Di Rumah Sakit.
J.      Penerapan Teori Orlando Dalam Dunia Keperawatan
Praktek Kesehatan Teori Orlando telah berhasil digunakan di rumah sakit umum dan rumah sakit jiwa. Seperti pengakuan yang gambarkan pada Pusat Kesehatan Mental dan bagian klinik psikiatrik di Rumah Sakit umum di beberapa negara. Teori Orlando juga diterapkan di praktek keperawatan milik pribadi. Dunia Pendidikan Teori proses keperawatan Orlando merupakan kerangka konseptual yang dapat dikembangkan dan dipraktekkan secara langsung. Pelatihan dari penerapan teori Orlando sangat berguna bagi perawat untuk mengontrol proses keperawatanya dan meningkatkan perkembangan dari reaksi seorang pasien.
Penelitian Teori Orlando secara terus menerus menjadi dasar dari beberapa penelitian dibidang keperawatan dan diaplikasikan pada beberapa pengaturan prtoses penelitian. Beberapa peneliti yang mengembang teori Orlando diantaranya : Dracup dan Breu (1978), Pienschke (1973), Thibau dabn Reidy (1977) Schmiedhing (1988), Sheafor (1991), Ronte Reid (1992) dan banyak lagi peneliti lain.



Aplikasi Teori Ida Jean Orlando
Nursing Procces Theory” dalam Model Asuhan Keperawatan Profesional
(MAKP) TIM

A.    Pendahuluan
Salah satu usaha untuk memberikan pelayanan yang berkualitas dan profesional adalah penataan sistem pemberian pelayanan keperawatan melalui pengembangan model praktik keperawatan yang ilmiah yang disebut dengan Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP).
Model ini sangat menekankan pada kualitas kinerja tenaga keperawatan yang berfokus pada profesionalisme keperawatan antara lain melalui penetapan dan fungsi setiap jenjang tenaga keperawatan, sistem pengambilan keputusan, sistem penugasan dan system penghargaan yang memadai. Model praktik keperawatan ini diyakini dapat menjadi salah satu daya ungkit pelayanan yang berkualitas, yang memungkinkan perawat profesional menata struktur (menentukan jumlah, jenis dan standar kebutuhan tenaga) serta menata proses pemberian asuhan keperawatan melalui hubungan perawat-pasien yang berkesinambungan sehingga memungkinkan perawat primer bertanggung jawab dan bertanggung gugat atas asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien yang menjadi tanggung jawabnya.
 Di berbagai negara telah banyak dilakukan kegiatan untuk meningkatkan mutu asuhan keperawatan melalui pengembangan MPKP, keuntungan dari penerapan MPKP dapat dilihat dari penurunan angka kejadian infeksi pada kateter urin, penurunan jumlah pasien yang mengalami dekubitus, angka perpindahan perawat menurun, adanya kepuasan pasien dan kepuasan perawat serta adanya hubungan perawat-pasien yang berkesinambungan. Pengembangan MPKP merupakan hal yang sangat penting dalam mewujudkan kontribusi profesi keperawatan untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan, melalui pengembangan MPKP ini masyarakat dapat melihat dan merasakan secara konkrit pemberian pelayanan keperawatan yang profesional. Metode tim merupakan suatu metode pemberian asuhan keperawatan dimana seorang perawat profesional memimpin sekelompok tenaga keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatankelompok klien melalui upaya kooperatif dan kolaburatif ( Douglas, 1984).
Model tim didasarkan pada keyakinan bahwa setiap anggota kelompok mempunyai kontribusi dalam merencanakan dan memberikan asuhan keperawatan sehingga timbul motivasi dan rasa tanggung jawab perawat yang tinggi sehingga diharapkan mutu asuhan keperawatan meningkat. Menurut Kron & Gray (1987) pelaksanaan model tim harus berdasarkan konsep berikut:
a.       Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan tehnik kepemimpinan.
b.      Komunikasi yang efektif penting agar kontinuitas rencana keperawatan terjamin.
c.       Anggota tim menghargai kepemimpinan ketua tim
d.      Peran kepala ruang penting dalam model tim. Model tim akan berhasil baik bila didukung oleh kepala ruang.
Metode ini di gunakan bila perawat pelaksana terdiri dari berbagai latar belakang pendidikan dan kemampuannya. Ketua tim mempunyai tanggung jawab untuk mengkordinasikan seluruh kegiatan asuhan keperawatan dalam tanggung jawab untuk mengkoordinasikan seluruh kegiatan asuha keperawatan dalam tanggung jawab kegiatan anggota tim. Tujuan metode penugasan keperawatan tim untuk memberikan keperawatan yang berpusat pada pasien.
 Ketua tim melakukan pengkajian dan menyusun rencana keperawatan pada setiap pasien, dan anggotatim bertanggung jawab melaksanakan asuhan keperawatan berdasarkan rencana asuhan keperawatan yang telah di buat.Oleh karena kegiatan dilakukan bersama-sama dalam kelompok, maka ketua tim seringkali melakukan pertemuan bersama dengan anggota timnya (konferensi tim) guna membahas kejadian-kejadian yang di hadapi dalam pemberian askep. Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang berbeda- beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien. Perawat ruangan dibagi menjadi 2 – 3 tim/ group yang terdiri dari tenaga professional, tehnikal dan pembantu dalam satu grup kecil yang saling membantu.

B.     Peran dan Tanggungjawab
Peran kepala ruangan:
1.      Menetapkan standar kinerja yang diharapkan dari staf
2.      Membantu staf menetapkan sasaran dari unit/ruangan
3.      Memberi kesempatan kepada ketua tim untuk pengembangan kepemimpinan
4.      Mengorientasikan tenaga yang baru tentang fungsi metode tim keperawatan
5.      Menjadi Narasumber bagi ketua tim
6.      Mendorong staf untuk meningkatkan kemampuan melalui riset keperawatan
7.      Menciptakan iklim komunikasi yang terbuka
Tugas dan tanggung jawab ketua tim :
1.      Bertanggung jawab terhadap pengelolaan asuhan keperawatan klien sejak masuk sampai pulang.
2.      Mengorientasikan klien yang baru dan keluarganya
3.      Mengkaji kondisi kesehatan klien dan keluarganya
4.      Membuat diagnose keperawatan dan rencana keperawatan
5.      Mengkomunikasikan rencana keperawatan kepada anggota tim
6.      Mengarahkan dan membimbing anggota tim dalam melakukan tindakan keperawatan
7.      Mengevaluasi tindakan dan rencana keperawatan
8.      Melaksanakan tindakan keperawatan terntu
9.      Mengembangkan perencanaan pulang
10.  Memonitor pendokumentasian tindakan keperawatan yang dilakukan oleh anggota tim     
11.  Melakukan/mengikuti pertemuan dengan anggota tim/tim kesehatan lainnya untuk membahas perkembangan kondisi pasien
12.  Membagi tugas yang harus dilaksanakan oleh setiap anggota kelompok dan
13.  memberikan bimbingan melalui konfrensi
14.  Mengevaluasi pemberian Askep dan hasil yang di capai serta pendokumentasiannya
Tugas dan tanggung jawab anggota tim
1.      Melaksanakan tindakan keperawatan yang telah direncanakan ketua tim
2.      Mendokumentasikan tindakan keperawatan yang dilakukan
3.      Membantu ketua tim melakukan pengkajian, menentukan diagnose keperawatan danmembuat rencana keperawatan
4.      Membantu ketua tim mengevaluasi hasil tindakan keperawatan
5.      Membantu/bersama dengan ketua tim mengorientasikan pasien baru
6.      Mengganti tugas pembantu keperawatan bila perlu
Tugas dan tanggung jawab pembantu keperawatan
1.      Membersihkan ruangan dan meja pasien
2.      Menyediakan alat-alat yang diperlukan untuk tindakan keperawatan
3.      Membantu perawat dalam melakukan asuhan keperawatan
4.      Membersihkan alat-alat yang telah digunakan
5.      Mengurus pemberangkatan dan pemulangan pasien konsul
6.      Mengatur urinal dan pispot ked an dari pasien.
Dalam keperawatan tim, perawat profesional dapat mempraktekan kemampuan kepemimpinannya secara maksimal. Kepemimpinan perawat ini menjadi kunci keberhasilan praktek keperawatan dan menjamin asuhan keperawatan bermutu bagi pasien. Struktur model Tim strategi kerja dari Tim saat pasien baru masuk di ruang rawat, pasien dan keluarga akan diterima oleh
Ketua Tim dan diperkenalkan kepada anggota tim yang ada. Kemudian ketua tim akan memberikan orientasi tentang ruang, peraturan-peraturan ruangan, perawat bertanggung jawab (ketua tim) dan anggota tim.
Ketua tim (dapat dibantu oleh anggota tim) melakukan pengkajian, kemudian membuat rencana keperawatan berdasarkan rencana keperawatan yang sudah ada setelah terlebih dahulu melakukan analisa dan modifikasi terhadap rencana keperawatan tersebut sesuai dengan kondisi pasien. Setelah menganalisa dan memodifikasi rencana keperawatan, ketua tim menjelaskan rencana keperawatan tersebut kepada anggota tim, selanjutnya anggota tim akan melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana keperawatan tersebut dan rencana tindakan medis yang dituliskan pada format tersendiri. Tindakan yang telah dilakukan oleh anggota tim lalu didokumentasikan pada format yang tersedia.
Bila anggota tim yang menerima pasien baru pada sore dan malam hari atau pada saat hari libur, pengkajian awal dilakukan oleh anggota tim terutama yang terkait dengan masalah kesehatan utama pasien, anggota tim membuat masalah keperawatan yang utama dan melakukan tindakan keperawatan dengan terlebih dahulu mendiskusikannya dengan penanggung jawab sore/malam/hari libur. Saat ketua tim ada, pengkajian dilengkapi oleh 4 hal sebagai berikut:
1.      Melakukan penyuluhan obat baru sebelum diserahkan pada pasien. 
2.      Obat khusus
3.      Penyuluhan obat khusus diberikan oleh perawat primer.
4.      Pemberian obat khusus sebaiknya oleh perawat.

C.    Timbang Terima
Adalah suatu cara dalam menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan klien.
1.      Tujuan
a)      Menyampaikan kondisi atau keadaan secara umum klien.
b)      Menyampaikan hal penting yang perlu ditindaklanjuti oleh dinas berikutnya.
c)      Tersusun rencana kerja untuk dinas berikutnya.
2.      Langkah – langkah
a)      Kedua shif dalam keadaan siap.
b)      Shif yang akan menyerahkan perlu mempersiapkan hal apa yang akan
c)      disampaikan.
d)     Perawat primer menaympaikan kepada penanggung jawab shif yang
e)      selanjutnya meliputi ; kondisi, tindak lanjut, rencana kerja.
f)       Dilakukan dengan jelas dan tidak terburu – buru.
g)      Secara langsung melihat keadaan klien.
3.      Prosedur timbang terima
a)      Persiapan
b)      Kedua kelompok sudah siap.
c)      Kelompok yang bertugas menyiapkan buku catatan.
4.      Pelaksanaan
a)      Timbang terima diloaksanakan setiap pergantian shif.
b)      Dari nurse station perawat berdiskusi untuk melaksanakan timbang terima dengan mengkaji secara komperhensif yang berkaitan tentang masalah keperawatan, rencana tindakan yang sudah dan belum dilakukan serta hal penting lannya.
c)      Hal yang bersifat khusus dan memerlukan perincian yang lengkap dicatat secara khusus untuk kemudian diserahkan kepada perawat jaga berikutnya.
d)     Hal yang perlu diberitahukan dalam timbang terima: identitas dan diagnosa medis, masalah keperawatan, tindakan yang sudah dan belum dilakukan, intervensi timbang terima.











Gambar Langkah – langkah ronde keperawatan


 














5.      Pasca ronde
Mendiskusikan hasil temuan dan tindakan pada klien tersebut serta menetapkan tindakan yang perlu dilakukan.
7.      Supervisi
8.      Perencanaan pulang
a.       Definisi
Perencanaan pulang adalah masalah multidisiplin atau interaksi. Ini adalah proses dimana profesional perawatan kesehatan, pasien dan keluarga mereka berkolaborasi untuk memberikan dan mengatur kontunuitas perawatan yang diperlukan pasien.
Perencanaan harus berpusat pada masalah pasien, yaitu pencegahan, terapeutik, rehabilitatif dan perawatan biasanya. Perencanaan pulang juga dapat diartikan sebagai mekanisme untuk memberikan perawatan kontinu, informasi tentang kebutuhan kesehatan berkelanjutan setelah pulang, perjanjian evaluasi dan instruksi perawatan diri.
b.      Proses rencana pemulangan
Proses rencana pemulangan meliputi :
a)      Mengkaji dan mendiagnosis kebutuhan rencana pemulangan
b)      Mengidentifikasi masalah utama
c)      Menyusun rencana dan menyusun tujuan untuk pasien
d)     Membagi dan menguji rencana sesuai kebutuhan
e)      Mengukur hasil
f)       Mengevaluasi program dan membuat perubahan sesuai kebutuhan
g)      Mendokumentasikan tindakan
h)      Evaluasi rencana.
c.       Manfaat Membuat Perencanaan Pulang
Rencana pemulangan diperlukan oleh Badan Regulasi dan Akreditasi seperti Joint Commission on Acreditation of Healthcare Organization (JCAHO)
a)      Ini di perlukan oleh bimbingan kerja sosial nasional dan Negara bagian
b)      Rencana antisipasi dan dokumentasikan menurunkan jumlah berulangnya dan penyangkalan retroaktif dari asuransi, medicare dan Medicaid masalah terdiri dari format pengkajian, rencana keperawatan, catatan tindakan keperawatan dan catatan perkembangan pasien. Pada model PKP juga terdapat format dokumentasi seperti disebutkan diatas. Penetapan standar rencana keperawatan ini diharapkan dapat membuat efisiensi waktu bagi perawat.  Catatan tindakan keperawatan juga dibuat lebih spesifik untuk memungkinkan pendokumentasian semua tindakan keperawatan. Catatan perkembangan pasien juga dilakukan setiap hari yang bertujuan menilai tingkat perkembangan pasien. Rencana keperawatan dan catatan perkembangan pasien dilakukan oleh PP dan catatan tindakan dilakukan oleh PP dan PA atau sesuai perannya masing- masing.
Aplikasi Teori  Proses Keperawatan Orlando Dalam Asuhan  Keperawatan  Di Rumah Sakit

Praktisi keperawatan dalam melaksanakan fungsinya perlu menerapkan  teori atau model yang sesuai dengan situasi tertentu. Pada kondisi awal, kombinasi dari beberapa teori atau model dapat dipertimbangkan, tetapi jika dipergunakan secara konsisten  dapat dilakukan analisa atau evaluasi terhadap  efektivitasnya. Dengan menggunakan berbagai teori dan model keperawatan, maka fokus dan konsekwensi praktek keperawatan dapat berbeda .
Dibawah ini merupakan gambaran aplikasi disiplin proses keperawatan Orlando pada penderita Febris Convultion + Faringitis.       
A.    Gambaran Kasus
 Data Subyektif
1.      Biodata/Identifitas
Nama anak                 :           An “A”
Umur                          :           15 bulan
Jenis kelamin              :           Perempuan
Lahir                           :           Normal (Spontan B)
Tempat/tanggal lahir  : Surabaya, 23 April 2014
Diagnosa Medis        : Kejang Demam + Faringitis
Tanggal MRS            : 11 September 2014 jam 03.30 WIB
Nama Ibu                  : Ny. “H”
Umur                         : 29 tahun
Agama                       :  Islam
Suku/Bangsa             :  Jawa/Indonesia
Pendidikan                :  SMA
Pekerjaan                   :  -
Penghasilan               :  -
Alamat                       :  Cempaka Putih Timur Jl.Cempaka warna 42 Jakarta

Nama Ayah               :  Tn. “B”
Umur                         :  31 tahun
Agama                       :  Islam
Suku/Bangsa             :  Batak/Indonesia
Pendidikan                :  S1
Pekerjaan                   :  Swasta
Penghasilan               :  Rp 3.000.000/bulan
Alamat                       :  Cempaka Putih Timur Jl.Cempaka warna 42 Jakarta
2.      Riwayat Penyakit Sekarang
a.       Keluhan utama : Ibu mengatakan bahwa anaknya panas sejak 7-11-2014 jam 14.30 WIB
b.      Perjalanan penyakit sekarang
Tanggal 7-11-2014 jam 14.30 WIB Anak mulai panas lalu diberi obat penurun panas (Sirup Sanmol) 1 kali dan dikompres, disertai batuk dan pilek. Tetapi panas tidak turun. Muntah sebanyak 2 kali yaitu jam 23.30 WIB dan 01.30 WIB sebanyak ± 2-3 sendok makan dengan berisi makanan. Lalu kejang terjadi pada jam 02.30 WIB sebanyak 1 kali, lamanya ± 5-10 menit, tidak mengeluarkan busa dari mulut. Keadaan saat kejang adalah mata melirik ke atas, kedua tangan fleksi, dan kedua kaki kaku (ekstensi). Setelah kejang terjadi anak langsung menangis. Batuk tidak mengeluarkan dahak, suara grok-grok, konsistensi pilek agak kental, jernih, dan keluar kadang-kadang, tetapi tidak sesak.
c.       Penyakit Riwayat Dahulu
Sebelumnya anak tidak pernah menderita/mengalami kejang, epilepsi, trauma kepala, radang selaput otak, ostitis media akut. Penyakit yang pernah diderita anak yaitu panas, batuk, pilek tetapi jarang terjadi.
3.      Riwayat Kehamilan dan Persalinan
a.       Prenatal    :            selama hamil sehat tidak ada kelainan seperti pendarahan dan sakit panas, Ibu hanya minum obat yang diberikan bidan. Ibu tidak minum ja
b.       Natal       :            melahirkan usia kehamilan 9 bulan, spontan, tidak ada kelainan, anak langsung menangis keras, BB : 3300 gr PB : 48cm.
c.       Post Natal:           bayi sehat, menetek kuat, tidak ada kelainan, tali pusat lepas hari ke 7.
4.      Riwayat Imunisasi
Ibu mengatakan bahwa imunisasi anaknya sudah lengkap.
Reaksi setelah mendapat imunisasi DPT anak panas tetapi tidak kejang, sembuh dengan meminum obat yang diberikan petugas kesehatan.
5.      Riwayat Perkembangan Anak
a.       Riwayat personal sosial :
Anak mudah beradaptasi dengan lingkungan di sekitarnya. Anak masih ngompol dan belum bisa memberi tahu orang tua bila ingin BAK/BAB.
b.      Gerakan motorik kasar : anak sudah bisa berjalan, mendorong, dan
menarik kursi, dapat mengerjakan perintah secara sederhana.
c.       Gerakan motorik halus : anak bisa memegang pensil dan mencoret-coret.
d.      Bahasa : anak sudah bisa bicara beberapa kata, misalnya : mama, papa, memanggil kakaknya (Iza), dan memanggil binatang peliharaan (anjing), minum, dll.
Kesimpulan : Tidak ada kelainan dalam perkembangan.
6.      Riwayat Kesehatan Keluarga
Ayah    :  tidak ada keluarga yang menderita penyakit epilepsi, kelainan syaraf, penyakit menular ataupun menurun dari ayah.
Ibu       :  ibu menderita hipotensi. Orang tua perempuan ibu menderita penyakit diabetes mellitus sejak tahun 2009, dari keluarga ibu tidak ada yang menderita kelainan syaraf, epilepsi.
Anak    :  kakaknya menderita sakit batuk dan pilek selama satu minggu
7.      Riwayat Sosial
a.       Yang mengasuh ibu sendiri, di rumah tidak ada pembantu ataupun orang  lain.
b.      Hubungan dengan anggota keluarga baik: anak sangat dekat dan manja dengan ibunya. Biasanya anak bermain bersama kakak apabila ditinggal ibu memasak, mencuci, dan membersihkan rumah. Kakaknya berusia 9 tahun, sudah kelas 4 SD.
c.       Hubungan dengan teman sebaya : anak lebih banyak bermain di rumah bersama ibunya. Kadang-kadang anak bermain dengan teman sebayanya yang dekat dengan rumahnya.
d.      Pembawaan secara umum
Anak tampak gelisah dan rewel, kadang-kadang menangis minta digendong, anak sangat manja kepada ibunya.
8.      Pola Kebiasaan dan Fungsi
a.       Pola persepsi dan tatalaksanaan hidup sehat
Sebelum sakit   :  mandi 2 kali/hari, keramas 2 kali/minggu, ganti celana setiap ngompol, baju ganti tiap pagi dan sore.
Setelah sakit     :  mandi 2 kali/hari, tidak pernah keramas, ganti baju  tiap pagi dan sore dan celana ganti tiap ngompol.
Keluarga sangat khawatir saat anaknya kejang karena selama ini tidak ada keluarga yang kejang. Keluarga tidak tahu cara pencegahan dan pertolongan kejang. Kalau anak sakit biasanya dibawa ke dokter atau rumah sakit bila setelah diberi obat paracetamol atau bodrexin tidak sembuh. Anak bila sakit rewel, sering minta digendong. Anak tampak takut bila ada petugas kesehatan yang akan melakukan perawatan/ tindakan medik.
b.      Pola Nutrisi
Sebelum sakit   :  makan 3-4 kali/hari, dengan porsi satu mangkuk kecil habis, tidak ada pantangan dalam makanan, komposisinya nasi tim dan lauknya bervariasi tiap hari yaitu tahu, tempe, ikan laut, telur dan daging kadang-kadang dengan ukuran 1 satu porsi sebesar korek api. Sayurnya seperti bayam, sup, soto, dan lain-lain.
Minum    :  air putih ± 3 – 5 gelas (ukuran 100 cc), anak masih menetek.
Selama sakit     :  sehari makan 3 kali/hari, porsi yang disediakan rumah sakit dimakan separuh. Komposisinya nasi tim, lauk, sayur, dan buah. Anak lebih sering menetek. Minum air putih ± 4 – 6 kali/100 cc, pasi (SGM 2) baru diberikan 2 sendok lalu dimuntahkan.
c.      Pola Eliminasi
Sebelum sakit   :  BAK ± 4 – 5 kali/hari, warna kuning, nyeri tidak ada. BAB lancar setiap pagi hari, konsistensi lembek, warna kuning.
Selama sakit     :  BAK ± 4 – 5 kali/hari, warna kuning, nyeri tidak ada. BAB setiap hari, konsistensi lembek, warna kuning.
d.     Pola Aktivitas dan Latihan
Sebelum sakit   :  Bermain bersama kakaknya ± 4 – 5 jam sehari, waktu terbanyak bersama ibu. Bersama ayah kadang–kadang, antara 3 – 4 jam. Biasanya anak juga bermain sendiri sambil melihat TV atau mendengarkan musik sambil menari.
Selama sakit     :  aktivitas anak menjadi menurun karena terpasang infus di tangan kiri, anak sering minta digendong ibu.
e.      Pola Tidur dan Istirahat
Sebelum sakit   :  tidur malam antara jam 20.00 – 05.00 WIB, siang tidur antara jam 12.00 – 15.00 WIB, terbangun bila ngompol.
Selama sakit     :  pada siang hari tidurnya sulit ± ½ - 1 jam, tidurnya sering terbangun dan rewel minta digendong. Pada malam hari tidurnya jam 01.00 – 04.00 WIB, anak rewel dan tidurnya sering terjaga.


Data Obyektif
a.      Pemeriksaan Umum
1.   Keadaan umum   :  lemah
2.   Kesadaran           :  composmentis
3.   Tekanan darah     : -
      Nadi                    :  132 kali/menit
Respirasi              :  30 kali/menit
      Suhu                    :  38,2 ºC
4.   BB / TB               :  9 kg / 77 cm
      Status gizi           :  2n + 8
2(1,5) + 8 = 11 kg
9/11 x 100 % = 81,8 % (gizi kurang)
b.      Pemeriksaan Fisik Umum
1.      Kepala
Tak ada tanda – tanda mikrochepali ataupun makrochepali, lingkar kepala 46 cm, ubun – ubun besar menutup, bentuk kepala normal.
2.      Rambut
Warna pirang, rambut tidak mudah dicabut, ketebalan rambut cukup, tidak terdapat kutu.
3.      Muka / wajah
Tidak ada rhisus sardonicus, simetris, tidak terdapat oedema, wajah tidak tampak pucat.
4.      Mata
Ketajaman penglihatan baik, palpebra simetris, tak ada midriasis atau miosis,  sklera tidak ikterus, konjungtiva tak anemis, pergerakan normal, tak ada strabismus.
5.      Hidung
Bentuk   normal,   tidak   terdapat  epistaksis,   nampak   keluar   sekret berwarna  kental  dan  jumlahnya  sedikit,  tidak  ada  polip,  tidak  ada pernapasan cuping hidung.
6.      Telinga
Simetris kanan dan kiri, pendengaran normal, tak tampak keluar cairan.
7.      Mulut
Simetris, tak tampak cyanosis, gigi berjumlah 8 buah, tak ada karies, lidah bersih, tidak terdapat stomatis, tak ada strismus, bibir tampak kering dan pecah-pecah
8.      Tenggorokan
Tonsil tak tampak kemerahan dan tak tampak pembesaran, faring tampak kemerahan, tak ada eksudat.
9.      Leher
Tak ada kaku kuduk, tak ada pembesaran kelenjar tiroid, tak ada pembesaran vena jugularis, tak ada pembesaran kelenjar getah bening.
10.  Dada / Thorax
Lingkar dada 46 cm, bentuk dada normal, tak ada refraksi intercostal, tidak terdapat ronchi, tak ada wheezing, pernaasan cepat dan iramanya teratur.
11.  Jantung
Detak jantung normal dan frekwensinya teratur
12.  Abdomen
Turgor kulit cukup, tak ada meteorismus, keadaan lien dan hepar normal, tidak teraba benjolan / tumor, gerak peristaltik normal.
13.  Kulit
Kebersihan kulit cukup, tidak ada hemangioma, tidak ada oedem, kulit teraba panas.
14.  Ekstremitas
Ekstremitas atas          :    tak ada oedem, pergerakan normal, pada tangan kiri terpasang infus sejak 8 september 2001, tak ada tanda – tanda flebitis, akral hangat, lila = 14 cm.
Ekstremitas bawah    :   tak ada oedem, pergerakan normal, akral hangat.
15.  Genetalia
Vulva :     kebersihan cukup, tidak tampak keluar sekret, tidak ada oedema maupun iritasi.
Anus  :     kebersihan cukup, haemorroid tidak tampak.
Pemeriksaan Penunjang
a.       Data Laboratorium
1        Laboratorium 8 – 9 2014 jam 03.30
Pemeriksaan darah
HB                                :     12,00 gr % (P 11,4 – 15,1)
Leukosyt                      :     19 x 109/L (P 4,3 – 11,3)
Trombosyt                    :     173 x 109/L (150 – 350)
PCV                             :     0,35 (P 0,38 – 0,42)
Glukosa darah acak      :     288 mq/dl (< 200)
Elektrolit                      :     Kalium = 3,60 meq/L (3,8 - 5)
                                                                                     Natrium = 133 meq/L (135 - 144)
LP (lumbal pungsi)       :     Keluarga menolak walaupun sudah       diberikan  penjelasan tujuan dan prosedurnya.
       Data Lain
     Therapi yang diberikan :
     8-9-2001     :Ampicilin 3x300 mg IV
                        Paracetamol 3x100 mg P.O
                        Diazepam 2,7 mg IV (bila kejang)
                        Infus D5 ¼ S 500 cc/24 jam.
B.     Peaksanaan Asuhan Keperawatan Berdasarkan Teori Proses Keperawatan Orlando.
                     Pada kasus An.A tersebut diatas maka perawat harus segera bereaksi terhadap perilaku pasien baik secara verbal maupun non verbal, melakukan validasi,  membagi bereaksi terhadap perilaku pasien  dengan mempersepsikan, berfikir dan merasakan. Perawat membantu pasien untuk mengurangi ketidaknyamanan baik fisik maupun psikologis, ketidakmampuan pasien dalam menolong dirinya, serta mengevaluasi tindakan perawatan yang sudah dilakukannya. Semua itu dapat diterapkan melalui pendakaan disiplin proses keperawatan Orlando sebagai berikut :
1.      Fase Reaksi Perawat.
Menutut George (1995) bahwa reaksi perawat dimana terjadi berbagi reaksi perawat dan perilaku pasien dalam disiplin proses keperawatan  teori Orlando identik dengan fase pengkajian pada proses keperawatan.
Pengkajian difokuskan terhadap data-data yang relatif menunjukan kondisi yang emergenci dan membahayakan bagi kehidupan pasien, data yang perlu dikaji pada kasus diatas selain kejang yang khas dikarenakan adanya gangguan demam yang tinggi, juga perlu dikaji lebih jauh adalah bagaimana kharakteristik kejang meliputi apa yang menjadi faktor  pencetusnya, bagaimana kualitasnya, jenis kejangnya, dan waktunya. Disamping itu dapatkan juga data adakah serangan kejang berulang, peningkatan suhu tubuh, penurunan kesadaran, kesulitan bernafas, rasa sakit kepala, mual dan muntah yang mungkin dapat menyebabkan dehidrasi.
Perawat perlu mengkaji perilaku pasien  non verbal yang menunjukan bahwa pasien memerlukan pertolongan segera seperti : Tanda vital :S : 38,2oC,N : 132x/mnt,RR :30x/mnt, Kulit terasa panas, akral hangat, anak tampak rewel dan sedang menetek. Bibir tampak kering dan pecah-pecah , turgor kulit cukup,  Selanjutnya perawat perlu mengetahui data-data lain seperti catatan dari tim kesehatan lain. Pada kasus didapatkan : diagnosa medis Febris Convultion + Faringitis. Pemeriksaan laboratorium:  Hb : 12 gr % (N : 11,4-15,1), Leucocyt : 9x109/L (N : 4,3-11,3), Trombocyt : 173x109/L (N : 150-350), PCV : 0,35 (N : 0,38-0,42), Glukosa darah acak : 288 mq/dl (N kurang dari 200), Elektrolit : Kalium : 3,6 meq/L (N : 3,8-5), Natrium : 133 meq/L (N : 135-144).
2.      Fase Nursing Action
Fase perencanaan pada proses keperawatan, sesuai dengan fase nursing action pada disiplin proses keperawatan mencakup sharing reaction (analisa data), diagnosa keperawatan,  perencanaan dan  tindakan keperawatan atau implementasi . Tujuannya adalah selalu mengurangi akan kebutuhan pasien terhadap bantuan serta berhubungan dengan peningkatan perilaku pasien.
Setelah mendapatkan data-data yang menunjukan perilaku pasien, menurut Orlando perawat perlu melakukan sharing reaction yang identik dengan analisa data, sehingga dapat ditentukan diagnosa keperawatan.
a.    Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan difokuskan terhadap masalah ketidak mampuan pasien untuk memenuhi kebutuhannya sehingga perlu pertolongan perawat. Dari data yang didapatkan pada kasus An.A ditemukan masalah Potensial terjadi kejang ulang berhubungan dengan hiperthermi
1)      Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan nyeri saat menelan yang ditandai dengan porsi makan tidak dihabiskan, BB kurang dari normal, anak tidak mau PASI
2)      Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan informasi yang ditandai dengan keluarga sering bertanya tentang penyakit anaknya.
b. Rencana Keperawatan       
Setelah masalah keperawatan pasien ditentukan disusun rencana keperawatan, fokus perencanaan pada pasien an.A yaitu Rencana an.A sendiri, dengan merumuskan tujuan yang saling menguntungkan baik pasien maupun perawat sehingga terjadi peningkatan perilaku an.A kearah yang lebih baik.  Adapun tujuannya yang diharapkan dalam memberikan asuhan keperawatan pada  an.A yaitu  mampu  menolong dirinya terjadi penurunan suhu tubuh dan tidak terjadi kejang ulang,  pasien mampu menolong dirinya untuk meningkatkan nafsu makannya dengan mengatasi rasa mual muntah.
c. Implementasi
   Melaksanakan asuhan keperawatan sesuai dengan yang telah direncanakan.
Fokus implementasi adalah efektifitas tindakan untuk menanggulangi yang sifatnya mendesak, terdiri dari tindakan-tindakan  otomatis seperti melaksanakan tindakan pengobatan atas instruksi medis dan dan tindakan terencana terencana yang dianggap sebagai peran perawat profesional sesungguhnya. Adapun implementasi  keperawatan yang perlu dilakukan pada an.A yaitu :
   Rencana Tindakan 1 :
1.         Longgarkan pakaian, berikan pakaian tipis yang mudah menyerap keringat.
Rasional : proses konveksi akan terhalang oleh pakaian yang ketat dan tidak menyerap keringat.
2.         Berikan kompres dingin
Rasional     : perpindahan panas secara konduksi
3.         Berikan ekstra cairan (susu, sari buah, dll)
Rasional     : saat demam kebutuhan akan cairan tubuh meningkat.
4.         Observasi kejang  dan tanda vital tiap 4 jam
Rasional     : Pemantauan yang teratur menentukan tindakan yang akan dilakukan.
5.         Batasi aktivitas selama anak panas
Rasional     : aktivitas dapat meningkatkan metabolisme dan meningkatkan panas.
6.         Berikan anti piretika dan pengobatan sesuai advis.
Rasional     : Menurunkan panas pada pusat hipotalamus dan sebagai propilaksis
  Rencana Tindakan 2 :
1.      Kaji faktor – faktor terjadinya hiperthermi.
Rasional: mengetahui penyebab terjadinya hiperthermi karena penambahan pakaian/selimut dapat menghambat penurunan suhu tubuh.
2.      Observasi tanda – tanda vital tiap 4 jam sekali
Rasional: Pemantauan tanda vital yang teratur dapat menentukan perkembangan keperawatan yang selanjutnya.
3.      Pertahankan suhu tubuh normal
Rasional: suhu tubuh dapat dipengaruhi oleh tingkat aktivitas, suhu lingkungan, kelembaban tinggiakan mempengaruhi panas atau dinginnya tubuh.
4.      Ajarkan pada keluarga memberikan kompres dingin pada kepala / ketiak
Rasional: proses konduksi/perpindahan panas dengan suatu bahan perantara.
5.      Anjurkan untuk menggunakan baju tipis dan terbuat dari kain katun
Rasional: proses hilangnya panas akan terhalangi oleh pakaian tebal dan tidak dapat menyerap keringat.
6.      Atur sirkulasi udara ruangan.
Rasional: Penyediaan udara bersih.
7.      Beri ekstra cairan dengan menganjurkan pasien banyak minum
Rasional: Kebutuhan cairan meningkat karena penguapan tubuh meningkat.
8.      Batasi aktivitas fisik
Rasional: aktivitas meningkatkan metabolismedan meningkatkan panas.
















BAB III
PARADIGMA KEPERAWATAN

A.    Pengertian Paradigma Keperawatan
Banyak ahli yang mendefinisikan paradigma, diantaranya paradigma adalah cara bagaimana kita memandang dunia, (Adam Smith, 1975) atau menurut Ferguson bahwa paradigma adalah pola pikir dalam memahami dan menjelaskan aspek tertentu dari setiap kenyataan.
Paradigma keperawatan adalah suatu cara pandang yang mendasar atau cara kita melihat, memikirkan, memberi makna, menyikapi dan memilih tindakan terhadap fenomena yang ada dalam keperawatan, (La Ode Jumadi, 1999 : 38).Paradigma keperawatan adalah interaksi antara manusia yang menerima perawatan, lingkungan tempat menusia berada, kesehatan yang selalu menjadi bagian dari bidang garapan keperawatan serta tindakan keperawatan (Kozier, 2000)
B.     Komponen Paradigma Keperawatan
Empat komponen paradigma keperawatan:
1.      Manusia
Manusia adalah makhluk bio – psiko – sosial dan spiritual yang utuh, dalam arti merupakan satu kesatuan utuh dari aspek jasmani dan rohani serta unik karena mempunyai berbagai macam kebutuhan sesuai tingkat perkembangannya (Konsorsium Ilmu Kesehatan, 1992).
Manusia adalah sistem yang terbuka senantiasa berinteraksi secara tetap dengan lingkungan eksternalnya serta senantiasa berusaha selalu menyeimbangkan keadaan internalnya (homeoatatis), (Kozier, 2000)
Manusia memiliki akal fikiran, perasaan, kesatuan jiwa dan raga, mampu beradaptasi dan merupakan kesatuan sistem yang saling berinteraksi, interelasi dan interdependensi (La Ode Jumadi, 1999 :40).
Jadi, konsep manusia menurut paradigma keperawatan adalah manusia sebagai sistem terbuka, sistem adaptif , personal dan interpersonal yang secara umum dapat dikatakan holistik atau utuh.
Sebagai sistem terbuka , manusia dapat mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungannya, baik lingkungan fisik, biologis, psikologis maupun sosial dan spiritual sehingga perubahan pada manusia akan selalu terjadi khususnya dalam pemenuhan kebutuhan dasarnya. Sebagai sistem adaptif manusia akan merespon terhadap perubahan lingkungannya dan akan menunjukan respon yang adaptif maupun respon maladaptif. Respon adaptif akan terjadi apabila manusia tersebut mempunyai mekanisme koping yang baik menghadapi perubahan lingkungannya, tetapi apabila kemampuannya untuk merespon perubahan lingkungan yang terjadi rendah maka manusia akan menunjukan prilaku yang maladaptif .
Manusia atau klien dapat diartikan sebagai individu, keluarga ataupun masyarakat yang menerima asuhan keperawatan. Manusia sebagai individu artinya seseorang yang memiliki karakter total sehingga menjadikannya berbeda dari orang lain (Karen, 2000). Manusia sebagai individu disebut juga orang yang memiliki kepribadian meliputi tingkah laku dan emosi meliputi sikap, kebiasaan, keyakinan, nilai – nilai, motivasi, kemampuan, penampilan dan struktur fisik yang berbeda satu dengan lainnya. Gabungan semua ini akan mempengaruhi seseorang dalam cara berfikir, merasa dan bertindak dalam berbagai situasi yang di hadapinya. Individu merupakan gabungan interaksi genetik dengan pengalaman hidupnya dipengaruhi oleh identitas diri, konsep diri, persepsi, kebutuhan dasar, mekanisme pertahanan diri dan tumbuh kembang.
2.      Keperawatan
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional sebagai bagian integral pelayanan kesehatan berbentuk pelayanan biologi, psikologi, sosial, spiritual dan kultural secara komprehensif, ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat sehat maupun sakit mencakup siklus hidup manusia.
Asuhan keperawatan diberikan karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan, serta kurang kemauan menuju kepada kemampuan melaksanakan kegiatan sehari – hari secara mandiri. Sebagai suatu profesi, keperawatan memiliki falsafah yang bertujuan mengarahkan kegiatan keperawatan yang dilakukan.
Dalam hal ini, pertama, keperawatan menganut pandangan yang holistik terhadap manusia yaitu Ketuhanan Manusia sebagai makhluk bio – psiko – sosial – spiritual dan kultural. Kedua, kegiatan keperawatan dilakukan dengan pendekatan humanistik dalam arti menghargai dan menghormati martabat manusia memberi perhatian kepada klien serta menjunjung tinggi keadilan bagi semua manusia. Ketiga, keperawatan bersifat universal dalam arti tidak dibedakan atas ras, jenis kelamin, usia, warna kulit, etnik, agama, aliran politik dan status ekonomi sosial. Keempat, keperawatan adalah bagian integral dari pelayanan kesehatan serta kelima, bahwa keperawatan menganggap klien sebagai partner aktif dalam arti perawat selalu bekerjasama dengan klien dalam memberikan asuhan keperawatan.
3.      Konsep Sehat-Sakit
Sehat menurut WHO (1947) adalah keadaan utuh secara fisik, jasmani, mental dan sosial dan bukan hanya suatu keadaan yang bebas dari penyakit cacat dan kelemahan. Sedangkan menurut UU no 23/1992 tentang kesehatan. Sehat adalah keadaan sejahtera dari badan (jasmani), jiwa (rohani) dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Sakit menurut Zaidin Ali, 1998 adalah suatu keadaan yang mengganggu keseimbangan status kesehatan biologis (jasmani), psikologis (mental), sosial, dan spiritual yang mengakibatkan gangguan fungsi tubuh, produktifitas dan kemandirian individu baik secara keseluruhan atau sebagian”. Kesakitan adalah perasaan tidak nyaman pada seseorang akibat penyakit sehingga mendorongnya untuk mencari bantuan. (Kozier, 2000)
4.      Lingkungan
Konsep lingkungan dalam paradigma keperawatan difokuskan pada lingkungan masyarakat yaitu lingkungan fisik, psikologis, sosial, budaya dan spiritual.
Menurut Leavell (1965), ada tiga faktor yang saling mempengaruhi kesehatan dalam lingkungan yaitu agen (penyebab), hospes (manusia) dan lingkungan.
Agen adalah suatu faktor yang menyebabkan terjadinya penyakit, seperti faktor biologi, kimiawi, fisik, mekanik atau psikologis misalnya virus, bakteri, jamur atau cacing., senyawa kimia bahkan stress. Hospes adalah makhluk hidup yaitu manusia atau hewan yang dapat terinfeksi oleh agen, sedangkan lingkungan adalah faktor eksternal yang mempengaruhi kesehatan seperti lingkungan yang kumuh, lingkungan kerja yang tidak nyaman, tingkat sosial ekonomi yang rendah, fasilitas pelayanan kesehatan.
C.    Paradigma Keperawatan Teori Proses Keperawatan Orlando
Asumsi Orlando terhadap metaparadigma keperawatan hampir seluruhnya terkandung dalam teorinya. Sama dengan teori-teori keperawatan pendahulunya asumsinya tidak spesifik, namun demikian Schmieding (1993) mendapatkan dari tulisan Orlando mengenai  empat area yang ditekuninya :
1.      Keperawatan
Keperawatan adalah suatu profesi yang mempunyai fungsi autonomi yang didefinisikan sebagai fungsi profesional keperawatan. Fungsi profesional yaitu membantu mengenali dan menemukan kebutuhan pasien yang bersifat segera. Itu merupakan tanggung jawab perawat untuk mengetahui kebutuhan pasien dan membantu memenuhinya.
Dalam teorinya tentang disiplin proses keperawatan mengandung elemen dasar, yaitu perilaku pasien,  reaksi perawat dan tindakan perawatan yang dirancang untuk kebaikan pasien. Asumsi lain Orlando adalah bahwa perawat harus menurunkan ketidaknyamanan baik fisik maupun mental pasien serta tidak boleh menyebabkan pasien distress.
2.      Manusia
Manusia bertindak atau berperilaku  secara verbal dan nonverbal, kadang-kadang dalam situasi tertentu manusia dalam memenuhi kebutuhannya membutuhkan bantuan, dan akan mengalami distress jika mereka tidak dapat memenuhinya. Hal ini dijadikan dasar pernyataan bahwa perawat profesional harus berhubungan dengan seseorang yang tidak dapat menemukan sendiri kebutuhan mereka untuk dibantu. Dia juga menyatakan bahwa masing – masing pasien unik dan perawat profesional dapat mengenali perilaku yang sama pada pasien yang berbeda dimana tiap pasien memberikan tanda perbedaan kebutuhan.
3.      Sehat
Orlando tidak mendefinisikan tentang sehat, tetapi berasumsi bahwa bebas dari ketidaknyamanan fisik dan mental dan merasa adekuat dan sejahtera berkontribusi terhadap sehat. Perasaan adekuat dan sejahtera dalam memenuhi kebutuhannya berkontribusi terhadap sehat.
4.      Lingkungan
Orlando juga tidak mendefinisikan lingkungan. Dia berasumsi bahwa lingkungan merupakan situasi keperawatan yang terjadi ketika perawat dan pasien berinteraksi, dan antara perawat-pasien mempersepsikan, berfikir, merasakan dan bertindak dalam situasi yang bersifat segera. Pasien dapat mengalami distress terhadap lingkungan therapeutik dalam mencapai tujuannya, perawat perlu mengobservasi perilaku pasien untuk mengetahui tanda-tanda distress.
5.      Perbandingan Disiplin Proses Keperawatan Orlando dengan Proses Keperawatan
Sebenarnya pada umumnya kedua proses tersebut memiliki karakteristik yang sama, sebagai contoh keduanya bersifat interpersonal dan membutuhkan interaksi antara pasien dan perawat. Kedua proses tersebut juga melihat pasien sebagai ”total person”/individu secara keseluruhan, termasuk proses penyakit atau bagian – bagian tubuh. Orlando tidak menggunakan istilah ”holistic” namun dia mendeskripsikannya dengan menggunakan pendekatan holistik.
Ada beberapa perbedaan  antara disiplin proses keperawatan Orlando dengan proses keperawatan, antara lain :
a.       Assesment
1.      Tahap pengkajian pada proses keperawatan sesuai dengan reaksi perawat terhadap perilaku pasien pada disiplin proses Orlando. Perilaku pasien merupakan inisiasi untuk melakukan pengkajian
2.      Pengumpulan data menurut Orlando hanya meliputi informasi yang relevan untuk mengidentifikasi kebutuhan pasien yang perlu dibantu
3.      Orlando mendefinisikan observasi sebagai beberapa informasi yang menyangkut pasien dimana perawat memperolehnya ketika dia melakukan pekerjannya
4.      Reaksi perawat dari disiplin proses Orlando merupakan beberapa komponen untuk menganalisa proses keperawatan
5.      Produk dari analisis terhadap proses keperawatan disebut sebagai diagnosa keperawatan. Eksplorasi reaksi perawat dengan pasien dari disiplin proses Orlando mengarahkan pada proses identifikasi kebutuhan perawat untuk membantu pasien
6.      Orlando sepakat dengan interaksi antara perawat – pasien secara langsung; hanya satu kebutuhan pada satu waktu
b.      Planning
1.      Tahap planning/perencanaan pada proses keperawatan meliputi penulisan tujuan dan sasaran serta memutuskan tindakan keperawatan yang sesuai
2.      Tujuan perencanaan Orlando selalu berusaha untuk mengurangi atau menurunkan kebutuhan pasien untuk minta bantuan : sasaran berkaitan dengan usaha peningkatan perilaku pasien
3.      Pada Proses keperawatan, partisipasi terjadi paling banyak pada penyusunan tujuan, sedangkan proses disiplin Orlando melihat pasien sebagai partisipan aktif untuk menentukan tindakan keperawatan yang actual
c.       Implementation
1.      Implementasi meliputi seleksi akhir dan melaksanakan rencana tindakan. Merupakan tahap reaksi perawat dari disiplin proses Orlando
2.      Proses keperawatan mengharapkan perawat untuk mempertimbangkan semua dampak yang mungkin terjadi atas tindakan terhadap pasien, sedangkan disiplin proses Orlando hanya berkaitan dengan efektifitas suatu tindakan untuk mengurangi kebutuhan pertolongan secara langsung
d.      Evaluation
Evaluasi pada kedua proses berdasar pada kriteria objective. Pada proses keperawatan, evaluasi menanyakan apakah ditemukan perubahan tingkah laku secara objective, namun pada disiplin proses Orlando perawat mengobservasi perilaku pasien untuk melihat apakah pasien tersebut butuh untuk dibantu.
e.       Kegagalan didalam mengevaluasi dapat menyebabkan tindakan yang inefektif seperti kegagalan dalam menemukan kebutuhan pasien dan meningkatkan biaya serta bahan perawatan.











BAB IV
ANALISIS

Teori Orlando telah banyak untuk menawarkan kepada keperawatan.Kekuatanutamadari karyanyaadalah kegunaannya dalam praktik keperawatan. Ini panduan perawat melalui interaksi mereka dengan pasien. Penggunaan teorinya hampir menjamin bahwa pasien akan diperlakukan sebagai individu dan bahwa mereka akanmemiliki masukan aktif dan konstan ke perawatan mereka sendiri. perawat harustetap pada pasien bukan pada tuntutan lingkungan kerja.Perawat dapat menjaga Orlando dalam pikiran sambil menerapkan proses keperawatan saat ini. Penggunaan teorinya mencegah di-akurat diagnosis atau rencana tidak efektif. karena perawat harusterus mengeksplorasi reaksinya dengan pasien. Tidak perawat, berikut prinsip-prinsip Orlando,bisa gagal untuk mengevaluasi perawatan yang telah diberikan.
Lain kekuatan Orlando adalah pernyataannya kemerdekaan keperawatan sebagaiprofesi dan keyakinannya bahwa kemerdekaan ini harus didasarkan pada kerangka teoritis suara Dia mendasarkan keyakinan ini pada definisi nya fungsi keperawatan. Dia percaya bahwa fungsi ini jelas akan membantu perawat dalam membangun kemandirian dan dalam penataan lingkungan kerja sehingga perawat efektif dapat memenuhi kebutuhan pasien mereka untuk membantu. Fungsi dari "mencari tahu dan memenuhi kebutuhan mendesak pasien untuk membantu" cukup luas untuk mencakup perawat yang berpraktik di semua pengaturan dan di semua daerah khusus Hal ini memungkinkan perawat untuk berevolusi dari waktu ke waktu dengan menghindari kaku daftar kegiatan keperawatan.
Orlando panduan perawat untuk mengevaluasi perawatan nya dalam hal obyektif diamatihasil pasien. Ini bukan struktur pengaturan atau jumlah perawatyang bertugasyang menentukan perawatan yang efektif. Orlando telah menemukan hubungan positif antara penggunaanproses dan hasil yang menguntungkan dari perilaku pasien.Dalam merencanakan untuk menerapkan standaruntuk praktik keperawatan, Asosiasi Perawat Amerika 'telah menggambarkan hasil pasien sebagai "indikator utama kualitas perawatan pasien. Sifat langsung dan interaktif nya
proses,bagaimanapun, melakukan evaluasi proses memakan waktu.Seperti disinggung sebelumnya, input profesi keperawatan ke dalam standar akreditasi bagi organisasi perawatan kesehatan telah menempatkan penekanan besar pada evaluasi intervensi dalam hal hasil pasien.
Penggunaan konsisten dari teori Orlando oleh perawat bisa membuat evaluasi fungsi kurang memakan waktu dan lebih disengaja, yang hasilnya akan didokumentasikan dalam grafik pasien. Dokumentasi seperti kebutuhan pasien, intervensi yang direncanakan, dan evaluasi intervensi akan memberikan data untuk analisis yang akan berkontribusi pada tubuh secara umum pengetahuan dalam bidang keperawatan.
Orlando pengujian teori di pengaturan praktik meminjamkan dukungan lebih lanjut untuk kegunaannya. Studi pertama, diterbitkan dalam Hubungan Perawat-Pasien Dinamis, memberikan dasar untuk pekerjaan di masa depan. Untuk studi kedua, dijelaskan dalam The Pengajaran Disiplin dan Proses Keperawatan, dia mengembangkan kriteria tertentu setuju untuk pengujian statistik. Perawatan dapat mengejar pekerjaan dengan pengujian ulang Orlando dan mengembangkan lebih lanjut pekerjaannya.
Meskipun ide-ide Orlando mengandung banyak karakteristik dari sebuah teori, ada keterbatasan. Latar belakang kesehatan mentalnya mungkin bertanggung jawab atas sifat yang sangat interaktif teorinya. Meskipun ini sifat interaktif adalah salah satu kekuatan teori, itu juga menyediakan keterbatasan dalam gagasannya. Perawat kesepakatan luas dengan pemantauan dan mengendalikan proses fisiologis pasien untuk mencegah penyakit dan memulihkan kesehatan. Orlando jarang menyebutkan hal ini aspek peran perawat. Sifat yang sangat interaktif dari teori Orlando membuat sulit untuk mencakup perawatan yang sangat teknis dan fisik yang perawat berikan dalam pengaturan tertentu seperti unit perawatan intensif. Teorinya, bagaimanapun, mencegah perawat dari pasien melupakan itu usahanya untuk memenuhi aspek teknis dari pekerjaannya.
Teori Orlando juga dibatasi oleh fokus pada interaksi dengan individu, sedangkan pasien harus dipandang sebagai anggota keluarga dan dalam masyarakat. Seringkali sangat penting untuk berurusan dengan keluarga secara keseluruhan untuk membantu pasien. Orlando tidak berurusan dengan daerah-daerah.
Perawatan jangka panjang dan perencanaan tidak berlaku untuk fokus Orlando pada situasi mendesak. Dia hanya pandangan perencanaan jangka panjang yang terkait dengan staf yang memadai dalam sebuah institusi. Orlando sendiri mengakui masalah ini. Dalam Hubungan Perawat-Pasien Dinamis ia berspekulasi bahwa "pengalaman berulang telah membantu diragukan puncaknya selama periode waktu dalam derajat yang lebih besar perbaikan," Dia juga mengidentifikasi efek kumulatif dari keperawatan sebagai area untuk studi lebih lanjut.
Dalam Pengajaran Disiplin dan Proses Keperawatan, Orlando mencoba untuk mendefinisikan sistem keperawatan keseluruhan. Dia menggambarkan ini sebagai "secara teratur, berinteraksi bagian dari pelayanan keperawatan." Upaya ini bagian dari teorinya untuk memasukkan hubungan perawat dengan perawat lain dan dengan anggota dari berbagai profesi dalam pengaturan pekerjaan. Teorinya perjuangan dengan otoritas yang berasal dari fungsi profesi dan bahwa komitmen lembaga mempekerjakan kepada publik. Proses yang sama yang ditawarkan untuk berurusan dengan orang lain untuk bekerja dengan individu pasien. Ini bagian dari proses nya agak membingungkan. Hal ini tampaknya lebih dari sebuah deskripsi administrasi pelayanan keperawatan dari teori praktik keperawatan.
Ketika seorang perawat-manajer berurusan dengan staf, teori Orlando menyediakan kerangka kerja untuk interaksi yang mengarah ke hasil positif. Sebagai eksekutif perawat mendengarkan kebutuhan staf, dia harus memutuskan apakah tindakan disengaja diperlukan; tindakan tersebut dapat mengambil dari kebijakan atau perubahan prosedur, variasi staf, atau perubahan kebijakan institusional. Eksekutif perawat mungkin perlu untuk mempengaruhi departemen lain, kelompok, atau tingkat dalam organisasi untuk efek intervensi positif dengan staf. Pada tingkat administrasi, teori Orlando digunakan, tetapi rentang waktu untuk menyelesaikan semua komponen bervariasi tergantung pada situasi. Sebuah organisasi yang secara konsisten dan metodis menggunakan teori Orlando positif dapat merespon semua masalah yang perlu dihadapi. Dalam lingkungan seperti itu, kebutuhan dapat dipenuhi dan penekanan ditempatkan pada saat ini bukan masa lalu atau cara itu selalu dilakukan.Dengan demikian, organisasi mampu mempertahankan keunggulan kompetitif.
Orlando dapat dianggap sebagai teori keperawatan yang membuat kontribusi yang signifikan untuk kemajuan praktik keperawatan. Dia membantu perawat untuk fokus pada pasien bukan pada penyakit atau tuntutan institusional. Perawat tegas dipandang sebagai hamba pasien, bukan dokter. Perawat harus mendasarkan praktek mereka pada pemikiran logis bukan pada intuisi. Proses keperawatan Orlando terus menjadi berguna untuk perawat dalam interaksi mereka dengan pasien



















BAB V
PENUTUP

A.    Kesimpulan
1.      Proses keperawatan dan proses disiplin Orlando keduanya menggambarkan rangkaian tahapan. Setiap tahapan sama-sama tidak terpisah. Pada proses disiplin Orlando hampir secara berkesinambungan saling mempengaruhi dimana perilaku pasien menjadi tujuan reaksi perawat, mengarahkan perilaku perawat, mengarahkan reaksi pasien. Kedua proses tersebut merupakan proses dinamis dan responsif terhadap perubahan kondisi pasien.
2.      Menurut Orlando, juga keperawatan bersifat unik dan independent karena berhubungan langsung dengan kebutuhan pasien yang harus dibantu, nyata atau potensial serta pada situasi langsung. Teori Orlando berfokus pada pasien sebagai individu, artinya masing – masing orang berada pada situasi yang berbeda. Orlando mendefinisikan kebutuhan sebagai permintaan/kebutuhan pasien dimana bila disuplai, dikurangi, atau menurunkan distress secara langsung atau bahkan meningkatkan perasaan tercukupi/wellbeing.
3.      Dalam teorinya Orlando mengemukakan tentang beberapa konsep utama, diantaranya adalah konsep disiplin proses keperawatan (nursing process discipline) yang juga dikenal dengan sebutan proses disiplin atau prosesi  keperawatan.
B.     Saran
Untuk menjadi perawat yang profesional kita harus tahu tentang sejarah perkembangan keperawatan, karena dengan mengetahui model konsep teori keperawatan kita dapat mengetahui sampai dimana perkembangan keperawatan pada masa dahulu dan dimana letak kekurangan dan kelebihan keperawatan pada masa dahulu sehingga kita bisa memperbaiki kekurangan tersebut hingga menjadi lebih baik di masa depan.

Daftar Pustaka

Doengoes, M. E. (2002). Nursing care plane: Guidelines for planning & documenting patient care, 3rd edition, FA. Davis.
Faust C. .Orlando's deliberative nursing process theory: a practice application in an extended care facility. J Gerontol Nurs. 2002 Jul;28(7):14-8
George. (1995). Nursing Theories (The Base for Profesional Nursing Practice), Fourth Edition. USA : Appleton & Lange.
George B. Julia , Nursing Theories- The base for professional Nursing Practice , 3rd ed. Norwalk, Appleton & Lange.
Hidayat AA. (2004). Pengantar konsep dasar keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Meleis Ibrahim Afaf (1997) , Theoretical Nursing : Development & Progress 3rd ed. Philadelphia,  Lippincott.
Nursalam.  (2001). Proses dan Dokumentasi Keperawatan : Konsep dan Praktik. Jakarta : Salemba
Potter A Patricia, Perry G Anne (1992) Fundamentals Of Nursing –Concepts Process & Practice 3rd ed. London Mosby Year Book.
Reed PG, The force of nursing theory guided- practice. Nurs Sci Q. 2006 Jul;19(3):225.
Taylor Carol,Lillis Carol (2001)The Art & Science  Of Nursing Care 4th ed. Philadelphia,  Lippincott.
Wills M.Evelyn, McEwen Melanie (2002). Theoretical Basis for Nursing Philadelphia. Lippincott Williams& wilkins.
Vandemark L.M. Awareness of self & expanding consciousness: using Nursing theories to prepare nurse –therapists Ment Health Nurs. 2006 Jul; 27(6) : 605-15
Tomey Ann Marriner, Alligood M.R.(2006). Nursing Theorists and Their work. 6 Ed. USA : Mosby Inc.